bicara berdua

narasi bagian empat belas dari Missing Cat, a semisuna story


Bel tanda istirahat jam pertama akhirnya berbunyi. Setelah bergelut dengan tiga jam mata pelajaran, saat yang ditunggu-tunggu bagi para siswa jelas saja jam istirahat pertama. Begitu bel istirahat berbunyi, hampir semua siswa berbondong-bondong keluar kelas masing-masing, tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah kantin sekolah.

Sama halnya dengan Eita dan Koutarou, keduanya masih berbagi canda sembari berjalan keluar kelas ketika tiba-tiba ada hal lain yang menghentikan langkah Eita. Di depan kelas mereka, sosok Miya Osamu tampak menunggu seseorang ... begitu Osamu melihat Eita, pemuda itu langsung menghampiri Eita.

“Semi Eita, kan?” tanya Osamu.

“Iya. Kenapa lo? Nyari gue?” tanya Eita.

Osamu mengangguk, “gue pengen ngomong sama lo,” jawab Osamu. “Berdua aja,” sambung Osamu melirik pada Koutarou yang berdiri di sebelah Eita.

Eita menoleh pada Koutarou, “Lo duluan aja ke kantin. Ntar gue nyusul,” ucal Eita.

“Oh, yaudah deh. Ntar gue bilangin ke Kuroo sama Oik juga,” balas Koutarou lantas berjalan pergi meninggalkan keduanya.

“Ngomongnya jangan di sini!” tukas Osamu begitu Koutarou sudah tidak terlihat lagi. Eita mengangguk, dalam dia ia mengikuti langkah Osamu yang mengajaknya entah ke mana. Sedikit penasaran juga apa yang ingin pemuda itu bicarakan dengannya.

Tidak lama kemudian Osamu menghentikan langkahnya, membuat Eita juga ikut berhenti di belakang Osamu. Eita mengamati sekelilingnya, keningnya mengernyit.

“Anjir, lo bawa gue ke kebon belakang sekolah yang sepi gini mau ngapain gue??” tanya Eita.

Osamu menoleh, berdecih pelan ketika mendengar pertanyaan Eita. “Duduk di mana terserah lo. Gue mau ngomong sama lo!” tukas Osamu.

Eita ikut berdecih, namun menuruti apa yang dikatakan Osamu dan memilih duduk disebuah batu besar yang tidak jauh dari tempat Osamu duduk—yang juga duduk di batu besar lainnya.

“Mau ngomong apa lo sama gue?” tanya Eita.

“Gue nggak suka basa-basi, sih ... jadi gue mau langsung ke intinya aja. Lo beneran suka sama Rin?” tanya Osamu.

Eita menatap Osamu lamat-lamat, menelisik raut wajah Osamu yang terlihat serius menanyakan hal itu kepadanya. “Iya, kenapa?” tanya Eita, “asal lo tau aja, ya, walaupun lo itu mantannya dan masih deket sama Suna juga, gue nggak bakal nyerah,” sambung Eita.

Osamu menatap Eita balik, kemudian menghembuskan napas pelan. “Gue di sini nggak ngajak lo buat rebutan Rin,” ucap Osamu. “Rin itu sahabat gue dari kecil, gue cuma mau mastiin klo lo beneran serius sama Rin,” sambung Osamu.

“Emang kenapa lo kepo soal ginian segala? Lo masih suka sama Suna apa gimana?” tanya Eita.

Osamu menggeleng pelan, “gue sayang sama Rin, tapi sayang gue sama Rin cuma sebatas sahabat aja. Gue baru sadar itu akhir-akhir ini.” Osamu kembali menatap Eita, “lo klo serius sama Rin, makasih banget. Jangan kayak gue yang bisanya cuma mainin Rin aja.”

“Maksud lo apa?”

“Namanya masih anak remaja pasti penasaran gimana rasanya pacaran. Waktu itu Rin tiba-tiba bilang sama gue klo suka sama gue, bukan sekedar sebagai sahabat ... tapi lebih. Rin ngajakin gue pacaran, akhirnya gue iyain aja. Kita berdua pacaran walaupun waktu itu gue nggak yakin apa gue beneran suka sama Rin apa enggak,” jelas Osamu. “Gue pikir pacaran sama orang terdekat kita, tuh, enak ... soalnya dia juga pasti udah tau kebiasaan gue, apa yang nggak gue suka atau suka, yang paling deket sama gue dan bisa ngabisin waktu bareng.”

