kiss

#semisuna short naration

1,4k words | m/m | fluff cringe | read with your own risk aja pokoknya


Kiss

Rintarou sedang fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya ketika tiba-tiba ia merasakan seseorang duduk di kursi sebelahnya. Rintarou mengernyit, kemudian menoleh dan mendapati Miya Atsumu—sahabatnya—itu tengah menatapnya dengan tatapan aneh.

“Ngapain lo?” tanya Rintarou kemudian.

Atsumu mendengus, “lo nggak usah pura-pura lagi!” tukasnya tiba-tiba yang membuat Rintarou semakin mengernyit.

“Pura-pura apaan?” tanya Rintarou.

“Dih!” Atsumu berdecih, “nggak usah pura-pura lo! Lo udah jadian, kan, sama Semi!” tuding Atsumu.

Rintarou membelalakkan kedua matanya, ia reflek menutup mulut Atsumu dengan tangannya sebelum Atsumu kembali bersuara. “Anjir! Diem! Ngapain ngomongin gituan di sini, sih!?” Rintarou menatap Atsumu sebal.

Atsumu menepis pelan tangan Rintarou dari mulutnya sebelum kembali berbicara, “kalo gue nggak ngomong langsung kayak gini, lo nggak bakal cerita, kan?” tanya Atsumu.

“Gue bakal cerita!” sangkal Rintarou.

“Tapi nyatanya sampe sekarang gue sama sekali nggak tahu kalo lo udah jadian sama Semi. Kalo aja Kuroo nggak cerita ke gue, gue mana tahu,” jelas Atsumu.

Rintarou menghembuskan napas pelan, “gue bakal cerita ke elo elah. Cuma nggak ada waktu aja,” ucap Rintarou, “lo sendiri juga sibuk sama voli, kan? Gue udah ngajak lo jalan beberapa kali tapi lo sibuk mulu,” sambung Rintarou.

Atsumu terdiam, tangannya menggaruk pelan tengkuknya, merasa kikuk. Apa yang dikatakan Rintarou memang ada benarnya juga. Akhir-akhir ini ia sering sekali disibukkan dengan kegiatan voli yang sebentar lagi akan mengikuti turnamen tingkat SMA. Ia ingat Rintarou beberapa kali mengajakkan pergi bersama, namun Atsumu beberapa kali juga menolakknya karena sibuk.

Sorry,” ucap Atsumu akhirnya.

Rintarou menghembuskan napasnya pelan kemudian menggeleng, “nggak apa-apa. Gue tahu lo emang lagi sibuk-sibuknya sama voli,” ucap Rintarou.

“Jadi? Karena gue udah ada di sini, yaudah cepet cerita gimana lo sama Semi bisa jadian!” tuntun Atsumu.

“Nggak ada yang spesial, kok.” Rintarou berkomentar.

“Ya walaupun gitu, kan, gue tetep pengen tahu gimana ceritanya lo bisa jadian sama Semi! Lo, kan, juga udah suka sama dia agak lama,” balas Atsumu.

“Gue sama Kak Semi jadian udah semingguan,” ucap Rintarou.

“Semingguan? Hmm ... HAH!? Habis pentas seni, dong!” tukas Atsumu.

Rintarou mengangguk. “Lo tahu, kan, kelasnya Kak Semi tampil nge-band, jadi sebelum tampil gue ngasih semangat ke Kak Semi. Eh Kak Semi habis itu pokoknya gue harus nonton dia gitu, terus nyuruh ketemu dia di taman belakang sekolah setelah dia tampil. Pas ketemu kita basa-basi doang gitu, tahu-tahu Kak Semi bilang kalo lagu yang dia nyanyiin di panggung itu buat gue, terus nembak gue, ya gue terima. Cerita selesai.” Rintarou kemudian menatap Atsumu yang masih diam. “Kok diem lo? Ngomong apa kek!” tukas Rintarou.

“Bentar. Gue speechless! Romantis amat Semi nyanyiin lagu buat nembak lo!” tukas Atsumu.

Rintarou hanya mengangguk-angguk kecil. Senyum tipis bisa terlihat dari bibirnya.

“Jadi mana PJ-nya! PJ wajiblah! Masa nggak!” tukas Atsumu.

“Ya ntar kapan-kapan,” balas Rintarou.

“Rin!”

Atsumu dan Rintarou sama-sama menoleh ke sumber suara. Atsumu terlihat sangat syok ketika melihat siapa yang memanggil sahabatnya dengan nama panggilannya itu.

