Happier

a bokuroo short story, special Bokuto Koutarou’s birthday


cw // mention of cheating

Sejujurnya, Koutarou tidak pernah menyangka jika hari spesial yang selalu ia nantikan setiap satu tahun sekali, hari yang seharusnya menjadi hari yang bahagia untuknya ... justru menjadi hari di mana ia harus merasakan bagaimana sakitnya patah hati.

Dua jam yang lalu, di apartemennya yang ia tinggali bersama kekasihnya—atau mantan kekasih—Koutarou tidak menyangka akan mendapatkan kejutan ulang tahun yang bukan membuatnya happy namun justru sakit hati.

Dua jam yang lalu, Koutarou buru-buru pulang ke apartemennya setelah dua hari sebelumnya ia harus mengikuti perjalanan dinas kantornya. Ia buru-buru pulang karena ia tahu ia sangat merindukan kekasihnya, dan ia tidak sabar ingin mengetahui apa yang sudah kekasihnya siapkan untuk menyambut bertambahnya usia Koutarou.

Namun harapan dari kebahagiaan itu sirna begitu saja begitu Koutarou menapakkan kaki di ruang tengah apartemennya. Di sofa yang biasanya Koutarou gunakan untuk bersantai bersama sang kekasih, ia melihat sang kekasih tengah bercumbu dengan pria lain yang tidak dikenalnya.

Koutarou marah. Jika saja Koutarou tidak dewasa, masih bar-bar seperti saat ia masih usia sekolah ... Koutarou yakin ia pasti sudah terbakar emosi dan menghabisi pria yang beraninya menyentuh kekasihnya. Namun, Koutarou menahan itu semua. Tangannya mengepal kuat, kelopak matanya memejam rapat, menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Ketika Koutarou membuka perlahan kelopak matanya, dilihatnya sang kekasih yang menatapnya dengan tatapan khawatir, takut, bersalah, merasa berdosa dan sejenisnya.

Namun Koutarou sudah tidak peduli. Ia berjalan mendekati sang—mantan—kekasih, kemudian menepuk pelan bahu kecil pria yang selama ini ia cintai.

Sorry gue ganggu. Gue bakal nginep di tempat temen malam ini. Tolong beresin barang-barang lo semua sebelum gue balik ke apartemen ini lagi, ya.”

Selesai dengan ucapannya, Koutarou berbalik badan. Ia berjalan meninggalkan apartemennya malam itu juga. Tidak peduli dengan teriakan memohon sang mantan kekasih di belakangnya.

Koutarou merasa marah dan terkhianati. Perselingkuhan bukanlah sebuah kesalahan yang ia toleransi. Malam itu, Koutarou langsung masuk kembali ke dalam mobilnya dan mengemudikan mobil itu menuju satu-satunya tempat yang saat itu terpikirkan olehnya.

•••

Kuroo Tetsurou mengucek kedua matanya pelan. Ia baru saja bisa terlelap satu jam yang lalu, dan sekarang harus diganggu dengan bunyi bel pintu apartemennya yang tidak kunjung berhenti. Tetsurou menggerutu kesal, dengan langkah sedikit berat ia berjalan menuju pintu apartemennya.

“Anjing! Siapa, sih, yang namu mala—Boo? Lo ngapain?” makian Tetsurou langsung terhenti ketika ia melihat siapa yang kini berdiri di depan pintu apartemennya. Bokuto Koutarou, sahabatnya sejak ia masuk SMA.

Koutarou mendongakkan kepalanya ketika pintu dibuka oleh si tuan rumah. Koutarou terdiam, Tetsurou apa lagi. Tetsurou masih tidak tahu alasan apa yang membawa Koutarou menyambangi apartemennya sepagi ini.

Tubuh Tetsurou hampir saja limbung ke belakang ketika tiba-tiba Koutarou melangkah maju dan melingkarkan kedua tangannya yang kekar untuk memeluknya.

