introgasi

narasi bagian tiga puluh lima dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


Rintarou langsung membereskan barang-barangnya begitu dosen sudah memberikan aba-aba untuk mengumpulkan jawaban kuis yang dosen berikan. Rintarou meletakkan lembar jawaban kuisnya di atas meja dosen, kemudian buru-buru berjalan keluar kelas. Ia berharap Osamu atau Atsumu masih tertinggal di kelas karena tidak bisa menjawab kuis hari ini.

Rintarou menghembuskan napas lega. Ia tidak melihat Osamu atau Atsumu mengikuti di belakangnya. Mungkin benar dua kembar itu masih pusing memikirkan jawaban kuis hari ini.

Namun nyatanya rasa lega yang Rintarou rasakan tidak bertahan lama. Ia berhasil menghindar dari Osamu dan Atsumu, namun ia justru bertemu dengan Kiyoomi yang tampaknya sudah menunggu. Kiyoomi yang semula duduk, langsung berdiri begitu melihat Rintarou.

Rintarou berniat menghindar. Namun sial lagi baginya ketika tiba-tiba seseorang menahan pergelangan tangannya.

“Suna, bisa kita bicara?” Rintarou meringis kecil, cengkeraman tangan Wakatoshi terasa sangat erat. Seperti takut jika Rintarou akan kabur dari pemuda itu.

“Hah! Untung ada lo, Kak!” Rintarou menoleh, ia melihat Atsumu yang terengah-engah berlari menghampiri Wakatoshi dan dirinya. “Ni anak emang niat kabur kayaknya!” tukas Atsumu menunjuk Rintarou.

“Kabur apaan, sih!” tukas Rintarou kesal. Ia kesal karena ia telah tertangkap sekarang dan pastinya akan semakin susah untuknya kabur setelah ini.

“Osamu mana?” tanya Kiyoomi yang kemudian ikut bergabung dengan mereka.

“Masih di belakang. Bantuin dosen ngembaliin kunci kelas,” jawab Atsumu.

“Jadi, bisa kita bicara, Suna?” tanya Wakatoshi lagi.

“Bicara apa? Lepasin dulu napa, sih!” tukas Rintarou mencoba menarik tangannya agar lepas dari cengkeraman tangan Wakatoshi.

“Jangan dilepas! Ntar kabur!” tukas Atsumu.

“Kabur apaan, sih, njir! Emang gue maling! Pake acara kabur-kaburan segala!” tukas Rintarou.

“Tapi buktinya lo emang berusaha mau kabur, kan? Sengaja masuk kelas mepet. Duduk di kursi paling depan biar bisa cepet kabur!” tukas Atsumu.

“Atsumu benar. Jika saya lepas, kamu pasti kabur,” ucap Wakatoshi.

“Enggak, njir!” tukas Rintarou. “Malu diliatin orang gandeng-gandeng begini!” tukas Rintarou.

“Ya udah, gue aja sini yang gandeng lo. Orang-orang, kan, udah tau kalo kita ini bestie!” tukas Atsumu yang tiba-tiba sudah merangkul pundak Rintarou.

“Ayo ikut kita!” tukas Kiyoomi.

“Kayak apaan aja! Emang mau ngomongin apa?” tanya Rintarou.

Wakatoshi mempersempit jarak di antara mereka, “soal kamu dan Nana.”

Rintarou terdiam ketika melihat ekspresi wajah Wakatoshi yang terlihat biasa saja ketika mengatakan itu. Jujur saja Rintarou tidak pernah bisa menebak apa isi kepala kakak angkatannya itu. Wajahnya terlalu datar dan sulit dibaca.

Rintarou ditarik menuju tempat yang lebih sepi. Rangkulan Atsumu juga terasa lebih kencang dari biasanya, mungkin memang sengaja agar Rintarou tidak bisa kabur dari mereka.

Taman di dekat fakultas hukum memang sepi. Selain karena rumor yang beredar bahwa gedung fakultas hukum itu berhantu, taman itu sepi karena jauh dari kantin, sehingga tidak banyak yang menghabiskan waktu di sana.

“Duduk!” perintah pertama yang Wakatoshi ucapkan kepada Rintarou. Mau tidak mau Rintarou menurut duduk, dengan Atsumu yang ikut-ikutan duduk di sebelahnya. Sedangkan Wakatoshi dan Kiyoomi duduk di depannya.

“Lo harusnya tau, sih, apa yang bakal kita omongin,” ucap Kiyoomi. Rintarou masih diam.

“Sebelumnya, saya ingin meminta maaf karena sudah membuatmu merasa tidak nyaman seperti yang kamu katakan di grup semalam,” ucap Wakatoshi.

“Udah baca kok guenya,” balas Rintarou.

“Lo habis marah-marah gitu tau-tau keluar dari grup gitu aja. Lo juga belum jawab lo sebenernya pacaran apa nggak sama Oikawa!” tukas Atsumu.

“Ya emang kenapa? Gue pacaran sama Oikawa apa nggak bukan urusan lo pada!” tukas Rintarou.

“Ya jelas urusan kitalah!” seru Atsumu.

Rintarou mengernyit. “Lah? Apa urusannya? Emang lo siapa? Lo pada bukan siapa-siapa gue!” tukas Rintarou. “Selain temen, lo semua bukan siapa-siapa gue yang berhak larang-larang gue mau gue ngapain aja,” sambung Rintarou.