“RIN!???” Atsumu berbisik menatap Rintarou penuh selidik.

Rintarou sama sekali tidak mempedulikan reaksi Atsumu dan fokus pada seseorang yang memanggil namanya itu. “Ada apa?” tanya Rintarou.

“Ntar balik sekolah jadi, kan?”

Rintarou mengangguk, “jadi.”

Sosok itu tersenyum kepada Rintarou, “oke. Aku tunggu di parkiran balik sekolah nanti, ya,” ucapnya.

Rintarou kembali mengangguk, “oke.”

“Oke kalo gitu. Dah.”

“Dadah!” Rintarou membalas lambaian tangan sosok itu sebelum sosok itu berbalik dan berjalan pergi meninggalkan mereka.

“Lo janjian mau ngapain sama Semi?” tanya Atsumu heboh.

“Kepo lo!” tukas Rintarou.

Rintarou kembali fokus mengerjakan tugasnya, tidak peduli dengan Atsumu yang terus-menerua merengek kepadanya bertanya apa yang direncanakannya bersama dengan sosok yang bernama Semi itu.

Semi Eita, kakak kelas Rintarou yang sudah suka sejak lama. Rintarou pertama kali bertemu dengan Eita ketika upacara penerimaan siswa baru, Eita adalah salah anggota OSIS dan menjadi panitia Masa Orientasi Siswa (MOS) juga pada saat itu. Kebetulan Eita menjadi penanggung jawab di kelasnya semasa MOS dulu, sehingga membuat menjadi bisa lebih dekat. Sejak itulah Rintarou menaruh rasa pada kakak kelasnya itu. Hampir satu tahun mereka saling mengenal, Rintarou masih sedikit tidak percaya jika Eita memiliki rasa yang sama kepadanya. Tepat satu minggu yang lalu, setelah acara pentas seni tahunan sekolahnya ... mereka berdua akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih.

Rintarou bahagia, namun masih sesekali ia merasa sangat malu jika harus berduaan saja dengan Eita.

***

Tidak ada kata yang tepat untuk mendeskripsikan bagaimana perasaan Rintarou saat ini. Pasalnya saat ini ia sedang berada di dalam kamar Eita. Eita mengajak Rintarou ke rumahnya. Awalnya mereka ingin kencan seperti pasangan pada umumnya sepulang sekolah, namun melihat hubungan mereka yang cukup tabu dimasyarakat luas ... maka mereka urungkan acara kencan itu dan berakhir dengan Eita mengajak Rintarou ke rumahnya saja.

Awalnya mereka ingin menonton film di rumah Eita, namun lagi-lagi acara itu gagal karena ternyata kakak Eita sudah lebih dulu menginvasi ruang keluarga dan menonton film bersama teman-temannya. Hingga berakhirlah mereka berdua di kamar Eita saat ini.

Rintarou gugup parah. Ia semakin gugup ketika melihat Eita keluar dari kamar mandi dalam kamarnya dengan setelah kaos dan celana pendek. Sangat berbeda sekali dengan saat Eita mengenakan seragam sekolah. Eita saat ini terlihat sangat tampan di mata Rintarou. Bermain dengan game di ponselnya berharap menjadi distraksi untuk Rintarou agar tidak selalu mencoba mencur-curi pandang ke arah Eita. Namun rasanya itu sia-sia, apalagi ketika dengan seenaknya Eita malah duduk di sebelah Rintarou yang kini duduk bersandar di sandaran ranjang Eita.

“Dicuekin, nih, aku ceritanya?” pertanyaan Eita menggema di telinga Rintarou.

“Apa, sih!?” tukas Rintarou mencoba menjauhkan ponselnya dari jangkauan Eita.

“Udahan sini main gamenya. Masa aku dicuekin gini, sih!” protes Eita.

“Bentar, ih! Tanggung ini dikit lagi menang!” tukas Rintarou.

“Yaudah, aku tungguin.”

Tidak ada suara setelahnya. Rintarou kembali fokus bermain dengan game di ponselnya, sedangkan Eita jelas-jelas tengah menatap Rintarou saat ini. Detak jantung Rintarou sudah tidak karuan, ia bisa merasakan wajahnya benar-benar merah karena Eita yang terus-terusan menatap wajahnya.

“Udah?” tanya Eita akhirnya.

Rintarou mengangguk, “udah ih jangan ngeliatin kayak gitu terus!” tukas Rintarou protes.

