ancaman

narasi bagian empat belas dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


cw // black mailing , crossdressing , hars words

Rintarou membuka perlahan pintu kamar mandi, ia mengintip melalui celah pintu yang terbuka. Di tengah ruangan kamar besar itu ternyata benar, Kiyoomi sedang berdiri membelakangi pintu kamar mandi dan sedang berbicara berdua dengan seseorang. Terlihat dari pakaian yang dikenakan lawan bicara, Rintarou bisa paham jika itu adalah seragam butler. Tidak lama kemudian, butler itu berjalan meninggalkan Kiyoomi sendiri.

Rintarou masih berdiam diri bersembunyi di belakang pintu kamar mandi. Mengamati gerak-gerik Kiyoomi yang kemudian duduk di ranjang dan menatap ke arah pintu kamar mandi. Rintarou yang terkejut buru-buru kembali menutup pintu itu.

“Lo mau keluar sendiri apa gue yang masuk ke sana, Sun?” suara Kiyoomi terdengar. Rintarou merutuk dalam hatinya. Bagaimana ia berani keluar dari kamar mandi jika keadaan lehernya begitu memprihatinkan seperti ini.

“Gue itung sampe tiga. Kalo lo nggak keluar, gue yang masuk ke dalam!” Kiyoomi memberikan ancaman.

Rintarou mendengus, dengan terpaksa ia menyetujui apa yang Kiyoomi katakan daripada nanti Kiyoomi yang masuk ke dalam kamar mandi.

Pintu terbuka pelan, disusul kemudian Rintarou yang keluar dari sana. Rintarou tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya diam ketika melihat Kiyoomi yang terus memandanginya.

“Lama amat di kamar mandi? Ngecek cupang apa gimana?” tanya Kiyoomi.

Kedua tangan Rintarou reflek menutupi bagian lehernya. Rintarou sangsi, jangan-jangan yang membubuhkan tanda di lehernya itu adalah Kiyoomi.

“Ini di mana?” tanya jawab Rintarou.

“Rumah gue.”

“Hah!? Kok gue bisa ngikut ke rumah lo?” tanya Rintarou.

“Lah lo sendiri padahal yang maksa pengen ikut gue pulang ke rumah gue!” tukas Kiyoomi. Rintarou terdiam, ia ingin mengutuk dirinya sendiri yang tidak mengingat kejadian apa-apa semalam. “Kenapa diem? Nggak inget?” tanya Kiyoomi. Tanpa Rintarou menjawab, harusnya Kiyoomi paham apa yang sedang coba Rintarou ingat.

“Gue mau balik. Dari sini bisa pesen taksi nggak?” tanya Rintarou.

Kiyoomi mengernyit ketika mendengar pertanyaan Rintarou. Ia berdiri dari duduknya kemudian berjalan menghampiri Rintarou. “Emang gue ngijinin lo balik?” tanyanya.

“Lah emang gue butuh ijin dari lo kalo harus balik?” tanya Rintarou balik. “Makasih udah nampung gue semalem. Tapi sekarang gue pengen balik aja!” tukas Rintarou.

“Lo yakin mau balik pake baju gitu doang? Pamer cupang gitu ke orang-orang?” tanya Kiyoomi tersenyum miring.

Rintarou terdiam lagi. Kiyoomi benar, mana mungkin ia berani pulang dengan bekas kissmark yang sangat terlihat jelas di lehernya begitu.

Fine! Gue nggak inget apa-apa! Semalem gue ngapain? Lo ngapain gue?”

“Kok langsung nuduh gue ngapa-ngapain lo?” tanya Kiyoomi heran.

“Lo tau soal cupang ini. Pasti lo tau siapa yang ngasih cupang ke gue! Atau—”

“Atau gue yang ngasih cupang ke lo?” tanya Kiyoomi memotong ucapan Rintarou. “Nggak salah juga, sih. Emang gue yang ngasih itu. Lo yang minta juga,” jelas Kiyoomi.

“Jangan bercanda!” tukas Rintarou. Jantungnya mendadak dag-dig-dug setelah mendengar pengakuan Kiyoomi.

“Gue punya videonya kalo lo nggak percaya. Sebenarnya nggak cuma gue yang punya videonya. Anak-anak lain juga,” ucap Kiyoomi.

“Sak, jangan bercanda gitulah!” tukas Rintarou mulai resah.

“Video kekocakan lo pas mabuk doang, santai. Kalo video gue nyipok lo ya itu koleksi pribadi gue!” tukas Kiyoomi.

Rintarou menatap wajah Kiyoomi. Kiyoomi yang ditatap seperti itu hanya terkekeh kecil, ia berjalan mendekati Rintarou kemudian memeluk bahu Rintarou.

“Santai aja. Nggak bakal gue sebar juga lagian,” ucap Kiyoomi.

“Sak, serius jangan bercanda. Gue ngapain? Nggak aneh-aneh, kan?” tanya Rintarou was-was.

“Nggak aneh-aneh, gue serius. Lo cuma maksa minta cium sama gue doang,” cerita Kiyoomi, “lucu juga ya lo pas mabuk. Manja amat sama gue. Mentang-mentang gue yang lagi ultah trus lo manja-manjanya sama gue.”

Rintarou tidak bisa apa-apa, Kiyoomi pun masih terus memeluk bahu Rintarou, tidak ada tanda-tanda jika Kiyoomi akan melepas pelukannya. Kedua mata Rintarou membelalak ketika Kiyoomi memperlihatkan sesuatu dari ponsel pemuda itu. Rintarou menoleh ke arah Kiyoomi.