“Bo-Boo” Tetsurou memanggil nama sahabatnya, namun tidak mendapat balasan dari si punya nama.

Tetsurou terdiam, ia bisa merasakan pelukan Koutarou semakin erat di pinggangnya. “Boo, masuk dulu, yuk! Nggak enak main peluk-peluk di depan pintu!” tukas Tetsurou mencoba mencairkan suasana. Tetsurou merasakan Koutarou yang mengangguk kecil. Tidak lama kemudian pelukan terlepas. Tanpa mengatakan apa-apa, Koutarou langsung berjalan memasuki apartemen Tetsurou.

Tetsurou menyusul tidak lama kemudian setelah memastikan sudah mengunci pintu apartemennya. Langkahnya memelan ketika melihat Koutarou yang duduk di sofa ruang tengahnya, badannya bertumpu pada sandaran sofa, kepalanya mendongak ke atas namun Koutarou menutup matanya dengan lengannya.

“Gue buatin minum dulu, ya, Boo.” Tetsurou berucap. Meski tidak ada jawaban dari Koutarou, Tetsurou tetap berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman yang ia tawarkan kepada Koutarou sebelumnya.

Tidak berselang lama, Tetsurou kembali menghampiri Koutarou dengan nampan berisi secangkir teh panas beserta tekonya. Ia meletakkan nampan itu di meja, kemudian mendudukkan dirinya di sebelah Koutarou.

“Lo kenapa?” tanya Tetsurou pelan. Jujur saja, kedatangan Koutarou yang tiba-tiba di apartemennya membuat rasa kantuk Tetsurou hilang entah ke mana.

“Tetsu ...”

“Hmm?”

Sorry, ya.” Tetsurou mendengar Koutarou berbisik.

Tetsurou mengernyit, “kenapa minta maaf segala?” tanya Tetsurou.

“Udah ganggu lo malem-malem begini,” balas Koutarou.

Tetsurou yang mendengarnya sedikit terkekeh, “apaan, sih, lo! Kayak sama siapa aja? Biasanya juga gimana?” tanya Tetsurou.

“Iya makanya itu. Gue minta maaf,” balas Koutarou.

“Lo kenapa, sih? Geli, ah! Kayak bukan Bokuto yang biasanya!” tukas Tetsurou. “Lo juga masih pake kemeja kantoran. Lo belum balik ke apartemen apa gimana?” tanya Tetsurou saat menyadari jika Koutarou masih mengenakan setelan kemeja kerja dan celana bahan yang biasa ia pakai untuk bekerja. Minus dasi yang sudah tidak terpasang di tempatnya.

Koutarou terdiam cukup lama. “Lo masih inget nggak dulu waktu lo bilang ke gue kalo cowok gue jalan sama cowok lain?” tanya Koutarou tiba-tiba.

“Kenapa? Lo ada masalah sama cowok lo sekarang?” tanya Tetsurou. Tetsurou jelas ingat kejadian itu. Di mana ia pernah memergoki kekasih Koutarou tengah jalan berduaan dengan mesra bersama pria lain beberapa bulan yang lalu. Namun ketika Tetsurou mengatakan itu pada Koutarou, Koutarou tidak percaya. Mereka berdua sempat bersitegang selama beberapa hari, lebih tepatnya Koutarou yang mendiamkan Tetsurou selama hampir satu minggu.

Sorry, waktu itu gue emosi dan nggak percaya sama lo. Malah balik marah sama lo sampe nuduh yang enggak-enggak,” jelas Koutarou lagi.

“Sumpah, deh, Boo! Lo kenapa, sih? Lo beneran ada masalah sama cowok lo?” tanya Tetsurou semakin bingung.

“Dua hari yang lalu gue ada perjalanan dinas sama kantor. Gue baru balik hari ini. Gue udah excited banget pengen buru-buru sampe rumah. Taunya waktu sampe rumah—haha.” Koutarou tertawa hambar, Tetsurou yang mendengarnya menjadi tidak enak sendiri.

