come back

narasi bagian dua dari IDOL, a suna harem story


cw // kissing , slight nsfw

Kelopak mata itu perlahan terbuka. Ia mengerjap-erjap pelan, berusaha menutupi mata dari sorot matahari yang menerpa wajahnya. Perlahan kesadarannya mulai kembali, tidak lama tubuhnya terperanjat. Ia sama sekali tidak mengenali ruangan di mana ia berada saat ini.

Reflek ia mencoba bangun dari tidurnya. Rasa perih di bagian selatan tubuhnya yang tiba-tiba ketika ia bergerak membuatnya meringis sakit. Pikirannya mulai kacau, tangannya membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Begitu terkejut karena di balik selimut itu ia menemukan dirinya tampak polos tanpa busana.

“Kenapa bangun? Nanti aja. Ayo tidur lagi!” tubuhnya menegang sempura ketika merasakan tangan yang memeluk perutnya dari belakang. Semakin merinding ketika merasakan hembusan hangat yang menerpa sekitar pundak dan lehernya yang polos.

Kepala menoleh sedikit, ia terkejut ketika melihat rambut keriting yang tampak tidak asing untuknya. Kelopak matanya langsung melebar tidak percaya.

“Sa-Sa-Kusa…” bisiknya tidak percaya.

“Hmm?” sosok yang ia panggil Sakusa itu berdehem, ia sungguh terkejut ketika tiba-tiba sosok Sakusa Kiyoomi berhasil membuat tubuhnya kembali berbaring di atas ranjang dengan Kiyoomi yang menjulang di atasnya. “Kenapa, Rin?” tanya Kiyoomi dengan suara seraknya.

Ia semakin terkejut ketika Kiyoomi memanggilnya dengan panggilan ‘Rin’. Keterkejutannya semakin menjadi ketika tiba-tiba Kiyoomi memajukan wajahnya dan membawanya ke dalam ciuman bibir yang panas. Suara desahan tidak sengaja ia lenguhkan ketika Kiyoomi berhasil menginvasi dalam mulutnya dan mengajak lidah mereka berdansa.

“Tu-tu-tunggu!” ciuman itu dipaksa lepas. Raut wajah Kiyoomi jelas sekali terlihat keheranan dengan apa yang ia lakukan.

“Kenapa, sih, Rin? Kamu aneh banget dari tadi!” tukas Kiyoomi.

Ia menggeleng kecil, tanpa peduli bahwa ia sepenuhnya telanjang bulat, ia berjalan menuju kamar mandi. Sesuatu yang basah mengalir di bagian bawahnya tidak ia pedulikan. Benar. Ia sungguh terkejut ketika melihat pantulan wajahnya sendiri di depan cermin kamar mandi.

“Ha-hah?? Nggak, nggak mungkin!” bisiknya geleng-geleng kepala.

“Apanya yang enggak mungkin, sih?” tanya Kiyoomi yang sudah bersandar di pintu kamar mandi. Tubuh itu berbalik badan, menatap Kiyoomi di belakangnya.

“Sakusa, kok gue—”

“Sakusa?” Kiyoomi berjalan mendekatinya, mengurung tubuhnya di antara wastafel dan tubuh Kiyoomi di depannya. “Kamu kenapa, sih? Aneh banget dari tadi? Sejak kapan kamu manggil aku Sakusa? Aku ada salah sama kamu?” tanya Kiyoomi yang sama sekali tidak bisa ia cerna.

“Lo manggil gue Rin?” bisiknya tidak percaya.

“Tuh, kan? Kamu aneh banget, deh? Apa gara-gara kepalamu kena dashboard ranjang semalam kamu jadi tiba-tiba linglung gini?” tanya Kiyoomi.

“Hah!?”

Kiyoomi terkekeh melihat reaksi pemuda di depannya itu. “Maaf, ya, semalam aku emang agak kasar waktu main sama kamu.” Ia tidak bisa bergerak ketika tiba-tiba Kiyoomi memeluk tubuhnya dan menyembunyikan wajahnya di lehernya. “Habisnya aku cemburu kamu deket banget sama Kuroo kemarin. Aku tau kita nggak pacaran, tapi tetep aja aku nggak suka lo deket-deket sama Kuroo,” ucap Kiyoomi.

“Ha?”

Kepalanya terasa pening. Sama sekali tidak bisa mengikuti apa yang baru saja terjadi.

Seharusnya dirinya sudah mati. Seharusnya dirinya tidak mungkin di sini.

Suna Rintarou seharusnya sudah mati.

Bukan malah ia yang bangun di ranjang dengan Kiyoomi. Telanjang bulat. Ia sadar apa yang telah ia dan Kiyoomi lakukan. Kiyoomi berkata ia cemburu. Kiyoomi yang memanggilnya dengan nama panggilan.

Kepalanya semakin pusing, kelopak matanya memberat. Hal terakhir yang Rintarou dengar adalah suara Kiyoomi yang berteriak panik memanggil namanya.

—tbc