Halloween Night

narasi dari Halloween Night, a semisuna short story


cw // nsfw topic , m/m pair , Halloween , hars words , minor DNI

Pada akhirnya, Rintarou tetap terpaksa harus ikut. Perkara ia sudah berjanji kepada kakak angkatannya, Kuroo Tetsurou dan Bokuto Koutarou bahwa ia akan berangkat pada pesta halloween yang diadakan oleh kampusnya.

Rintarou masih marah kepada Yuuji. Pemuda itu sudah gila, ia tetap memaksa Rintarou untuk mengenakan kostum yang sudah dibelinya. Kostum iblis seksi yang katanya Yuuji sengaja beli untuk Rintarou.

Disaat Yuuji sendiri terlihat tampan walaupun cukup menyeramkan dengan kostum manusia jadi-jadian Frankenstein, Rintarou justru harus menahan malu karena memakai kostum yang dibelikan oleh Yuuji. Rintarou merasa dirinya ditelanjangi, dilihat oleh ratusan pasang mata yang berpapasan dengannya ketika ia sampai di aula besar kampus tempat dirayakannya pesta halloween.

Wajah-wajah tidak asing bisa Rintarou lihat. Ia berjalan berdampingan dengan Yuuji yang dengan semangat menebar senyum dan sapa pada orang-orang yang dilewatinya. Berbeda dengan Rintarou yang wajahnya panas memerah dan ingin mengubur dirinya sekarang juga. Kostum yang ia gunakan sangatlah terbuka dan membuatnya tidak nyaman.

“ANJING, SUNA!!” Rintarou terkejut ketika mendengar suara makian di belakangnya. Ia menoleh, mendapati temannya yang lain berjalan ke arahnya. “Anjir! Berani banget lo pake kostum ginian!” seru pemuda tadi. Miya Atsumu namanya, di sebelahnya berdiri Miya yang lainnya, Miya Osamu, adik kembar Atsumu.

“Nggak dingin lo pake baju ginian malem-malem?” tanya Osamu.

Rintarou mendengus, ia menoleh ke arah Yuuji yang berdiri di sebelahnya kemudian memukul bahu pemuda itu. “Dipaksa sama ini anak dajjal!” tukasnya.

“Kok lo mau?” tanya Atsumu.

“Suna udah terlanjur janji ke Bang Kuroo sama Bang Bokuto mau dateng. Gue cuma bawaain kostum ini, jadi ya mau nggak mau harus dipake,” jawab Yuuji.

“Halah modus aja lo! Sebenarnya lo aja, kan, yang pengen liat Suna pake kostum ginian!” tuding Atsumu.

“Iya, nih. Akal-akalan lo doang!” tambah Osamu.

Lagi-lagi Yuuji hanya tertawa ketika melihat Rintarou mendelik kesal ke arahnya. Yuuji mendekatkan dirinya ke tubuh Rintarou, kemudian melingkarkan tangannya pada pinggang Rintarou. “Tau aja lo berdua! Kapan lagi liat Suna pake pakaian seksi gini!” tukasnya. “Jujur aja lo berdua juga suka, kan, liat Suna begini!”

“Apaan, sih!” tukas Rintarou menepis tangan Yuuji yang mulai lancang meremas pinggangnya. “Gue gebuk beneran lo nanti!” ancam Rintarou.

“Tapi, nih ya... jujur aja, lo emang seksi, Sun, pake kostum itu!” tukas Atsumu.

Rintarou mendelik, “lo sama aja kayak anak dajjal ini!” tuding Rintarou menunjuk Atsumu kemudian Yuuji.

“Santai aja kali, Sun. Tuh liat, masih banyak lagi yang kostumnya lebih parah dari lo. Tuh malah ada yang tete-nya ampe tumpah-tumpah gitu. BH-nya nggak muat apa ya?” Yuuji menunjuk salah satu perempuan yang memakai kostum mirip dengan kostum yang dipakai oleh Rintarou.

