Lagi

Kini anak lelaki itu telah sampai pada sebuah pintu gerbang rumah miliknya. Perasaan bimbang mulai menyelimuti sang pemilik tubuh, sebenarnya ia sudah siap jika ia harus menerima rasa sakit itu lagi dari sang ayah, namun rasa ingin menangis datang menghampirinya, mengapa selalu anak lelaki malang ini yang harus disalahkan apa dunia memang tidak akan berkehendak padanya untuk kembali berbahagia lagi (?)

Menarik nafas panjang Hazel memberanikan diri masuk ke dalam pekarangan rumah yang begitu megah, memarkirkan motornya besar miliknya pada area sekitar rumah hingga ia terhenti pada sebuah pintu utama penghubung ruang tamu yang dimana tempat itu adalah tempat berkumpulnya keluarga.

Membuka pintu perlahan.

Belum saja mengucapkan salam hazel sudah diberi sambutan tatapan tajam dari mami dan papa nya, hazel tau waktu ini akan tiba. Ya dia sudah siap jika itu terjadi lagi.

“Dari mana saja kamu?” ucap sang ayah dengan nada yang rendah namun keras

“Hazel dari sekolah pa,” balas hazel, tak berani menatap kedua mata orang tuanya.

“Alasan aja, kamu tau? Kenapa anak kesayangan saya bisa terluka? Pasti gara gara kamu kan?” bentak yora membuat seisi rumah hening hanya ada suara sang ibu yang terdengar nyaring.

“M-maaf mih i-itu,”

“Pasti gara gara kamu kan? Jevian jadi luka luka begini? Jawab Hazel jangan diam aja,”

“B-bukan h-haz-”

“Ikut papa sekarang,”

Belum selesai hazel berbicara, Janu dengan sigap menarik lengan hazel dengan sarkas tanpa mau mendengarkan penjelasan dari sang anak. Membawa hazel menuju perkarangan belakang rumah miliknya.

“Pa bukan hazel paa,”

Suara cambukan sebuah kayu rotan melayang pada lengan hazel.

Sakit!!

Itulah yang kini anak lelaki itu rasakan.

“P-paa maafin hazel pa bukan hazel pa,” sebisa mungkin hazel menahan air matanya yang sudah tak tahan lagi meluncur membasahi wajah miliknya.

“Kenapa kamu selalu saja mencelakai Jevian hah, apa kamu belum puas 3 tahun lalu sudah buat jevian patah tulang, jawab papa!!!”

“B-bukan hazel pa i-itu murni kecelakaan,”

“Papa gak pernah ajarin kamu bohong Hazel!! Mau jadi apa kamu kalau kerjaan kamu hanya bikin celaka orang lain!!!”

Hazel hanya bisa pasrah dengan pukulan yang terus di layangkan pada seluruh badannya. Terasa begitu sakit luar biasa yang kini ia rasakan, mungkin sekarang tubuhnya sudah mulai membiru bahkan pada bagian lengan hazel terluka, mengeluarkan darah cukup banyak hingga memberi bercak merah gelap pada jaket jeans miliknya.

“Sampai kamu melakukan hal yang sama lagi papa gak akan segan segan kunciin kamu di gudang lagi paham?!”

Hazel mengangguk kecil sambil meringis kesakitan. Berjalan menjauh dari sang ayah.

Di dalam sana terdapat sang ibu sambungnya yang hanya menatapnya dengan tatapan sinis. Hati hazel rasanya tergores mengapa sang ayah yang dahulu sangat menyanginya kini beralih membeci dirinya.

Apa semesta benar-benar tidak akan memberinya sebuah kebahagian lagi (?)