gazebo taman belakang

narasi bagian satu dari Invisible, a semisuna story


Jarum jam menunjukkan pukul lima sore lebih ketika kelompok tugas Masa Orientasi Siswa (MOS) yang beranggotakan Semi Eita, Suna Rintarou, Miya Osamu, Terushima Yuuji dan Konoha Akinori selesai dengan diskusi tugas karya yang akan mereka buat.

Rintarou langsung mengajak teman-temannya untuk bersiap pulang. Eita mengiyakan tanpa penolakan dan langsung membereskan barang-barangnya. Berbeda dengan tiga orang yang lainnya, mereka masih ingin tinggal karena diskusi mereka “tanggung”, sebentar lagi selesai. Namun Rintarou menolak untuk tinggal lebih lama, apalagi jarum jam hampir menunjukkan pukul setengah enam sore dan di sekolah itu mungkin hanya ada mereka saja. Berat hati, akhirnya mereka semua setuju untuk meneruskan diskusi keesokan harinya.

Selangkah lagi mereka sampai di tempat parkir kendaraan siswa, Yuuji tiba-tiba mengumpat pelan.

“Kenapa lo?” tanya Eita.

“Kunci motor gue ketinggalan!” tukas Yuuji.

“Ketinggalan di mana?” tanya Akinori.

“Kayaknya di gazebo tadi, deh,” jawab Yuuji.

“Yaudah sana ambil!” tukas Osamu.

“Temenin njir!! Yakali gue ke sana sendiri. Udah mau Maghrib, nih,” ucap Yuuji.

“Gue tunggu sini aja, deh,” ucap Rintarou.

“Gue juga, deh. Di sini aja,” ucap Eita.

“Ah, lo semua nggak temen! Ayo barengan anterin gue!” ajak Yuuji.

“Udah ayo buru bareng-bareng. Ke sana, ambil terus balik!” ajak Akinori.

Eita dengan berat hati akhirnya setuju. Mereka berlima akhirnya kembali berjalan menuju taman belakang di mana mereka sempat menghabiskan waktu sore tadi.

Suasana sore menjelang malam itu tiba-tiba berubah drastis. Sore tadi mereka tampak biasa-biasa saja ketika menghabiskan waktu di gazebo taman belakang. Namun suasana langsung berubah saat mereka sampai di sana menjelang waktu Maghrib.

“Buruan mana kunci lo cari!” tukas Osamu kepada Yuuji.

“Sabar njir!” tukas Yuuji. “Buset suasananya kok jadi horor gini, sih!” komentar Yuuji kemudian.

“Udah, buruan! Lo taruh di mana tadi kunci lo,” ucap Akinori.

Eita sendiri sudah tidak karuan, banyak sekali mahkluk yang tidak terlihat berkeliaran dan bermunculan. Sialnya, hanya dia yang bisa melihat makhluk-makhluk itu.

“Ter, buruan!” Eita menoleh ke arah Rintarou yang ada di sebelahnya. Dalam keadaan yang hampir gelap, Eita samar-samar bisa melihat gestur tidak nyaman dari Rintarou.

“Lo kenapa, Sun?” Eita menggeser dirinya mendekati Rintarou, dan berbisik pelan.

Rintarou menoleh ke arah Eita, kemudian menggelengkan kepala, “nggak apa-apa,” balasnya.

Eita tidak bertanya lebih lanjut, ia kemudian menoleh pada tiga temannya yang sedang sibuk mencari kunci motor Yuuji dalam kegelapan.

“Udah ketemu belum, sih, kuncinya?” tanya Eita.

“Bentar. Kok bisa nggak ada, ya? Gue yakin naruhnya di meja ini tadi,” ucap Yuuji.

Eita terdiam, kemudian mendongak sedikit ke atas, tepat di atas payung gazebo.

“Anjir! Ada ‘mbak-mbak’!” tukas Eita. Suaranya lirih, namun Rintarou yang ada di sebelahnya bisa mendengar apa yang Eita ucapkan.

“Lo bilang apa, Sem?” tanya Rintarou.

Eita terkejut ketika mendengar pertanyaan Rintarou, “hah? Nggak ada, Sun!” Eita berkilah.

Rintarou sebenarnya mendengar dengan jelas apa yang Eita ucapkan tadi, ia hanya ingin memastikan. Namun tampaknya Eita tidak ingin mengatakan yang sejujurnya kepada Rintarou. Sejujurnya, sejak awal sore tadi mereka menghabiskan waktu di gazebo taman belakang ini, Rintarou sudah merasakan hawa yang tidak enak. Rintarou sebenarnya cukup peka dengan kehadiran makhluk-makhluk tidak terlihat di sekitarnya, hanya saja ia tidak bisa melihatnya secara langsung, ia hanya bisa merasakan keberadaannya saja. Rintarou yakin ada sesuatu di sekitar gazebo tersebut, namun ia tidak bisa memastikan itu apa. Pada saat ia mendengar Eita mengatakan tentang adanya ‘mbak-mbak’ yang Rintarou yakini mungkin itu adalah sosok yang ia bayangkan, namun Eita tidak mau jujur kepadanya.

“Ayo, udah ketemu, nih!” ajak Osamu, suaranya mengagetkan Rintarou yang sedang melamun.

“Udah?” tanya Rintarou. Osamu mengangguk.

“Lama amat nyari kuncinya!” tukas Eita.

“Nggak tau, tuh!” cibir Akinori.

“Sumpah tadi gue naruhnya di meja, kok tadi bisa sampe di deket taman situ coba!” tukas Yuuji. “Angin juga mana kuat nerbangin kunci ginian!” sambungnya.

“Udah, ah! Udah ketemu, kan? Kalo udah ya ayo balik!” ajak Rintarou yang berjalan terlebih dahulu meninggalkan mereka. Jujur saja, Rintarou sudah sangat tidak nyaman berada di tempat itu dan ingin segera pergi dari sana.

“Sun, tungguin!” Eita bergegas menyusul Rintarou, disusul dengan Yuuji, Osamu dan Akinori di belakangnya.

—tbc