write.as

Pertemuan Menyebalkan

Hari ini, ada janji dengan Genk Kesatria Malam untuk nugas bareng di kost an Revin & Matahari. Seperti biasa, Tara pasti akan membawakan makanan yang dimasakkan oleh mamahnya setiap kali main ke kost an teman nya itu.

Tara turun dari lantai 2 rumah nya dan ia menemukan sosok ayahnya yang sudah lama ia benci.

“Meghantara, kamu apa kabar?” Ucap ayahnya.

“Gausah sok peduli sama saya dan mamah. Keluar dari sini secepatnya atau saya panggilkan satpam komplek.”

Pria yang dipanggil dengan sebutan Tara tersebut berjalan menuju meja makan untuk mengambil makanan yang akan disantap bersama teman teman nya. Tentu saja, ia mencoba mengabaikan keberadaan ayahnya.

Ayah Tara datang untuk mengambil beberapa berkas yang tertinggal sejak ia meninggalkan rumah tersebut. Rumah yang sudah rusak akibat munculnya seorang wanita perebut ayah Tara dan mamahnya.

“Nanti ayah boleh bawa anak anak main kesini dan ketemu kakaknya?”

“Kakak? Siapa yang anda sebut kakak? Saya? Bahkan saya tidak mau menyebut anda sebagai ayah saya lagi. Segera keluar dari rumah ini. Saya muak”

Perasaan marah, benci, sedih, selalu muncul bersamaan ketika pria yang disebut ayah tersebut datang. Tara sangat lemah jika membahas perihal keluarganya. Sebab sejak kepergian ayahnya, Tara menjadi tulang punggung keluarga dan mulai bekerja sejak ia dibangku sekolah menengah awal atau SMA.

“Tara sayang, ayah pulang dulu ya. Kalau butuh apa apa, kamu masih nyimpan nomor ayah kan?”

“Masih care ? Atau berlagak care? Saya gabutuh. Saya bisa sendiri. Mamah dan saya bisa berdiri tanpa adanya anda disini.”

Ayah Tara keluar dan pergi dengan mobil mewahnya. Seperkian menit sejak ayahnya pergi, Tara masih duduk di meja makan dan mulai merasakan tubuh nya yang mulai lemah akibat pertemuan hari ini.

“Brengsek. Kalau saja ia bukan ayah saya, sudah saya pukul habis habis an”

“Sudah jangan dibawa pikiran nak.”

Mamah Tara baru saja keluar kamar. Sama hal nya dengan Tara, jika melihat sosok ayah nya ini, perasaan campur aduk akan menghampiri nya. Makanya lebih baik ia diam dikamar dan menunggu hingga pria tersebut keluar dari rumahnya.

Tara menggeleng, kemudian berdiri dan menghampiri mamahnya yang berdiri di depan pintu kamarnya. Tangan pria itu bergerak dan memeluk mamahnya yang sudah pasti habis menangis dikamar.

“Tara akan menjaga mamah dan rumah yang kita bangun ini. Tara janji. Jadi jangan biarin pria brengsek itu datang lagi dan menghancurkan ini semua.”

“Tara sayang mamah. Sehat sehat terus ya mah sampai Tara berhasil membuat mamah bangga dengan kebeherhasilan Tara”

“Mamah sayang Kamu, Tara”