“Tenang. Gue udah bilang, kan? Gue nggak bakal ngasih tau siapa-siapa, asal lo turutin kata-kata gue,” ucap Kiyoomi sambil mengantongi ponselnya lagi.

“Sak—”

“Gue nggak bakal nyuruh lo yang aneh-aneh. Santai aja.” Kiyoomi langsung berkata seperti itu sebelumnya Rintarou melayangkan protes. “Semalem lo sendiri yang bilang gue boleh minta apa aja sebagai kado ultah. Jadi gue mau nagih sekarang,” ucap Kiyoomi.

Kiyoomi berjalan mendekati ranjang. Rintarou mengikuti pergerakan Kiyoomi, melihat Kiyoomi mengambil sesuatu di atas panggung ranjang.

“Pake, nih!” tukas Kiyoomi mengulurkan sesuatu kepada Rintarou.

Rintarou menerima apa yang Kiyoomi berikan kepadanya, ternyata adalah pakaian. Ketika Rintarou membentangkan pakaian itu, kedua matanya melotot kaget.

“Lo gila! Gue harus pake ginian?” tanya Rintarou.

“Kenapa kaget? Bukannya udah biasa lo make gituan?” tanya Kiyoomi. “Hari ini, lo ikut gue. Kita jalan-jalan dan lo wajib pake itu baju!”

“Sak, selain ini bisa nggak. Lo gila aja nyuruh gue pake ginian trus jalan keluar!” tukas Rintarou.

“Santai aja. Gue udah siapin semuanya di sini.” Lagi-lagi Kiyoomi memberikan sebuah kotak cukup besar kepada Rintarou. “Semuanya ada di situ. Buruan bersih-bersih terus kita langsung jalan!” titah Kiyoomi. “Nggak usah ngeyel atau gue sebarin itu tadi yang ada di HP gue!” ancam Kiyoomi.

Rintarou menatap wajah Kiyoomi dengan tatapan sengit. Ekspektasi bagus Rintarou kepada Kiyoomi mendadak menghilang karena apa yang Kiyoomi lakukan padanya saat ini.

“Buruan! Gue juga mau siap-siap dulu!” tukas Kiyoomi. “Gue balik ke sini nanti, lo kudu udah siap!” Kiyoomi tersenyum kecil, kemudian berjalan meninggalkan Rintarou sendiri dalam ruangan itu.

Rintarou mengusap wajahnya frustasi. Bagaimana bisa ia seteledor ini. Ia benar-benar menyesal. Jika boleh Rintarou mengembalikan waktu, Rintarou ingin sekali menuruti pesan Eita agar tidak mabuk malam kemarin.

Langkah Rintarou terasa berat memasuki kamar mandi. Jika ia kabur, Rintarou takut jika Kiyoomi benar-benar akan menyebarkan rahasianya. Namun rasanya Rintarou juga enggan melakukan apa yang Kiyoomi perintahkan kepadanya, apalagi harus memakai pakaian seperti itu.

Kurang lebih dua puluh menit berlalu. Pada akhirnya Rintarou mau tidak mau tetap melakukan apa yang Kiyoomi minta. Rintarou menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin kamar mandi. Rintarou bersumpah dalam hati, Rintarou ingin membalas Kiyoomi yang sudah memaksanya memakai pakaian seperti ini.

“Suna!”

Rintarou mendengus, sangat tidak ingin mendengar suara Kiyoomi saat ini.

“Suna! Keluar atau gue dobrak!” Rintarou mencibir, perlahan membuka pintu kamar mandi dan berjalan keluar.

“Sabar, anjing!” maki Rintarou kesal.

Kiyoomi yang melihat Rintarou keluar dari kamar mandi sempat terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya tertawa kecil.

“Anjir, Sun! Cocok amat lo pake gituan!” tukas Kiyoomi.

“Bisa diem nggak lo!” tukas Rintarou.

“Lo cantik.” Ucapan Kiyoomi yang tiba-tiba seperti itu mendadak membuat Rintarou terdiam. Tanpa sadar ia menjadi malu sendiri ketika mendengar apa yang Kiyoomi katakan.

“Mata lo rabun apa gimana? Cantik dari mananya? Gue cowok tapi lo paksa pake baju sama rok cewek begini. Pake wig panjang ginian, pake daleman cewek juga! Lo gila apa gimana?” tanya Kiyoomi.

“Tapi emang nggak mengurangi fakta kalo lo keliatan cantik begitu. Lo cocok juga kalo rambutnya panjang warna item,” ucap Kiyoomi. “Oh, nih pake!” tukas Kiyoomi memberikan sebuah tas kecil dan sepatu ber-hak tinggi kepada Rintarou.

“Sak, gue nggak mau pake heels!” protes Rintarou.

“Gue tadi bilang apa? Nggak usah ngeyel!” tukas Kiyoomi. “Buruan pake! Gue udah siapin mobil di bawah!”

Lagi-lagi Rintarou hanya bisa patuh. Dengan setengah hati ia akhirnya benar-benar memakai heels yang Kiyoomi berikan kepadanya. Rintarou menatap Kiyoomi, ia terlihat menjadi sedikit lebih tinggi daripada Kiyoomi saat memakai heels seperti ini.

“Ayo!” ajak Kiyoomi mengulurkan tangannya kepada Rintarou.

“Apaan?” tanya Rintarou menatap heran uluran tangan Kiyoomi.

“Hari ini lo bakal jadi pacar gue. Lo cewek gue. Kita kencan hari ini.”

tbc