“Ya kalo pacaran sama Oikawa bikin lo berhenti jadi Nana, ya jadi urusan kitalah!” tukas Atsumu.

“Lagian lo kenapa tiba-tiba mau berhenti dari akun Nana?” tanya Kiyoomi.

“Emang kenapa kalo gue berhenti? Di luar sana masih banyak akun gituan, sana cari! Banyak!” tukas Rintarou.

“Saya hanya ingin akun Nana.” Rintarou cukup terkejut ketika mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Wakatoshi. “Saya sudah coba mencari akun yang serupa. Tapi tidak ada yang membuat saya tertarik selain akun Nana.”

“Setelah gue tau Nana itu lo, gue jadi makin semangat. Gue jadi bisa punya bayangan yang jelas pas lo jadi Nana! Nggak harus bayangin yang nggak pasti kayak sebelum gue tau Nana itu lo!” tukas Kiyoomi.

“Gampang juga pas mau request waktu tau kalo Nana itu lo,” tambah Atsumu.

Rintarou mendengus. “Lo semua sinting apa gimana? Sange kok sama akun anonim!” tukas Rintarou.

“Ya kalo kita tau siapa di balik akun anonim itu, masa masih mau dibilang sange sama akun anonim?” tanya Atsumu.

“Karena kita tau siapa Nana itu aslinya, makanya bisa sange,” ucap Kiyoomi.

“Lo pada udah aneh emang!” tukas Rintarou. “Gue udah bilang, gue berhenti main itu akun. Nggak peduli gue baju-baju di apartemen gue jadi nganggur nggak kepake atau apa! Gue nggak mau buka akun itu lagi!”

“Lo jadi tiba-tiba gini gara-gara lo deket sama Oikawa apa gimana?” tanya Atsumu kesal.

“Nggak ada hubungannya sama Oikawa!” tukas Rintarou tidak kalah kesal.

“Ya lo jadi aneh semenjak kenal sama tuh orang!” tuding Atsumu.

Kiyoomi mengangguk setuju. “Lo jadi sering pergi bareng Oikawa dan nggak mau lagi nongkrong bareng kita,” ucapnya.

“Karena gue bosen nongkrong sama lo pada! Gue pengen cari suasana baru!” Rintarou membalas.

“Suna, kamu benar-benar tidak ada hubungan apa-apa dengan Oikawa ini?” tanya Wakatoshi.

“Gue udah bilang berkali-kali tadi, gue sama Oikawa ada hubungan apa enggak, itu bukan urusan kalian!” tukas Rintarou.

“Gue nggak terima lo berhenti jadi Nana gitu aja!” tukas Atsumu.

“Emang gue butuh persetujuan lo buat berhenti jadi Nana apa enggak?” tanya Rintarou. “Suka-suka gue!”

“Bukannya jadi Nana juga nguntungin lo? Kenapa tiba-tiba berhenti coba,” ucap Kiyoomi.

“Gue udah bilang. Suka-suka gue kapan gue mau berhenti atau lanjut!”

“Saya masih penasaran alasan sebenarnya kamu tiba-tiba berhenti menjadi Nana, Suna,” ucap Wakatoshi.

“Udahlah! Gue makin yakin lo sama Oikawa ada apa-apa!” tukas Atsumu.

“Susah ngomong sama lo pada. Gue udah bilang berkali-kali dari tadi urusan gue sama Oikawa itu bukan urusan kalian!”

“Lo pacaran sama Oikawa, ya? Makanya tiba-tiba lo berhenti jadi Nana?” tanya Kiyoomi.

“Gue—”

“Suna-chan! Di sini ternyata!”

Empat kepala itu menoleh dan mendapati sosok Tooru yang berjalan menghampiri mereka. Atsumu mengernyit, merasa asing dengan sosok yang berjalan mendekati mereka.

“Gue udah telfon lo dari tadi tapi nggak diangkat. Gue cari di kelas lo juga udah nggak ada di sana!” tukas Tooru. Tooru meraih tangan Rintarou, sedikit menarik tangan Rintarou agar Rintarou berdiri. “Sorry, ya. Gue sama Suna-chan ada urusan, jadi gue ajak Suna-chan balik sekarang, ya,” ucap Tooru.

“Heh! Lo siapa? Kita juga masih ada urusan sama Suna!” tukas Atsumu.

“Nyokap lo telfon gue, tanya semalem lo kenapa nggak pulang ke rumah. Sekarang nyokap lo mau ketemu sama lo,” ucap Tooru menatap Rintarou.

Rintarou mengernyit. Ibunya menghubungi Tooru?

“Gue nggak mau bahas yang tadi lagi. Keputusan gue udah final. Gue mau balik sekarang!” tukas Rintarou.

“Gue anter sekalian, ya.” Rintarou mengangguk setuju.

Tooru menatap ketiga teman Rintarou sekilas sebelum mengangguk kecil dan berjalan meninggalkan tiga orang itu. Rintarou pun ikut berjalan pergi bersama Tooru.

Atsumu, Kiyoomi dan Wakatoshi melihat Tooru yang kemudian menggandeng tangan Rintarou ketika mereka pergi. Rintarou terlihat tidak keberatan sama sekali. Hal itu semakin meyakinkan ketiganya, bahwa ada hubungan yang spesial di antara Tooru dan Rintarou mereka.

tbc