kr-han

jaedopacarsma

.

Bagian 4 dari #JaedoPacarSMA

.

.

.

Jaehyun pikir, Doyoung masih marah dan tidak ingin bicara padanya. Namun, dia salah. Karena kalau Doyoung masih marah, tidak mungkin Doyoung berdiri di depan gerbang sekolahnya sambil menggerakkan kaki tidak sabar dan bolak-balik menengok arloji di pergelangan tangannya yang ramping. Doyoung tidak marah, dia justru ada di sana untuk menjemputnya.

Langkah kakinya begitu ringan begitu melihat sosok Doyoung. Jadi Jaehyun berlari meninggalkan gerombolan temannya yang masih asyik membicarakan episode terbaru Attack on Titan dan menemui kekasihnya itu. “Kak Doie!” panggilnya dengan ceria. Senyuman mengembang di wajahnya dengan sangat lebar. Jaehyun tidak pernah tahu bahwa sesosok manusia bisa membuat seorang manusia juga bahagia sampai dia bertemu dengan Kim Doyoung.

“Lama banget,” keluh Doyoung begitu melihat Jaehyun datang menghampirinya. “Udah selesai semuanya?” tanyanya kemudian.

Jaehyun mengangguk dan menjawab, “Udah dong.” Hari ini hatinya berbunga-bunga—itu yang dikatakan orang-orang dalam drama yang ditonton ibunya. “Kakak … marah sama Jeje enggak sih?” tanya Jaehyun dengan pelan, sangat pelan. Hal yang paling ditakutkannya sekarang adalah jika Doyoung betul-betul marah padanya.

“Kalo marah ngapain gua jauh-jauh ke sekolah coba.”

Rasanya begitu lega mendengar Doyoung mengatakan kalimat tersebut. Jaehyun meraih tangan Doyoung, menggenggamnya erat-erat dan tersenyum dengan sangat bahagia meski telinganya merah karena malu. Doyoung juga tidak menolak genggaman tangan itu, justru mempereratnya. “Kita enggak jalan Kak?” tanya Jaehyun.

Doyoung menoleh sedikit dan menjawab, “Gua pesen taksi. Naik taksi aja biar gak ribet. Lu enggak malu kalo gandengan di depan sekolah gini?” Doyoung bertanya pada Jaehyun. Ketakutannya masih sama. Takut jika Jaehyun nanti akan jadi bahan ejekan karena memiliki kekasih yang bukan sesama murid SMA, begitu pula dengan fakta bahwa mereka keduanya laki-laki.

“Malu sih,” jawab Jaehyun pelan, “tapi Jeje mau kasih tau orang-orang kalo Jeje bangga punya Kak Doie.”

Doyoung memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin Jaehyun melihat wajahnya yang tersipu, meskipun mungkin Jaehyun akan tahu juga. Doyoung juga tahu kalau kedua telinga Jaehyun memerah. Dia ingin sekali memberikan Jaehyun sebuah kecupan ringan. Tapi tidak di sini.

Sesuai dengan perjanjian awal. Jaehyun datang karena Doyoung akan menyajikannya sebuah makanan dan itu adalah croffle. Beberapa hari lalu, Jaehyun bercerita tentang croffle yang sedang ramai jadi perbincangan murid-murid sekolahnya. Jaehyun ingin mencicipinya. Tapi tidak mungkin dia datang sendiri dan mengantre untuk sebuah croffle bersama dengan gadis-gadis. Itu lebih memalukan daripada menggandeng tangan Doyoung di depan umum. Tapi Jaehyun sangat ingin mencicipinya bagaimana pun caranya.

Doyoung mewujudkannya. Impiannya yang sederhana diwujudkan oleh kekasihnya sendiri. Karena itu Jaehyun sendiri tidak sabar untuk mencicipi croffle yang dibuatkan oleh kekasihnya itu. Tapi sebelum itu, Jaehyun mengeluarkan kotak yang diikat dengan pita dari dalam tasnya dan memberikannya pada Doyoung.

“Ini apaan?” tanya Doyoung sambil menerima kotak itu. “Lu enggak ngeluarin duit buat hal-hal yang enggak penting kan?” tanyanya lagi. Jaehyun menggeleng. “Itu kukis. Mama yang buatin,” jawabnya. “Kemaren, Jeje cerita sama Mama kalo Kakak kayaknya stres banget gitu. Terus pas Jeje mau berangkat sekolah Mama kasih ini, katanya buat Kakak biar enggak stres-stres banget.” Jaehyun menjelaskan semuanya meskipun setelahnya dia cemberut. “Anaknya Mama tuh siapa sih? Kalo Jeje yang minta aja enggak diturutin tapi kalo buat Kak Doie semuanya di kasih,” keluhnya—yang justru terdengar menggemaskan.

Doyoung tersenyum kecil. Jaehyun dan ibunya selalu perhatian padanya, dan itu hal yang patut untuk dia syukuri. Doyoung mendekati Jaehyun, memberikan Jaehyun sebuah kecupan ringan di pipinya kemudian pergi sambil berkata, “Gua mau bikin croffle-nya. Ganti baju sana.”

Tangan Jaehyun menyentuh pipinya yang perlahan memerah. Itu hadiah yang luar biasa. Lalu dia tersenyum dan mengganti pakaiannya, masih dengan senyuman. Dia tidak menyangka akan mendapatkan sebuah kecupan dari Doyoung yang tidak bisa ditebak.

Apa lagi yang lebih membahagiakan selain menghabiskan waktu berdua dengan seseorang yang dicintainya? Jaehyun tidak tahu lagi. Meskipun Doyoung kadang membuatnya takut dan merasa bersalah, tapi di samping itu, Doyoung juga memberikannya perhatian yang tidak diduga-duga.

“Kak Doie kalo pipinya Jeje cium nanti marah apa seneng ya? Penasaran….”