“Tapi lama-lama, gue jadi ngerasa hambar. Gue sama Rin udah kenal sejak lama, udah tau baik buruknya masing-masing dan itu bikin gue kayak gimana, ya??? Nggak ada tantangan gitu. Awalnya yang rasanya bisa seneng banget ngabisin waktu sama Rin, lama-lama jadi kayak gue bareng sama Rin itu udah hal biasa, nggak ada spesial-spesialnya. Waktu itu gue masih mencoba tahan, kan, sama Rin walaupun rasanya udah kayak hambar gitu. Sampe awal tahun ajaran baru itu gue ikut les dan ketemu sama orang di situ.” Osamu menatap Eita yang masih diam menyimak ceritanya.

“Lo pasti bisa tebak gimana endingnya,” ucap Osamu.

Eita diam sejenak, “jangan bilang lo selingkuh?” tanya Eita. “Nggak nyangka gue lo sebren—”

“Nggak. Gue nggak selingkuh!” tukas Osamu memotong ucapan Eita. “Gue emang suka sama anak yang gue temuin di tempat les itu, tapi gue nggak selingkuh,” sambung Osamu.

“Terus apaan, dong?”

“Gue mikir lama sejak saat itu. Rasanya gue penasaran banget sama itu anak, gue pengen deket sama itu anak, pengen tau lebih banyak soal dia. Ada sesuatu dalam diri gue yang bikin gue tertarik pengen deket sama anak itu. Setelah lama banget gue mikir, akhirnya gue bikin keputusan yang nyakitin Rin. Gue minta putus sama Rin. Gue udah nyakitin Rin dengan gue tiba-tiba ngajak putus, dan gue nggak mau makin nyakitin Rin klo Rin tau gue minta putus karena suka sama orang lain. Jadi gue kasih alasan, gue lebih nyaman sama Rin sebagai sahabat aja. Nggak ada yang tau soal ini selain kembaran gue, dan sekarang gue ceritain ini ke lo.” Osamu menatap Eita lagi. “Jangan kasih tau soal ini ke Rin, gue minta sama lo,” ucap Osamu.

Eita cengo, jadi Osamu mengajaknya berduaan seperti ini karena Osamu ingin bercerita kepadanya tentang alasan sebenarnya Osamu dan Rintarou putus?

“Lo brengsek.”

“Gue tau. Makanya, lo jangan jadi kayak gue. Jangan jadi brengsek, biar gue aja,” ucap Osamu.

“Trus maksud lo cerita ginian ke gue apa?”

“Gue mau ngasih tau ke lo, lo klo suka sama Rin ya serius sama dia. Klo lo masih ragu ... stop! Jangan deketin Rin lagi dan ngasih harapan apa-apa sama Rin. Gue nggak mau Rin sakit hati lagi. Cukup gue aja yang brengsek nyakitin Rin, yang lain jangan lagi. Rin berhak bahagia juga,” jelas Osamu.

“Jadi intinya lo cuma mau mastiin gue serius apa nggak sama Suna?” tanya Eita. Osamu mengangguk. “Tenang aja. Gue serius suka sama Suna. Gue emang baru kenal berapa hari doang, tapi gue tau gue suka sama Suna sejak awal gue liat dia,” jelas Eita.

“Bagus, deh, klo gitu. Gue pegang kata-kata lo!” tukas Osamu.

“Lo tenang aja. Suna biar gue yang jaga. Lo urus aja sana gebetan lo yang baru. Lo mungkin emang sahabatnya Suna, tapi gue nggak suka lo deket-deket sama Suna!” tukas Eita.

Osamu tertawa, “lo belum jadi apa-apanya Rin aja udah posesif amat.” Osamu berkomentar.

“Jauhin Suna dari mantan kayak lo tuh perlu,” balas Eita.

“Balik juga ke lo. Klo lo cuma main-main sama Rin aja, gue sama kembaran gue nggak akan diem aja!” peringat Osamu.

“Yaudah sekarang kita deal ... lo jaga jarak aja sama Suna, urusin aja gebetan baru lo. Soal Suna, biar gue yang jaga,” ucap Eita.

Osamu mengangguk. Kesepakatan baru antara keduanya pun terjalin sejak saat itu.

tbc