bangun

narasi bagian delapan dari Missing You, a semisuna short story


Menjelang malam, Eita mulai mendapatkan kesadarannya. Kelopak matanya mengerjap pelan. Sekali lagi, ia langsung reflek bangun dari tidurnya begitu melihat ruangan yang tidak familiar untuknya. Kepalanya menoleh ke kanan-kiri, mencoba mengingat-ingat apakah ia pernah memasuki ruangan itu atau tidak.

Tidak lama kemudian, ia teringat! Tadi siang, Rintarou yang menemukannya di jalanan. Mungkinkah ini adalah kamar pemuda itu.

“Ya Tuhan!! Akhirnya bangun juga!” kedua telinga runcing Eita langsung berdiri ketika mendengar suara yang tidak asing. Kepalanya menoleh, dan mendapati Rintarou yang berjalan mendekatinya. “Lo pasti laper, kan, Pus? Nih, makan dulu!” tukas Rintarou.

Eita masih diam mengamati apa yang dilakukan oleh Rintarou. Rintarou membawa sebuah kaleng makanan—yang Eita yakini itu adalah makanan kucing kalengan—dan juga sebuah mangkuk kosong. Tangan Rintarou tampak terampil ketika membuka kaleng makanan kucing yang dibawanya.

“Nih!” tukas Rintarou menyodorkan semangkuk makanan kucing pada Eita. “Sini turun! Nggak apa-apa. Nggak gue kasih racun, kok!” tukas Rintarou. Eita juga percaya, mana mungkin Rintarou akan memasukkan racun ke dalam makanan hewan kesukaannya.

Perlahan Eita melangkah. Ia melompat menuruni ranjang Rintarou yang sebelumnya menjadi tempat ia tidur. Perlahan ia mendekati mangkuk yang disajikan Rintarou. Dalam hatinya, Eita ingin sekali menolak makanan menjijikkan itu. Namun naluri kucingnya sepertinya berkata lain. Ia mencecap secuil makanan kucing itu, rasanya tidak terlalu buruk untuk lidah kucingnya. Justru terasa sangat enak. Dengan semangat, Eita langsung menghabiskan makanan yang Rintarou berikan padanya.

Eita mendongakkan kepalanya ketika mendengar kekehan halus dari Rintarou. Eita berhenti memakan makanannya, fokusnya teralihkan pada Rintarou yang sedang terkekeh kecil menatapnya.

“Lucu banget, sih! Laper banget, ya? Kasian banget lo, Pus,” ucap Rintarou mencoba mengelus kepala Eita, namun dengan gesit Eita menghindar. “Oh, sorry, gue kebiasaan ngelus-ngelus Bubu,” ucap Rintarou setelah melihat reaksi Eita.

Sebenarnya Eita merasa aneh ketika melihat ekspresi wajah Rintarou yang tiba-tiba menjadi sedih karena Eita menghindari tangan Rintarou.

“Ya udah. Lo lanjutin makan sama minum aja, ya. Ntar gue bilang sama papa buat sementara keep lo di sini dulu. Itung-itung lo sebagai temen baru gue setelah Bubu nggak ada, ya,” ucap Rintarou kemudian. Rintarou berdiri, lantas berjalan meninggalkan Eita sendiri. Membiarkan Eita melanjutkan makannya.

tbc