“Gue liat cowok gue lagi make-out sama cowok lain. Cowok gue emang bener selingkuh kayak yang lo bilang.”

Tetsurou terdiam, tidak menyangka jika Koutarou sendiri yang akhirnya menangkap basah kekasihnya berselingkuh.

“Gue kurang apa, sih? Gue udah ngasih apa yang dia mau. Gue turutin mau dia. Gue bahkan rela jadi budak korporat juga karena mau dia. Gue kurang apa sampe dia tega selingkuh dari gue?” tanya Koutarou. Suaranya terdengar sedikit berat dan serak. Tetsurou tahu Koutarou sedang mati-matian menahan tangisnya.

“Gue ngusir cowok gue dari apartemen!” tukas Koutarou kemudian.

“Hah!? Maksud lo? Lo usir beneran?” tanya Tetsurou terkejut.

“Gue nggak tahu ini termasuk ngusir atau nggak ... tapi gue bilang ke dia buat beresin barang-barang dia sebelum gue balik ke apartemen,” jawab Koutarou.

“Ya Tuhan, Boo!” Tetsurou mendesah lelah. Kalimat itu jelas sekali Koutarou mengusir kekasihnya itu secara halus. “Terus lo sama cowok lo gimana sekarang? Putus?” tanya Tetsurou.

“Gue anggep kita putus setelah gue tau kelakuan dia begitu ke gue,” jawab Koutarou. Tetsurou mengangguk-anggukkan kepalanya.

Dalam hati, Tetsurou tidak ingin munafik. Ia sangat senang mendengar kabar putusnya hubungan Koutarou dengan mantan kekasihnya. Namun ia juga tidak tega ketika melihat betapa sedihnya ekspresi Koutarou saat ini.

Tetsurou memang sudah menyukai Koutarou sejak lama. Ia menyukai Koutarou dalam diam. Tetsurou sebenarnya pernah menyatakan perasaannya kepada Koutarou dulu. Namun Tetsurou tidak tahu apakah Koutarou mendengarnya atau tidak, pasalnya Tetsurou menyatakan perasaannya kepada Koutarou ketika Koutarou sedang tidak sadarkan diri karena mabuk. Kejadian itu sudah lama, saat tahun terakhir mereka berstatus sebagai mahasiswa. Tetsurou tidak pernah mengingat-ingat itu lagi, pasalnya Tetsurou menyatakan perasaannya waktu itu juga dalam keadaan Koutarou sudah mempunyai kekasih. Lima tahun sudah berlalu sejak kejadian itu. Tetsurou yakin Koutarou tidak pernah tahu.

Jika boleh jujur, sampai sekarang pun Tetsurou masih menyimpan rasa kepada sahabatnya itu. Namun jelas, mana berani Tetsurou mengatakannya.

“Gue nginep, ya.” Suara Koutarou menyadarkan Tetsurou. Ia menoleh cepat ke arah Koutarou yang ternyata juga tengah menatapnya. “Nggak lama, kok. Sampe gue lebih waras aja buat ketemu dia lagi,” balas Koutarou.

“Tapi besok lo masih harus ngantor, kan? Lo nggak bawa baju. Gue nggak bisa minjemin baju gue fyi.” Tetsurou membalas.

“Gue mau off aja. Ijin sakit gara-gara dinas kemarin atau apalah alasan yang masuk akal,” balas Koutarou.

Tetsurou menghembuskan napasnya pelan. Tidak tega jika harus menolak permintaan sahabatnya itu. “Ya udah. Terserah lo aja. Tapi jangan kelamaan ngumpet lo! Cepat atau lambat lo harus ketemu sama cowok lo buat ngomongin masalah ini bareng.” Tetsurou bertitah.

“Iya. Tau.”

