kehilangan

narasi bagian dua dari Missing You, a semisuna short story


tw // blood , breakdown , death cat

Kedua tangan Suna Rintarou bergetar, isakannya sedari tadi tidak bisa berhenti entah sudah berapa lama. Dalam pelukannya tergolek tidak bergerak tubuh mungil seekor kucing berwarna abu-abu. Susah payah Rintarou mencoba menghubungi sahabat-sahabatnya untuk meminta bantuan, beruntung Rintarou memiliki sabahat-sahabat yang tanggap. Tahu jika Rintarou sedang tidak baik-baik saja, ketiga sahabatnya langsung tanggap dan mengatakan akan segera ke rumah Rintarou.

Rintarou kembali terisak melihat tubuh kucing kesayangannya sudah tidak bernyawa. Rintarou baru saja pulang dari sekolah, turun menuruni angkutan kota yang berhenti di depan gapura perumahan tempat ia tinggal, kemudian berjalan santai menuju rumahnya.

Namun langkah Rintarou terhenti ketika melihat sesuatu yang tergeletak di pinggir jalan. Ketika Rintarou berjalan menghampiri sesuatu itu, kaki Rintarou langsung serasa seperti jeli, kedua matanya langsung memanas dan tubuhnya bergetar. Sesuatu yang dihampirinya itu adalah Bubu, seekor kucing abu-abu lucu peliharaannya.

Rintarou merengkuh tubuh mungil tak bergerak itu ke dalam pelukannya, sepanjang perjalanan pulangnya Rintarou tidak hentinya terisak. Hatinya terasa sangat sakit dan hancur ketika melihat betapa mengenaskannya keadaan Bubu kini, terlebih lagi ia menemukan Bubu dalam keadaan tidak bernyawa bersimbah darah.

“RIN!” Rintarou mendongakkan kepalanya. Tangisnya langsung kembali pecah ketika melihat salah satu sahabatnya, Kozume Kenma yang berlari kecil menghampirinya. “Rin! Bubu—YA TUHAN!” Kenma sedikit terkejut ketika melihat keadaan Bubu yang sudah tidak bergerak dalam pelukan Rintarou.

“Ken ... Bubu ... Bubu ....” Rintarou terisak.

“Ya Tuhan, Bubu kenapa bisa begini?” Kenma bertanya lirih, ia duduk di sebelah Rintarou, mengelus pelan punggung Rintarou yang bergetar karena tangis.

Rintarou menggelengkan kepalanya, tanda jika ia tidak tahu kenapa Bubu kesayangannya bisa seperti itu.

“RIN!” suara dari halaman rumah Rintarou kembali terdengar, kali ini dua sahabat kembarnya yang terlihat terburu-buru berlari memasuki rumah Rintarou.

“Rin, ken—” Miya Atsumu tidak melanjutkan pertanyannya. Ia langsung mendekati Rintarou, dan memeluk tubuh sahabatnya itu. Salah satu tangan Atsumu ikut mengelus pelan punggung Rintarou. “Nggak apa-apa, Rin. Nggak apa-apa!” bisik Atsumu, “nangis aja nggak apa-apa,” bisiknya lagi.

Miya Osamu—saudara kembar Atsumu—juga ikut duduk mengelilingi Rintarou. Ia merasa sangat sedih ketika melihat Bubu yang ada di dekapan Rintarou.

Ketiga sahabat Rintarou itu sangat tahu betul bagaimana sayangnya Rintarou pada Bubu, bagaimana Rintarou akan terlihat bahagia jika sudah membicarakan segala hal tentang Bubu dan bagaimana semangatnya Rintarou jika harus berbelanja untuk keperluan makhluk mungil berbulu itu. Mereka juga tahu betapa berharganya Bubu bagi Rintarou. Melihat kondisi Bubu saat itu, mereka ikut merasakan bagaimana rasa kehilangan itu bisa sesakit ini.

“Rin yang ikhlas, ya. Bubu udah bahagia di sana. Bubu pasti nemenin mama lo di atas sana.”

tbc

note ga penting, tapi aku nyesek banget ngetik bagian ini sama bayanginnya. Keinget gimana aku breakdown jg waktu kehilangan salah satu kucingku bulan lalu