Rintarou mengernyit, sedikit tidak nyaman melihat sosok yang ditunjuk oleh Yuuji tadi.

“Eh tapi kostum lo keren, Ter. Lo make up sendiri?” tanya Atsumu pada Yuuji.

“Nggaklah. Gue mana bisa dandan begini. Gue dibantuin sama tetangga gue. Kan tukang rias, tuh. Ya gue bayar aja buat dandanin gue kayak Frankenstein gini,” jelas Yuuji.

“Lo berdua juga lucu, sih.” Rintarou berkomentar.

“Lucuan siapa? Gue apa si kunyuk kuning ini?” tanya Osamu maju mendekati Rintarou.

“Biasa aja, sih, lucunya,” balas Rintarou. “Eh gue pegang kuping-nya, dong!” pinta Rintarou.

“Boleh, boleh! Mau ngelus-ngelus kepala sekalian juga boleh!” tukas Atsumu ikut maju mendekati Rintarou.

Rintarou mendengus, namun dua tangannya kemudian menjulur memegang sesuatu yang terpasang di atas kepala teman kembarnya itu. Baik Atsumu dan Osamu kini berdandan ala manusia serigala. Kedua tangan yang dibalut dengan sarung tangan berbentuk seperti cakar serigala, begitu juga dengan sepatu yang mereka berdua kenakan mirip seperti kaki sosok werewolf pada karya-karya fiksi yang pernah Rintarou lihat. Jangan lupakan bandana berbentuk telinga serigala yang ada di atas kepala Osamu maupun Atsumu.

“Gemes banget! Lembut banget telinganya!” seru Rintarou.

“Lucu, kan?” tanya Atsumu tersenyum lebar.

“Kapan-kapan lo juga pake kostum ginian, dong, Sun. Gue cariin kostum yang lucu-lucu, deh!” tukas Atsumu.

Rintarou kembali sebal, dijewernya telinga asli Atsumu hingga pemuda itu merintih kesakitan. “Nggak usah ngelunjak lo!” tukas Rintarou.

Osamu dan Yuuji hanya bisa tertawa ketika melihat Rintarou belum juga melepaskan jewerannya pada telinga Atsumu.

“Udah, udah! Mending gabung ke sana! Sekalian cari yang lain juga!” ajak Yuuji. Mereka semua setuju, kemudian berjalan semakin ke tengah untuk mencari teman mereka yang lainnya.

Tidak lama kemudian, Rintarou bisa melihat temannya yang lain. Tetsurou yang berpakaian ala detektif terkenal, Sherlock Holmes. Lalu ada Sakusa Kiyoomi yang memilih meliliti tubuhnya dengan perban putih, mencoba semirip mungkin dengan mumi. Rintarou tidak bisa tidak tertawa ketika melihat Koutarou yang hanya memakai kain putih menutupi tubuhnya dan melubangi kain itu tepat di depan matanya agar ia bisa melihat melalui lubang itu. Sudah mirip sekali dengan hantu Casper.

Semakin malam, semakin ramai suasana pada pesta itu. Apalagi ketika DJ yang ditunggu kemudian memulai aksi mereka, duet antara DJ Alisa dan DJ Tsukki benar-benar semakin memeriahkan acara pesta halloween malam itu.

Rintarou bisa melihat dengan jelas teman-temannya tampak menikmati pesta, berjoget bersama di lantai dansa diiringi musik oleh dua DJ favorit kampus mereka. Bahkan Kiyoomi yang tidak begitu menyukai keramaian pun ikut bergabung di lantai dansa. Berbeda dengan Rintarou yang lebih memilih menyingkir dari lantai dansa. Ia sama sekali tidak nyaman berdempetan dengan orang-orang di sana, apalagi dengan keadaannya saat ini yang mengenakan kostum terlalu terbuka.