“Tuh, diminum! Harusnya diminum tadi biar lebih enak!” tukas Tetsurou menunjuk pada secangkir teh yang masih belum tersentuh di atas meja. “Oh, iya! Bentar! Gue punya sesuatu buat lo!” tukas Tetsurou tiba-tiba. Tanpa menunggu jawaban dari Koutarou, Tetsurou langsung bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju dapur, membuka pintu lemari esnya kemudian mengeluarkan sesuatu dari sana. Koutarou tidak tahu apa yang sedang Tetsurou lakukan. Ia hanya menunggu sambil sesekali menyesap minuman teh yang disuguhkan untuknya.

Koutarou dikejutkan dengan suara nyanyian dari Tetsurou. Lagu yang sangat familiar didengarnya. Koutarou terdiam, tidak lama kemudian ia bisa melihat Tetsurou yang kembali datang menghampirinya dengan sebutan kue tart di tangannya. Tidak lupa lilin berbentuk angka dua dan tujuh yang menyala ditancapkan di atas kue yang Tetsurou bawa.

“Kenapa malah bengong!” tegur Tetsurou yang melihat keanehan pada Koutarou. Koutarou hanya diam tanpa respon ketika melihat Tetsurou yang membawakan kue ulang tahun untuknya.

Sorry.” Koutarou meminta maaf, “buat gue?” tanya Koutarou.

“Bukan. Buat pacar lo!” tukas Tetsurou malas, “ya buat lo! Hari ini, kan, ultah lo,” sambung Tetsurou. “Gue sebenernya mau ngasihnya besok pagi apa sore sepulang lo kerja. Tapi lo malah udah di sini sekarang. Katanya makan bisa balikin mood, jadi ini gue kasih aja kue ultah lo sekarang biar mood lo bagusan dikit,” jelas Tetsurou.

Lagi-lagi Koutarou terdiam. Disaat seperti ini, tiba-tiba otaknya diajak berpikir. Ia baru sadar jika selama ini, seseorang yang selalu ada untuknya itu adalah sosok di hadapannya kini. Tetsurou akan selalu ada jika Koutarou membutuhkan pria itu. Entah disaat Koutarou senang atau sedih, tanpa sadar Koutarou akan pergi menemui Tetsurou lebih dulu.

Hari ini, ia menantikan kado spesial dari kekasihnya. Namun yang ada ia malah diberi patah hati oleh kekasihnya. Hal spesial yang ia dapatkan dihari ulang tahunnya justru datang dari Tetsurou. Tetsurou yang membukakan pintu untuknya, mendengarkan ceritanya, sampai membuatkan kue ulang tahun dihari ulang tahunnya.

Perasaan Koutarou menghangat. Ia baru sadar betapa berharganya eksistensi Tetsurou dalam hidupnya.

Happy birthday, Boo.” Tetsurou tersenyum lebar ketika mengatakan kalimat itu. Senyum yang tulus dan entah kenapa terlihat manis di mata Koutarou. “Heh! Kenapa diem aja? Sini tiup lilinnya!” perintah Tetsurou.

Koutarou tidak banyak bertanya, ia langsung meniup lilin kue ulang tahunnya begitu ia selesai memejamkan mata dan berdoa.

“Nah, sekarang dimakan sana! Biar mood lo balik,” ucap Tetsurou. Tetsurou keheranan ketika melihat Koutarou justru meletakkan kue yang Tetsurou berikan di atas meja. Koutarou kemudian menatap Tetsurou.

“Kenapa?” tanya Tetsurou.

“Tetsu, lo kenapa baik banget sama gue?” tanya Koutarou.

“Hah? Apaan, sih, pertanyaan lo itu? Gue, kan, emang baik. Lo udah jadi sahabat gue dari lama, gue baik sama lo juga wajar kali!” tukas Tetsurou.

“Sahabat doang? Nggak lebih?” tanya Koutarou.

Tetsurou terdiam, entah kenapa perasannya menjadi tidak enak. “Apaan, sih? Aneh banget lo tanya-tanya gitu!”

Keduanya lantas terdiam. Sama-sama bingung harus memulai percakapan lagi dengan topik apa.

