gaduh

narasi bagian satu dari Surprise, a semisuna short story


cw // hars words , cross dressing , slight NSFW

Rintarou terkekeh geli ketika melihat berbagai macam balasan diakun Twitter kekasihnya. Eita itu memang kadang sering tidak tahu malu mengetik sesuatu diakun Twitter-nya. Rintarou menimbang-nimbang, ingin memberikan sesuatu yang bisa membuat terkejut kekasihnya. Niat usilnya benar-benar ia laksanakan begitu ia mendapatkan ide apa yang harus ia lakukan.

Rintarou berjalan menuju salah satu lemari pakaiannya, membuka pintu kayu yang selalu ia kunci rapat itu. Begitu pintu terbuka, tampaklah berbagai macam pakaian yang seharusnya tidak dimiliki oleh Rintarou yang notabene adalah seorang laki-laki tulen.

Rintarou terkekeh, ia mengambil salah satu rok pendek berwarna merah muda yang akan terlihat sangat pendek jika ia memakainya. Iya, Rintarou yang akan memakai rok itu. Rintarou tidak tahu sejak kapan ‘hobinya’ ini muncul, namun ia tiba-tiba sangat suka memakai pakaian perempuan dan memuji dirinya sendiri, betapa lucunya ia ketika memakai pakaian yang terkesan imut dan lucu yang biasa dipakai kaum perempuan. Beberapa temannya tahu kebiasaan Rintarou ini dan mereka tidak mempermasalahkannya, justru beberapa kali Rintarou diminta secara langsung oleh beberapa temannya untuk ber-cosplay memakai pakaian perempuan oleh teman-temannya.

Apakah Eita tahu kebiasaan Rintarou ini? Jawabannya tentu saja Eita tahu. Secara, Eita adalah kekasih Rintarou yang sudah cukup lama menjalin hubungan spesial di antara mereka. Hanya saja Rintarou memang jarang memakai pakaian perempuan di depan Eita, maka dari itu malam ini adalah pengecualian ... Rintarou akan memberikan sedikit kejutan untuk Eita.

Suara dering ponsel menyadarkan lamunan Rintarou. Rintarou menatap pantulan tubuhnya di depan cermin besar dalam kamarnya. Ia tersenyum puas. Ia seratus persen yakin Eita akan terkejut ketika melihatnya. Rintarou mengatur letak ponselnya sedemikian rupa, memasangkan ponselnya pada tripod pendek yang hanya bisa memperlihatkan bagian bawah tubuhnya saja. Pinggul ke bawah. Setelah selesai dengan posisi ponselnya, Rintarou lebih dulu menyingkir dari depan kamera ponselnya sebelum menekan tombol berwarna hijau di layar ponselnya.

“Halo, sayang—lah? Ayang di mana? Kok nggak keliatan, sih?” suara Eita terdengar begitu panggilan video mereka tersambung.

“Penasaran nggak aku di mana?” tanya Rintarou, sedikit terkekeh.

“Rin? Rin di mana? Aku pengen liat wajah Rin ini. Kangen banget!” tukas Eita.

“Eita, katanya tadi pengen VCS?” tanya Rintarou.

“LOH ANJIR—”

“Eita! Bahasanya!”

“ADUH IYA MAAP!” seru Eita lagi, “beneran ini Rin mau VCS?” Rintarou bisa mendengar suara bersemangat Eita di seberang sana.

“Hmm? Nggak VCS juga, sih,” balas Rintarou, “tapi aku pengen ngasih liat sesuatu ke Eita,” sambung Rintarou.

“Oh ya? Apa itu?” tanya Eita penasaran.

“Penasaran nggak?” tanya Rintarou memastikan.

“Penasaran banget, dong!” seru Eita.

“Jangan kaget, ya!” peringat Rintarou.

“Aduh! Deg-degan, nih! Rin jangan ngagetin, ah!” tukas Eita.

“Lah, kan, surprise! Klo nggak bikin kaget, nggak surprise, dong!” tukas Rintarou.

“Aduh, iya, dah! Cepet sini mau ngasih liat apaan!” tukas Eita tidak sabar.

“Siap-siap, ya,” ucap Rintarou. Tidak ada balasan dari Eita. Rintarou mengambil napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan. Ia berjalan pelan mendekati kamera ponselnya. Belum semua tubuh Rintarou tersorot, ia sudah lebih dulu dikagetkan dengan suara Eita.

“ANJIR! RIN! DIEM SITU!” seru Eita. Rintarou yang sedikit terkejut tetap diam mengikuti instruksi dari Eita. Samar-samar ia bisa mendengar suara Eita yang merapalkan kata ‘anjir’ berkali-kali.

“Eita, ngapain, sih?” tanya Rintarou akhirnya.

“BENTAR! Lagi nge-SS, nih!” tukas Eita.

“Hah? Ngapain sih, Ta!” tukas Rintarou.

“Habisnya Rin gitu, sih! Ada angin apaan coba tiba-tiba pake rok gitu. Ya Gusti! Paha Rin mulus amat, sih! Pengen aku tandain sampe merah-merah!” tukas Eita.

Eita bisa mendengar suara kekehan kecil Rintarou. Ponsel Rintarou bergoyang hingga akhirnya menampakkan sosok Rintarou di layar ponsel Eita.

“Aduh pacarku cakep bener!” seru Eita.

Rintarou tersenyum mendengar kalimat pujian dari kekasihnya itu. “Gimana? Suka?” tanya Rintarou. “Cocok nggak aku pake ini?” tanya Rintarou lagi.

“Rin pake apa aja cocok pokoknya. Cewek-cewek seksi anak cheerleader aja kalah seksi sama Rin!” tukas Eita.

“Lebay!” Rintarou mencibir, “kaget nggak?” tanya Rintarou.

“Banget. Tapi puas!” Eita menjawab disusul dengan kekehan. “Puas banget bisa liat paha mulus Rin sama aduh itu leher putih mulus juga pengen aku gigit!” seru Eita lagi.

“Mau?”

“Maulah!”

“Sabar, ya.” Rintarou terkekeh. “Oh, ya. Sebentar lagi, kan, Eita ultah. Eita pengen kado apa?” tanya Rintarou.

“Apa, ya? Bingung, sih. Tapi pengen aja gitu ultahku bareng Rin lagi. Kangen banget tau! LDR ini menyiksa banget,” ucap Eita.

“Katanya dulu siap LDR. Sekarang ngeluh terus!” cibir Rintarou.

“Nggak nyangka bakal sesulit ini. Kangen Rin terus tapi nggak bisa ketemu langsung.” Eita menampakkan mimik wajah sedih yang justru membuat Rintarou geli.

”Sabar pokoknya! Ntar ultah kamu aku kirimin sesuatu yang spesial!” tukas Rintarou.

“Apa, tuh?”

“Rahasia, dong! Klo dilasih tau sekarang nggak surprise namanya,” balas Rintarou.

“Jadi penasaran, nggak sabar. Suer, deh!”

“Tunggu aja pokoknya.”

Obrolan keduanya terus berlanjut. Saling bercerita tentang hari-hari mereka dan melepas rindu yang semakin hari semakin bertumpuk. Lagi-lagi, Eita tidak henti-hentinya memuji Rintarou dan apa yang dipakainya hari ini. Pada akhirnya, Eita tetaplah Eita ... ia meminta Rintarou untuk menemaninya video call sex yang dengan senang hati Rintarou layani.

Malam itu keduanya kembali melepas rindu, walau raga masih belum bertemu.

tbc