If Only He Knew

a #bokuroo short story

cw // bokuroo unrequited love


Kuroo Tetsurou tidak pernah menyangka jika menyukai seseorang akan sebegitu rumitnya. Bukan karena Tetsurou tidak berani mengungkapkan perasaannya (karena dirinya memang tidak berani), namun juga karena orang yang disukainya itu bukanlah orang sembarangan.

Tetsurou menyukai sahabatnya. Bukan hanya karena ia menyukai sahabatnya, namun juga karena sahabatnya memiliki jenis kelamin yang sama dengan dirinya.

Bokuto Koutarou, pemuda yang lebih kekar dan enerjik dibandingkan Tetsurou itu telah berhasil mencuri hati seorang Tetsurou. Berawal dari pertemuan pertama mereka karena telat mengikuti upacara penyambutan siswa baru, mereka menjadi dekat, berteman, dan bersahabat yang sering bersama.

Pertama kali Tetsurou menyadari perasaan sukanya adalah ketika ia menjadi sedikit terangsang ketika melihat tubuh Koutarou setiap kali mereka berganti pakaian di ruang ganti klub voli laki-laki. Semakin lama, Tetsurou sering membayangkan bagaimana rasanya jika tubuh kekar Koutarou memeluk dirinya, membawa tubuhnya pada pelukan hangat sang sahabat. Hingga Tetsurou tidak tahu diri menjadikan Koutarou sebagai objek pelepasan nafsunya ketika ia sedang sendiri di kamarnya.

Semakin hari perasaan itu semakin menjadi. Tetsurou menginginkan lebih dari sekedar sahabat dengan Koutarou. Namun apa daya ia tidak berani mengungkapkannya. Menyimpan rapat-rapat rahasia hatinya dan berusaha bersikap biasa bila bersama Koutarou di sekitarnya.

Tiga tahun ia menyimpan rasa, tiga tahun pula Tetsurou harus merasakan pahitnya rasa mencinta. Koutarou itu siswa populer, banyak siswi yang berlomba menyatakan perasaannya pada Koutarou meskipun tidak ada satupun yang Koutarou terima dan dijadikan kekasihnya. Koutarou itu magnet bagi orang-orang di sekitarnya, pribadi yang menyenangkan dan mudah bergaul membuat Koutarou banyak dikelilingi orang-orang di sekitarnya.

Tetsurou cemburu. Jelas! Tapi atas dasar apa ia cemburu? Koutarou bukan kekasihnya. Koutarou hanya sahabatnya yang bebas untuk berteman dan dekat dengan siapa saja.

Tetsurou sempat berpikir Koutarou sama seperti dirinya, menyukai sesama lelaki karena tidak ada satupun gadis yang menyatakan cinta ia terima.

Namun, harapan itu pupus begitu disuatu siang, dengan senyum lebar dan mata yang berbinar ... Koutarou menceritakan bahwa ia jatuh cinta pada siswi kelas sebelah yang Tetsurou tahu seperti apa siswi itu. Cantik, pintar, ramah, mempunyai banyak teman, berprestasi dan dikenal oleh banyak guru di sekolah mereka.

Tetsurou tersenyum tipis. Tetsurou tidak kalah dari siswi itu. Tetsurou itu pintar, ramah, juga mempunyai banyak teman, berprestasi di bidang olahraga, dikenal banya guru pula. Sayangnya, Tetsurou itu laki-laki, sedangkan seseorang yang disukai sahabatnya itu adalah seorang perempuan.

Tetsurou jelas kalah.

Pada akhirnya, hingga hari kelulusan tiba ... Tetsurou tidak pernah menyatakan perasaannya kepada Koutarou. Masih menyimpan rapat-rapat rahasia hatinya bahkan setelah empat tahun kemudian mereka lulus dari SMA.

“Bro, selamat, ya. Akhirnya lo beneran tunangan sama Yukie.” Tetsurou menampilkan senyum lebar dan wajah bahagia ketika menyalami tangan Koutarou, sahabatnya.

Koutarou tertawa, “makasih, makasih. Lo jauh-jauh dateng dari luar kota ke acara tunangan gue sama Yukie.”

“Kita, kan, sohib. Ya kali gue nggak dateng ke acara tunangan lo?!” tukas Tetsurou. Koutarou tertawa lagi mendengar ucapan Tetsurou.

“Lo emang sohib gue deh!” tukas Koutarou menepuk-nepuk pelan pundak Tetsurou.

Tetsurou tersenyum lagi. Walau hatinya terasa pedih ingin segera pergi dari acara ini.

“Gue ke sana dulu, ya. Nyapa temen-temen yang lain juga,” ucap Tetsurou.

“Boleh. Boleh. Temen-temen juga pada nanyain lo, tuh. Habis lulus SMA tiba-tiba pindah gitu aja tanpa ngabarin kita!” tukas Koutarou.

Tetsurou terkekeh, kemudian pamit meninggalkan Koutarou yang kemudian sibuk menyalami tamu lain.

Tetsurou berbalik badan. Mana mungkin dia sanggup melihat sahabatnya itu bahagia bersama seseorang yang dipilihnya. Tetsurou memilih pergi menjauh untuk membuat hatinya melupakan Koutarou. Namun pada akhirnya, sampai sekarang pun rasa itu masih ada. Dan perih hati ketika melihat ekspresi bahagia Koutarou bersama dengan Yukie—gadis tunangannya—kembali merambati dirinya.

Tetsurou ingin menghancurkan hubungan keduanya. Tapi mana bisa! Koutarou sudah bahagia meski tanpa dirinya. Mana mungkin Tetsurou tega menghancurkan kebahagiaan sahabatnya.

Jika saja Koutarou tahu bahwa Tetsurou menyukai pemuda itu sejak lama.

Ya, andai saja Koutarou tahu bahwa ada seseorang yang mendamba ingin memiliki hatinya.

Tetsurou menggelengkan kepala pelan. Mengurungkan niat untuk menyapa teman-temannya, ia berjalan meninggalkan gedung acara ... meninggalkan Koutarou yang sudah bahagia dengan pasangan yang dipilihnya.

end