“Tetsu.” Koutarou akhirnya buka suara. Tetsurou menoleh ke arah pria berambut jabrik itu. “Gue mau tanya.”

“Tanya apaan?” tanya Tetsurou.

“Lo masih suka sama gue?”

Pertanyaan dari Koutarou bagaimana petir disiang bolong yang menyambar Tetsurou. Detak jantungnya mendadak menjadi lebih cepat. Tidak tahu kenapa Koutarou bisa bertanya hal itu secara tiba-tiba.

“Ha-hah? Apaan? Sejak kapan gue suka sama lo?” tanya Tetsurou tergagap. “Iya gue suka sama lo. Soalnya lo sohib paling enak diajak main dan seru dari dulu!” tukas Tetsurou.

“Lima tahun lalu lo sendiri yang confess ke gue. Lo suka sama gue,” ucap Koutarou.

“Lima tahun yang lalu?” bisik Tetsurou. Mampus! Wajah Tetsurou langsung memerah begitu sebuah memori lewat diingatannya. “Lo-lo denger waktu itu? Ta-tapi lo mabok!” tukas Tetsurou.

“Gue emang mabok. Tapi gue masih denger apa yang lo bilang ke gue!” tukas Koutarou.

Tetsurou panik. Ia langsung membuang wajahnya agar Koutarou tidak melihat betapa merah dan malu wajahnya saat ini.

“Lo salah denger kali!” Tetsurou menyangkal.

“Mana ada salah denger? Kalo salah denger kenapa lo panik gitu pas gue tanya?” tanya Koutarou.

“Ya ... ya habisnya lo juga tanya aneh-aneh, sih!” tukas Tetsurou.

“Tetsu, hadap sini, deh!”

“Nggak!” tolak Tetsurou.

“Bentar doang!” pinta Koutarou.

“Nggak!” Tetsurou masih menolak.

Tetsurou mendengar suara decakan di belakangnya. Tiba-tiba saja Koutarou sudah bangkit dari duduknya, dan berhenti tepat di hadapan Tetsurou. Kedua tangan besar Koutarou menangkup pipi Tetsurou, bermaksud menahan wajah Tetsurou agar tidak berpaling.

Tetsurou semakin panik. Apalagi ketika melihat tatapan mata Koutarou yang menatapnya. Wajahnya semakin merah dan panas.

“Gue tanya sekali lagi. Lo masih suka sama gue nggak?” tanya Koutarou.

Tetsurou tidak bisa menjawab. Jika ia menjadi tidak, bohong sekali jika ia sudah tidak menyukai Koutarou. Jika ia menjawab masih, ia malu sekali untuk mengatakannya.

“Wajah lo merah. Berarti lo masih suka sama gue!”

“HA-HAH!!? APA-APAAN!!” seru Tetsurou, “mana ada gitu!” protesnya.

Koutarou terkekeh, “jadi gimana yang bener? Masih suka sama gue nggak?” tanya Koutarou lagi.

Tetsurou melirik ke samping, menghindari tatapan mata Koutarou.

“Tetsu, makasih, ya.”

Tetsurou tidak mengerti, kenapa Koutarou berterima kasih kepadanya. Ia ingin bertanya, namun malu untuk menanyakannya.

“Makasih udah bareng sama gue sampe sekarang. Gue tau pasti gue udah banyak nyakitin perasaan lo tanpa sadar, tapi lo masih aja betah bareng sama gue. Makasih, berkat lo, hari-hari gue jadi lebih berwarna.”

“Apaan, sih!? Kenapa jadi mellow gitu!” tukas Tetsurou. “Biasa aja, kan, bisa,” sambung Tetsurou.

“Lo nggak mau tanya gitu apa make a wish gue tadi?” tanya Koutarou.

“Dih! Itu, kan, rahasia lo. Ngapain gue kepo-kepo!” sangkal Tetsurou.

“Tapi gue pengen lo tanya ke gue. Coba, deh, lo tanya!” titah Koutarou.

