ketahuan

narasi bagian tiga dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


Rintarou kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Ponselnya ia letakkan lebih jauh dari tubuhnya. Menatap langit-langit kamar, Rintarou kembali mengingat kejadian dulu yang pernah ia alami semasa SMA. Kedua kakak kelasnya itu pernah tidak sengaja melakukan servis bola voli dan mengenai tepat di kepalanya. Kerasnya hantaman bola voli di kepalanya membuat Rintarou pingsan saat itu juga. Kejadiannya dalam waktu yang berbeda, pelaku yang berbeda namun herannya korbannya sama, yaitu Rintarou.

Rintarou masih ingat, sejak saat itu ia menjadi kenal dengan dua kakak kelasnya itu. Ushijima Wakatoshi dan Bokuto Koutarou. Keduanya memiliki besar tubuh yang hampir sama, tidak heran kekuatan mereka ketika berurusan dengan voli sama kuatnya dan sama-sama membuat Rintarou pingsan di tempat karenanya.

Rintarou terkekeh, tiba-tiba membayangkan bagaimana kokohnya Wakatoshi atau Koutarou ketika memegang pinggang rampingnya. Rintarou yakin, keduanya pasti akan meninggalkan bekas di pinggangnya. Wajah Rintarou mendadak merah, apa-apaan itu pikirannya dipagi hari seperti ini.

“Gue pengen beli outfit baru ajalah. Mumpung nggak direcoki sama anak-anak yang lain.” Rintarou berbicara pada dirinya sendiri.

Segera bangun dari tidurnya, Rintarou berjalan menuju kamar mandi. Segera bersiap untuk pergi menikmati waktu hari Minggu-nya ini.

***

Rintarou memutuskan untuk pergi ke kota seberang yang cukup jauh dari tempat tinggalnya kini untuk berbelanja. Selain untuk menghindari jikalau ia bertemu dengan seorang yang ia kenal ketika ia memilih barang, ia juga tidak ingin ada orang yang tahu tentang hobi uniknya itu.

Rintarou tidak tahu sejak kapan ia menyukai hobi ini, padahal sebelumnya Rintarou jelas-jelas tidak menyukai melihat seorang laki-laki berpakaian seperti perempuan. Namun, ketika ia SMA dan teman-temannya memaksanya mengikuti kontes kecantikan atau cosplay yang diadakan di festival yang sekolah mereka adakan, Rintarou harus berpenampilan seperti perempuan dan memakai baju perempuan untuk mengikuti kontes tersebut. Sejak kejadian itu pandangan Rintarou sedikit berubah mengenai laki-laki yang ingin berpenampilan seperti perempuan. Berpenampilan seperti seorang perempuan agar terlihat cantik dan mendapatkan pujian dari banyak orang membuat Rintarou merasakan sebuah kepuasan sendiri. Belum lagi memang fisik Rintarou yang sangat mendukung ketika ia berpenampilan seperti perempuan membuat Rintarou menjadi percaya diri ia bisa membuat semua orang tertarik kepadanya.

Mungkin sejak itu Rintarou menjadi hobi melakukan cross-dressing seperti ini. Ketika ia menginjak bangku perkuliahan dan menjadi lebih bebas dari sebelumnya, ia mulai iseng membuat akun alter yang ia beri nama “Nana”. Rintarou bahkan tidak menyangka jika justru teman-teman dekatnya menjadi penggemarnya dari sekian banyak penggemar di media sosial.

Rintarou memberikan beberapa uang lembaran kepada sopir taksi yang telah mengantarkannya ke tempat yang ia tuju. Sebuah gedung pusat perbelanjaan cukup besar, tempat biasa ia membeli outfit-outfit yang sering ia pakai.

Rintarou tidak bisa menahan senyum lebar di balik masker yang ia kenakan. Ia tidak sabar untuk memilih banyak outfit baru yang akan ia pamerkan nantinya.

Langkah Rintarou terasa sangat mantap, ia berjalan memasuki pusat perbelanjaan itu dan mulai menyinggahi toko-toko pakaian dan aksesoris yang menarik perhatiannya.

Rintarou tidak tahu sudah berapa lama ia mengelilingi banyak toko yang menarik perhatiannya. Tangannya juga sudah banyak menjinjing tas hasil belanjanya dari berbagai merk yang ia beli. Sejujurnya Rintarou merasa kesusahan, hanya saja ia tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun untuk membantunya atau orang lain akan tahu tentang hobinya ini.

“Lah? Suna?”

Rintarou hampir saja menyemburkan minuman yang baru saja ia minum ketika mendengar seseorang memanggil namanya.

Rintarou memilih untuk beristirahat di dalam sebuah kafe dalam pusat perbelanjaan itu dan memesan makanan atau minuman. Namun ia tidak pernah menyangka justru bertemu dengan orang yang ia kenal di kafe ini.

“Lah, iya bener Suna. Sama siapa, Sun?”

Rintarou mengangguk kikuk. “Sendiri aja, sih, Kak. Lo bertiga aja?” tanya Rintarou. Menatap sosok Kuroo Tetsurou, Bokuto Koutarou, dan Sawamura Daichi.

“Sendiri?” tanya Daichi menatap beberapa tas belanjaan Rintarou. “Lo belanja apa gimana? Banyak amat!” tukas Daichi.

“Borong lo?” tanya Tetsurou.

“Ya gitu deh,” jawab Rintarou kikuk.

“Wah enak nih pas banget lagi haus!” tukas Koutarou yang langsung duduk di sebelah Rintarou dan meminum minuman Rintarou

“Ih, Kak! Kok diminum!” tukas Rintarou memukul bahu Koutarou kesal.

“Haus gue!” tukas Koutarou kemudian tertawa.

“Bego! Pesen sendirilah kalo haus. Main nyosor minuman orang aja lo!” tukas Daichi yang kemudian ikut duduk di hadapan Koutarou. Tetsurou juga ikut duduk di hadapan Rintarou. Jadilah empat orang itu duduk disatu tempat yang sama.

“Banyak amat, Sun? Lo beli baju apa gimana nih?” tanya Koutarou menunjuk belanjaan Rintarou.

Rintarou mengangguk, “sekalian beli buat adik gue sama mama,” jawabnya. Jelas hanya alasan saja. Mana mungkin ia mengatakan bahwa yang ia beli itu untuknya semua.

“Jauh amat lo sampe belanja ke sini?” tanya Daichi.

“Ya nggak apa-apa. Enak aja belanja di sini lebih komplit,” jawab Rintarou, “lo sendiri gimana, Kak? Lo bertiga ngapain di sini?” Rintarou ganti bertanya.

“Tadi kita habis ketemuan sama kenalan. Sekalian main-main aja, sih,” jawab Tetsurou.

“Pas banget malah ngeliat lo masuk sini,” sambung Daichi.

“Jadi kita ikutin!” tukas Koutarou tertawa.

Rintarou kicep, bingung harus bagaimana. Ia memilih ke pusat perbelanjaan yang jauh agar tidak bertemu dengan orang yang ia kenal. Realitanya ia malah bertemu dengan tiga kakak angkatannya ini.

tbc