Kado

Natsuki birthday countdown

Drabble by @l1_mey


D-1 — Kado

Sudah hampir setengah jam aku menyusuri setiap rak dalam toko yang sedang aku kunjungi kini. Besok adalah hari ulang tahun Natsuki, dan aku sedang berusaha mencari kado yang akan aku berikan untuk Natsuki esok hari.

Sejujurnya aku bingung ingin memberikan kado apa untuk Natsuki. Barang apa yang ingin aku berikan kepada Natsuki yang kira-kira Natsuki masih membutuhkannya.

Ternyata memilih kado untuk seseorang sebegini rumitnya. Aku sampai harus menghela napas berkali-kali karena bingung antara memilih barang itu atau yang ini, mana yang lebih bagus atau mana yang lebih dibutuhkan untuk Natsuki.

Setengah jam kembali terlewati. Setelah memikirkan matang-matang apa yang akan aku berikan kepada Natsuki, akhirnya aku memilih satu barang. Aku tidak tahu apakah Natsuki akan menyukainya atau tidak? Akankah dia memakainya atau tidak? Setidaknya aku sudah memberikan sesuatu yang berguna untuknya.

Aku berjalan meninggalkan keluar toko begitu menyelesaikan pembayaran barang yang aku beli. Waktu sudah menunjukkan tengah hari, perutku rasanya juga sudah keroncong sedari tadi. Aku memutuskan untuk berjalan lebih lama demi mencari café tempat aku bisa memesan makanan atau minuman, atau sekedar beristirahat setelah terlalu lama berdiri di antara rak-rak toko tadi. Jujur saja kakiku juga terasa pegal.

Belum sepuluh menit aku menikmati hidangan yang tersaji di depanku, aku dikejutkan dengan kemunculan Natsuki yang entah dari mana. Natsuki tiba-tiba saja masuk ke dalam café tempatku bersantai saat ini dan tersenyum lebar ketika ia sampai di depan mejaku.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku.

“Kau juga. Apa yang kau lakukan di sini sendiri? Kenapa tidak mengajakku?” tanyanya.

“Aku ada urusan di sekitar sini. Kau sendiri? Bagaimana kau menemukanku?” tanyaku.

Belum sempat Natsuki menjawab, seseorang dengan langkah tergopoh-gopoh berjalan menghampiri kami.

“Natsukiiiii!!!! Kenapa meninggalkanku sendiri!?”

Ah, Ittoki Otoya—salah satu teman Natsuki yang sering aku lihat bersama Natsuki. Jadi Natsuki pergi bersama Otoya.

“Aku melihatmu masuk ke café ini, maka dari itu aku ke mari,” jawab Natsuki.

“Tapi tidak perlu buru-buru seperti itu! Aku lelah mengejarmu!” tukas Otoya.

“Butuh minum?” tawarkan pada Otoya yang terlihat masih terengah-engah.

“Mau!” jawab Otoya cepat.

“Otoya kau tawari minum. Aku tidak?” tanya Natsuki.

“Kau, kan, bisa pesan sendiri,” ucapku.

“Tidak adil!” tukas Natsuki sedikit cemberut.

Aku terkekeh, namun akhirnya segera memanggil pelayan dan memesan minuman yang lainnya untuk Natsuki juga Otoya.

“Ngomong-ngomong, sedang apa kalian di sini?” tanyaku.

“Aku meminta Natsuki untuk menemaniku membeli senar gitar baru, sekalian Natsuki juga membeli senar gitar untuk biolanya,” jawab Otoya.

Aku hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban dari Otoya.

“Bagaimana denganmu? Kenapa kau sendirian di distrik perbelanjaan seperti ini?” tanya Natsuki.

“Aku sudah katakan tadi, aku mempunyai urusan di sini,” jawabku.

“Urusan itu berhubungan dengan isi paper bag ini—”

Belum sempat Natsuki menyentuh paper bag yang aku letakkan di atas meja café ini, aku sudah lebih dulu menyambarnya dan menjauhkannya dari jangkauan Natsuki.

Natsuki mengernyit, “kenapa, sih?” tanyanya.

“Ini rahasia! Tidak ada yang boleh tahu!” tukasku.

“Termasuk aku?” tanya Otoya, aku mengangguk.

“Dan aku?” tanya Natsuki.

“Ya. Tidak ada yang boleh tahu!” tukasku. Mana mungkin, kan, aku membeberkan isi paper bag ini pada orang lain: apalagi kepada Natsuki. Biar saja Natsuki penasaran dengan isinya sampai aku memberikan isi paper bag ini kepada Natsuki sebagai kado ulang tahunnya.

•••