“Nggak, ah!” tolak Tetsurou.

“Cepetan tanyain aja!” Koutarou memaksa.

“Apaan, sih, kok jadi kayak anak kecil gitu maksa-maksa!”

“Gue maksa terus, nih, sampe lo mau tanya,” jawab Koutarou.

“Nyebelin lo!” tukas Tetsurou. “Lepas dulu tangan lo dari pipi gue!”

“Kenapa gitu?”

“Lepas! Atau gue ogah tanya!” ancam Tetsurou. Koutarou mengalah, akhirnya melepaskan tangkupan tangannya dari pipi Tetsurou. Tetsurou berdehem kecil, “lo tadi make a wish apa?” tanya Tetsurou setelahnya.

Koutarou tersenyum, tatapan matanya teduh ketika menatap Tetsurou. Jujur saja itu benar-benar membuat jantung Tetsurou semakin berdetak kencang dan gugup.

“Gue berharap, lo jadi pacar gue.”

Kedua mata Tetsurou membola ketika mendengar apa yang Koutarou ucapkan. “Gila lo! Lo baru aja putus!” tukas Tetsurou.

“Ya kenapa? Namanya permohonan ya boleh aja minta apapun,” balas Koutarou.

Tetsurou menatap Koutarou tidak percaya, “lo jangan ngadi-ngadi, deh. Lo aja nggak suka sama gue. Jangan main-main sama perasaan, gue nggak mau jadi pelarian lo doang karena patah hati!” tukas Tetsurou.

“Siapa yang bilang lo cuma pelarian?” tanya Koutarou. “Gue serius minta itu!” tambah Koutarou.

“Bercanda lo nggak lucu, Boo,” bisik Tetsurou.

“Gue nggak bercanda. Gue serius!” tukas Koutarou. “Gue selama ini heran. Gue ke mana aja? Ada lo yang sebaik ini sama gue, tapi gue sama sekali nggak ngelirik lo,” ucap Koutarou pelan. “Gue ... gue emang belum sepenuhnya suka sama lo, maksudnya yang cinta sampe bucin gitu. Tapi gue beneran make a wish, gue pengen jatuh cinta sama lo.”

Tetsurou menatap Koutarou selama beberapa saat sebelum akhirnya ia berdiri. “Tidur lo! Makin ngaco aja omongan lo!” tukas Tetsurou.

“Lah, Tet?”

“Tidur! Atau balik aja sana ke apartemen lo!” Tetsurou kembali melayangkan ancaman. Koutarou pasrah, tidak banyak memprotes. “Tidur di kamar tamu sana!” suruh Tetsurou.

“Iya, iya.” Koutarou mendadak kehilangan warasnya ketika tiba-tiba Tetsurou mendekat padanya. Sebuah kecupan singkat ia dapat di pipinya.

“Selamat ulang tahun, Boo. Selamat malam, mimpi indah, ya.”

Koutarou melirik Tetsurou yang tampak malu-malu setelah mengecup pipi Koutarou. Tetsurou tersenyum kaku, tubuhnya langsung berbalik dan berjalan cepat menuju kamarnya sendiri.

Koutarou baru tersadar ketika mendekati suara pintu kamar Tetsurou yang terkunci. Tubuh Koutarou ambruk ke sofa, tangannya memegang bekas ciuman Tetsurou di pipinya.

Sungguh ia tidak menyangka. Kecupan kecil dari sahabatnya itu kenapa bisa membuatnya sebahagia ini. Koutarou menggelengkan kepala pelan. Ia baru saja putus dari mantannya. Tapi kenapa ia seperti sudah mulai ikhlas mengakhiri hubungan sebelumnya. Mungkinkah ini karena Tetsurou yang ada di sisinya saat ini?

Koutarou tersenyum samar. Mungkinkah Koutarou bisa lebih bahagia dari sebelumnya jika bersama Tetsurou?

Ya Tuhan, gue pengen Tetsu!

—FIN

Happy birthday, Bokuto!