Rintarou lebih memilih untuk duduk sambil menikmati segelas minuman di tangannya.

“Sendirian aja?”

Rintarou terkejut ketika mendengar suara di sebelahnya. Kepalanya reflek menoleh, selama sepersekian detik Rintarou terdiam, terlalu terkejut ketika melihat sosok di sebelahnya.

“Ah... nggak juga. Temen-temen gue ada di sana,” tunjuk Rintarou ke arah lantai dansa.

“Lo nggak ikutan gabung ke sana?” tanya sosok itu.

Rintarou menggeleng pelan. “Males,” jawabnya.

Rintarou bingung harus menjawab apa lagi. Di sebelahnya ini bukanlah sosok yang biasa. Rintarou tahu persis siapa yang mengajaknya berbicara. Semi Eita, vokalis band yang dibanggakan oleh kampusnya. Rintarou sedang berbicara dengan sosok Semi Eita, Eita yang terkenal memiliki banyak penggemar apalagi di kalangan wanita. Selama ini Rintarou hanya bisa melihat Eita ketika pemuda itu berada di atas panggung saja. Namun saat ini ia bisa melihat pemuda itu secara langsung. Rintarou sekarang mengerti, pantas saja Eita mempunyai banyak sekali penggemar, jika dilihat dari dekat, Eita benar-benar mempunyai wajah yang rupawan. Rintarou sedikit minder melihatnya.

“Lo nggak dingin apa pake kostum kayak gitu?” tanya Eita.

Rintarou terkejut. “Y-ya... dikit,” balasnya.

Dan keterkejutan Rintarou tidak sampai di situ. Ia semakin terkejut ketika melihat Eita melepas jubah yang dikenakannya, kemudian disampirkannya jubah itu di bahu Rintarou.

“Eh? Ngapain?”

“Lo pake aja. Gue masih pake baju gini, daripada lo yang cuma pake kostum itu,” ucap Eita tersenyum pada Rintarou. Dua buah gigi taring yang terlihat di sudut bibir Eita membuat Rintarou paham jika Eita saat ini tengah berdandan seperti vampir.

“Makasih,” ucap Rintarou.

“Nama lo siapa?” tanya Eita.

“Suna. Suna Rintarou,” jawab Rintarou.

“Hmm...” Eita bergumam. “Gue boleh manggil lo Rin, kan?” tanya Eita.

Rintarou terdiam, tiba-tiba tidak nyaman ketika ada orang yang baru dikenalnya ingin memanggil nama panggilan akrabnya. Meskipun Rintarou tahu siapa itu Eita, namun secara sah mereka baru berkenalan beberapa menit yang lalu.

“Kalo lo nggak mau, gue juga nggak maksa kok,” ucap Eita akhirnya.

“Eh, ya... nggak apa-apa, sih. Tapi agak aneh aja pasti ntar,” balas Rintarou.

“Ntar juga lo kebiasa.” Timpal Eita. Rintarou hanya mengangguk-angguk saja. Tangannya semakin mengeratkan jubah yang Eita berikan untuk menutupi tubuhnya.

Di tengah ia menikmati alunan musik DJ, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang melingkar di pinggangnya. Rintarou menunduk, dan mendapati tangan kekar yang sudah melingkar erat di pinggangnya.

“Sem—”

“Rin.”

Rintarou langsung diam begitu matanya bertatapan langsung dengan kedua mata Eita. Sepasang manik merah itu seakan menyihir Rintarou. Eita tersenyum manis menatap Rintarou.

“Rin, come with me!” Eita berbisik di telinga Rintarou.

Tidak ada jawaban apapun dari Rintarou selain anggukan kepala kecil.

Eita semakin tersenyum lebar, tangganya semakin erat memeluk pinggang Rintarou.

Tepat pukul dua belas malam, teman-teman Rintarou baru menyadari jika Rintarou telah menghilang dan sejak saat itu tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya.

FIN