kenalan

narasi bagian dua puluh enam dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


Oikawa dan Semi bertemu

Seperti yang sudah dijanjikan, Eita benar-benar datang ke apartemen Rintarou sekitar pukul tujuh malam. Rintarou pun menyambut kedatangan Eita seperti biasanya. Apartemen Rintarou masih sepi saat Eita sampai. Maksudnya, Eita tidak melihat keberadaan sosok lain yang bernama Oikawa Tooru di apartemen Rintarou saat itu.

“Lah katanya Oikawa juga ke sini?” tanya Eita kepada Rintarou.

“Tadi udah ke sini. Tapi balik lagi ke apart dia,, mau mandi dulu katanya,” balas Rintarou.

“Lo lagi bikin apaan?” tanya Eita mengikuti langkah Rintarou ke dapur apartemennya.

“Lagi bikin spageti. Mau nggak lo?” tawar Rintarou.

“Ya maulah! Ya kali nggak!” tukas Eita.

“Ya udah bantuin gue siapin piring!” perintah Rintarou. “Ambil tiga piring, ya!” tukas Rintarou.

“Oke.”

Disaat keduanya sibuk menyiapkan makan malam, pintu apartemen Rintarou terbuka. Eita mendongak menatap Rintarou yang sama sekali tidak terganggu oleh bunyi pintu apartemennya.

“Oikawa itu paling,” ucap Rintarou seakan tahu jika Eita tengah menatapnya. Eita hanya mengangguk kemudian ber-‘oh’ saja.

“Suna-chan! Gue bawa soda, nih! Lo suk—” ucapan Tooru terhenti ketika ia berjalan menuju dapur dan mendapati jika Rintarou tidak sedang sendiri. Ada Eita yang menemani.

“Hai.” Eita menyapa.

“Oh, hai! Gue kira tadi Suna-chan sendirian aja,” ucap Tooru.

Eita terdiam, jadi ini yang dimaksud oleh teman-temannya jika Oikawa Tooru ini memanggil Rintarou dengan tambahan -chan di belakang namanya.

Sorry, nggak bermaksud ganggu acara nonton lo berdua. Tapi nggak apa-apa, kan, gue ikut gabung?” tanya Eita.

“Temen gue. Lo belum pernah ketemu juga, kan?” tanya Rintarou kepada Tooru.

Tooru menggeleng, “belum, sih. Gue Oikawa Tooru, panggil Oikawa aja.” Tooru mengulurkan tangannya kepada Eita.

“Semi Eita. Panggil aja Semi. Temen Suna dari bocil,” ucap Eita menjabat tangan Tooru. “Gue denger lo juga temennya Bang Kuroo sama Daishou, ya?” tanya Eita.

“Oh, iya. Nggak deket-deket banget, sih. Sekedar temen SMP aja dulu,” balas Tooru.

“Lo bawa apa tadi?” tanya Rintarou kepada Tooru.

“Soda, nih! Lo mau nggak?” tanya Tooru.

“Suna nggak biasa minum soda!” tukas Eita tiba-tiba.

Tooru menatap Eita sekilas, kemudian menatap Rintarou, “oh, iyakah?” tanyanya.

Rintarou mengangguk, “jarang, sih. Mending jus daripada soda. Tapi nggak apa-apa, lo bisa minum sodanya berdua. Sayang lo udah beli sebotol gede kalo nggak diminum,” ucap Rintarou.

“Kalo gue, sih, nggak masalah minum soda. Asal boleh apa nggak sama yang bawa,” ucap Eita.

Tooru menatap Eita kemudian tersenyum, “ya boleh aja. Ngapain gue larang. Gue bawa, kan, juga buat diminum juga,” ucap Tooru.

“Ya udah ayo ke ruang tengah! Makan di sana aja sekalian milih mau nonton apa!” ajak Rintarou kepada Eita dan Tooru.

Rintarou berjalan terlebih dahulu dengan membawa piring dan satu gelas jus di tangannya. Tooru dan Eita melempar pandang, keduanya tersenyum samar sebelum mengambil jatah makan malam masing-masing.

Entah apa yang ada dalam batin mereka. Namun jelas sekali keduanya saling melempar tatapan tidak suka.

tbc