kesempatan

narasi bagian enam dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


Flashback dua hari yang lalu

Pagi-pagi ketika Rintarou bangun dari tidur, ia merasakan pusing yang teramat sangat. Belum lagi tiba-tiba ia merasakan tubuhnya yang terasa panas. Tangannya meraba keningnya sendiri, merasakan betapa panasnya tubuhnya.

Rintarou mendengus, stres banyak pikiran dan melewatkan beberapa kali jam makan membuat tubuh Rintarou tidak kuat. Ia terkena demam tiba-tiba.

Tangan Rintarou beralih meraba sekeliling tubuhnya, berusaha mencari ponselnya. Ketika ia menemukan ponselnya, Rintarou melihat bahwa saat ini sudah pukul sembilan pagi. Lagi-lagi Rintarou melewatkan jam sarapannya.

Ia berusaha untuk bangun dari tidurnya yang mengakibatkan kepalanya semakin pening. Rintarou berusaha tahan, perlahan-lahan ia berjalan menuju dapur kecil apartemennya, mengambil gelas kemudian mengisinya dengan air putih sebelum meminumnya.

Rintarou mendongak ketika mendengar suara bel pintu apartemennya. Siapa yang kira-kira datang ke apartemennya pagi-pagi seperti ini. Perlahan Rintarou berjalan menuju pintu, ia mengintip melalui celah kecil di pintunya sebelum membuka pintu itu.

Rintarou mengernyit ketika melihat sosok yang tidak ia sangka sebelumnya sudah berdiri di depan pintu apartemennya.

“Lo ngapain ke sini, Kak?” tanya Rintarou begitu membuka pintu. Kuroo Tetsurou mengernyit ketika melihat ekspresi Rintarou ketika membukakan pintu untuknya.

“Lo sakit?” tanya Tetsurou tanpa menjawab pertanyaan Rintarou.

“Pusing doang.” Rintarou menjawab.

“Yakin pusing doang? Muka lo pucet amat!” tukas Tetsurou. “Dah dah ayo masuk dulu!” tukas Tetsurou kemudian mendorong tubuh Rintarou masuk ke dalam apartemen.

“Kok jadi lo yang nyuruh gue masuk ke apartemen gue sendiri!” protes Rintarou.

“Njir! Lo panas banget!” tukas Tetsurou tidak peduli dengan ucapan Rintarou. “Udah minum obat belum lo?” tanya Tetsurou kemudian.

“Ya belum. Gue baru aja bangun juga,” jawab Rintarou.

“Lo tiduran aja di sini. Pintu apartemen lo nggak usah lo kunci. Gue beliin obat sama bubur dulu, ntar gue balik lagi!” tukas Tetsurou.

“Lah nggak usah, Kak!” Rintarou berusaha menolak.

“Lo nurut aja mending!” tukas Tetsurou. “Klo gue nggak ke sini siapa yang bakal bantuin lo. Klo lo di asrama mending, bisa minta tolong anak asrama yang lain. Masalahnya lo di apartemen sendiri!” cerocos Tetsurou. “Udah tunggu aja. Lo istirahat dulu, ntar klo udah siap gue bangunin!”

Tetsurou tidak menunggu jawaban dari Rintarou, pemuda bertubuh tinggi itu langsung keluar dari apartemen Rintarou dan menutup pintu. Rintarou sendiri hanya bisa menghembuskan napas pelan. Ia melirik pada tas belanjaan yang sebelumnya ia lihat dibawa oleh Tetsurou. Ia penasaran ingin melihat apa isinya, namun tenaganya sama sekali tidak ada. Maka tidak lama setelah itu, Rintarou memilih menyerah dan kemudian memejamkan matanya.

***

Rintarou terbangun beberapa saat kemudian dalam posisi dirinya sudah tertidur di sofa dengan selimut yang sudah menyelimuti tubuhnya. Rintarou perlahan bangun, ia mengedarkan pandangannya tepat ketika Tetsurou keluar dari dapur kecilnya dengan nampan berisi mangkuk dan segelas air putih.

“Nah kebetulan lo udah bangun. Nih gue beliin bubur, barusan gue angetin sebentar sama obat sekalian.” Tetsurou menjelaskan, “nih makan mumpung masih anget!” tukas Tetsurou meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja.

“Makasih, Kak. Ntar uangnya gue ganti,” ucap Rintarou.

“Nggak usah!” tolak Tetsurou.

“Ya nggak bisa gitu dong. Utang budi ntar guenya,” ucap Rintarou.

“Yaudah kalo lo maksa. Gantinya jangan pake duit aja kalo gitu,” ucap Tetsurou.

“Terus pake apaan?” tanya Rintarou.

Tetsurou tersenyum lebar, seperti tengah memenangkan sebuah hadiah. Tetsurou kemudian meraih tas belanjaan yang sebelumnya Rintarou penasaran apa isinya. Tetsurou mengambil sesuatu dari dalam sana.

“Lo ngapain bawa rok gituan ke sini njir!” tukad Rintarou begitu melihat apa yang Tetsurou bawa.

Tetsurou tersenyum lebar. “Lah gue, kan, udah bilang gue penasaran lo pake baju kayak kemarin itu. Makanya gue sengaja pesenin khusus buat lo nih!” tukas Tetsurou.

“Lo sinting ih, Kak!” tukas Rintarou.

“Gue kepalang penasaran, Sun!” tukas Tetsurou. “Lo pake ini, ya!” pinta Tetsurou.

“Ih, nggak!” tolak Rintarou mentah-mentah.

“Katanya tadi mau gantiin bubur sama obatnya. Katanya nggak mau utang budi juga. Nah ini biar impas lo gantinya pake baju ini aja,” ucap Tetsurou.

“Itu, mah, mau lo doang, Kak. Lo sengaja ya bantuin gue biar bisa nyuruh gue pake gituan?” tuding Rintarou.

Tetsurou terkekeh, sama sekali tidak menyangkalnya. “Tadinya gue emang niat ke sini pengen minta lo pake ini. Taunya lo lagi sakit, gue hanya memanfaatkan kesempatan aja sih,” jelas Tetsurou.

Rintarou mendengus, sudah tidak terhitung berapa kali ia mendengus hari ini. Ada saja hal yang membuatnya mendengus malas seharian ini.

“Gimana? Gue nggak mau kalo dibalikin duit. Udah sih pake ini aja. Nggak bakal gue sebarin kayak si Teru kok, santai!” tukas Tetsurou.

Rintarou menatap kakak angkatannya itu selama beberapa saat. Dalam hati ia ingin tertawa melihat bagaimana ekspresi wajah Tetsurou yang terlihat sangat ingin sekali Rintarou memakai rok mini yang pemuda itu bawa.

Rintarou menghembuskan napas pelan, “ya udah.”

Rintarou mungkin sudah agak gila ketika mengiyakan permintaan Tetsurou begitu saja. Ia juga merasa sedikit semangat ketika melihat bagaimana Tetsurou berseru heboh. Sejujurnya Rintarou penasaran akan seperti apa reaksi Tetsurou ketika melihatnya memakai pakaian perempuan secara langsung nanti.

tbc