“Kenapa emang? Habisnya kamu lucu kalo lagi fokus gitu,” balas Eita.

“Buaya!” cibir Rintarou.

“Serius!”

Rintarou kembali mencibir yang membuat Eita terkekeh kecil.

“Rin.”

“Hmm?”

“Mau kiss?”

“HAH!?” Rintarou reflek menoleh ke arah Eita yang tersenyum lebar menatapnya. “Ap-apan, sih!” tukas Rintarou mencoba menyembunyikan gugupnya.

“Iya, mau kiss nggak?” tanya Eita lagi.

Rintarou rasanya ingin lari dari situasi aneh ini. Apa-apan itu Eita yang tiba-tiba menawarinya ingin berciuman atau tidak? Jelas saja Rintarou sangat gugup, jika benar Eita mengajaknya berciuman ... ciuman itu akan menjadi ciuman pertamanya.

“Nih, mau yang kanan apa kiri?” tanya Eita lagi.

Rintarou mengernyit bingung, “kanan,” jawab Rintarou akhirnya.

Eita tersenyum menatap Rintarou, “nih, dapat permen kis rasa ceri.”

Rintarou cengo ketika Eita meraih tangannya dan meletakkan sebuah permen bermerk kis rasa ceri di telapak tangannya. Wajah Rintarou langsung memerah. Ia sudah kepalang malu berpikir yang tidak-tidak ketika Eita bertanya soal “kiss” tadi.

“Ih! Nyebelin!” seru Rintarou reflek melempar permen di tangannya kepada Eita. Eita tertawa lebar. Apalagi ketika melihat Rintarou mengambil bantalnya dan menjadikan bantal itu sebagai penutup wajahnya.

“Rin, lucu banget, sih!” tukas Eita.

Eita mendengar samar-samar Rintarou meneriaki Eita di balik bantal yang menutupi wajahnya. Eita masih tertawa. Ia yakin ia berhasil membuat Rintarou salah paham dengan pertanyaannya.

“Rin, buka, deh! Jangan ditutup gitu mukanya,” ucap Eita.

Rintarou menggelengkan kepalanya, menolak apa yang Eita katakan. Eita terkekeh, perlahan ia mencoba membuat Rintarou menjauhkan bantal yang menempel di wajah kekasihnya.

Eita semakin tertawa ketika melihat betapa merahnya wajah Rintarou saat itu. “Lucu banget pacarku mukanya merah gini!” tukas Eita mencubit pelan pipi Rintarou.

“Bodo!” tukas Rintarou sinis.

“Gemes, deh!”

“Apaan, sih!” Rintarou mencoba menepis tangan Eita dari pipinya.

“Tadi pasti mikirin mau ciuman beneran, ya?” tebak Eita yang membuat Rintarou sebal Ia berniat memukul wajah Eita dengan bantal di tangannya, namun Eita dengan sigap menangkap tangan Rintarou kemudian merebut bantal itu. “Sini, deh!” tukas Eita menarik Rintarou mendekat ke arahnya.

“Lepasin ih!” tukas Rintarou. Eita menurut, ia melepaskan tangganya dari tangan Rintarou dan tersenyum.

Apa yang dilakukan Eita setelahnya begitu mendadak untuk Rintarou. Eita tiba-tiba melakukan serangan kepada Rintarou. Pemuda yang lebih tua itu menangkup kedua pipi Rintarou dengan kedua tangannya, kemudian memajukan wajahnya mendekati wajah Rintarou. Rintarou bingung harus bagaimana, maka yang bisa ia lakukan hanyalah memejamkan mata erat. Rintarou baru perlahan membuka kelopak matanya ketika merasakan sesuatu yang lembab mendarat di keningnya. Eita tersenyum lebar setelahnya. Rintarou masih diam selama beberapa detik setelah Eita mencium keningnya. Tidak lama kemudian ia tersadar, wajahnya langsung memerah seperti tomat.

“IHH!” Eita tertawa lagi ketika tiba-tiba Rintarou memeluknya. Menyembunyikan wajah merah pemuda yang lebih muda di dada yang lebih tua. Rintarou memekul bahu Eita beberapa kali. Sebal karena Eita mudah sekali mempermainkannya. Sedangkan Eita, ia terlihat sangat bahagia bisa menjahili kekasihnya itu.

Hari itu hanya berisi suara tawa Eita yang gemas dengan kelakukan kekasihnya dan Rintarou yang sebal karena terus-menerus dijahili oleh Eita.

—FIN