ngedate tipis-tipis

narasi bagian sebelas dari Missing Cat, a semisuna story


Eita keluar dari dalam mobilnya ketika melihat Rintarou yang menunggunya di teras rumahnya. Ia mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia sedang menyusun kata-kata bagaimana caranya ia bisa mengajak Rintarou makan malam di rumahnya nanti ... dan penampilan Rintarou kali ini sama sekali tidak membantu Eita, Rintarou sangat mendistraksinya. Terlalu tampan, lebih tampan dari biasanya ketika Rintarou memakai seragam sekolahnya.

“Kok bawa mobil? Nggak pake motor lo kayak biasanya?” tanya Rintarou begitu Eita menghampiri Rintarou.

“Bosen, ah. Gue anter-jemput lo ke sekolah naik motor, masa mau jalan-jalan naik motor lagi,” balas Eita.

“Udah punya SIM, kan, lo?” tanya Rintarou.

“Udah. Nembak tapi,” jawab Eita tertawa, “gue bikinnya bareng sama kakak gue dulu,” sambungnya. “Lo nggak ada masalah, kan, klo naik mobil?” tanya Eita.

“Nggak kok,” jawab Rintarou. “Mau berangkat sekarang?” tanya Rintarou.

“Eh, bentar, Sun!” tukas Eita. “Ada yang mau gue omongin!”

Rintarou diam, Eita juga ikut terdiam. Suasana di sekitar mereka tiba-tiba menjadi hening dan canggung gara-gara pernyataan Eita baru saja.

“Kok diem?” tanya Eita kemudian.

“Lah gimana, sih? Gue nungguin lo ngomong, Sem!” tukas Rintarou, sedikit tertawa. “Mau ngomong apa emang?” Rintarou memang tertawa, namun sebenarnya hatinya sudah dag-dig-dug tidak karuan, penasaran dengan apa yang ingin Eita bicarakan.

“Oh.” Eita ikut tertawa kecil, “sebenernya bingung mau ngomongnya gimana,”

“Emang soal apa, sih?” tanya Rintarou.

“Itu ... jadi gini, sebenernya kakak gue itu pelit,” Rintarou mengernyit ketika Eita menyebutkan soal kakaknya, “sebenernya gue nggak boleh minjem ni mobil sama kakak gue, tapi akhirnya kakak gue okein minjemin gue mobil. Tapi ada syaratnya,” jelas Eita.

“Emang apa syaratnya?” tanya Rintarou.

“Itu ... kakak gue minta lo buat makan malam di rumah gue,” balas Eita “tapi klo lo nggak bisa, gue nggak maksa kok. Gue ntar bilang sama kakak gue klo lo nggak bisa!” tukas Eita sebelum Rintarou sempat menjawab.

“Gue, kan, belum bilang bisa apa enggaknya,” ucap Rintarou.

“Iya makanya itu. Gue nggak maksa klo misalnya lo nggak mau juga,” balas Eita.

“Emang kenapa kok kakak lo mau gue makan malam di rumah lo?” tanya Rintarou.

Eita menelan ludahnya, mana mungkin ia jujur kepada Rintarou jika ketika ia di rumah, Eita selalu menggembar-gemborkan bahwa Rintarou adalah calon pacarnya kepada kakak dan mamanya. Bisa malu luar biasa jika ternyata Rintarou risih atau bahkan tidak mau menjadi pacar Eita, apalagi jika nantinya Rintarou tidak ingin menjadi temannya lagi.

“Soalnya kakak sama mama gue penasaran sama yang sering gue anter-jemput beberapa hari ini,” balas Eita akhirnya.

Rintarou mengangguk-angguk mengerti. “Oke deh.”

“HAH?”

Rintarou menatap Eita, “iya, deh, gue mau makan malam di rumah lo,” ucap Rintarou.

“Serius lo?” tanya Eita.

“Iya. Sekalian gue boleh ketemu Shiro, kan?” tanta Rintarou.

“Boleh dong! Boleh banget!” seru Eita.

“Ya udah gue ambil dompet sama HP dulu. Sekalian bilang ke mama gue klo ntar malem gue nggak makan di rumah,” ucap Rintarou yang kemudian berjalan masuk meninggalkan Eita.

Eita tersenyum lebar, segera saja ia mengirimkan pesan kepada kakaknya jika Rintarou setuju untuk makan di rumah mereka. Tidak lama setelah itu, Rintarou kembali muncul dari dalam rumahnya. Keduanya sudah siap dan langsung berangkat menuju tempat tujuan mereka.

•••

Suasana bioskop saat weekend memang selalu ramai pengunjung. Pasti banyak orang yang memanfaatkan hari libur untuk menonton film di bioskop bersama orang-orang terdekat mereka, entah itu keluarga, teman sekolah, teman kerja, atau kekasih.

“Mau nonton apa?” tanya Rintarou ketika mereka mulai mengantri untuk membeli tiket.

“Apa aja, deh ... yang penting jangan yang romance,” balas Eita.

“Emang kenapa klo romance?” tanya Rintarou.

“Ntar gue iri. Gue, kan, jomblo,” jawab Eita.

“Masa? Gue kira lo udah punya pacar malah!” tukas Eita.

Pacar gue, kan, lo? Eh, calon sih. Batin Eita dalam hati.

“Nggak. Klo gue udah punya pacar, mana bisa gue berangkat-pulang sekolah bareng lo,” ucap Eita.

“Berarti klo udah punya pacar, gue nggak bisa bareng lo lagi, ya, berangkat sama pulang sekolahnya?” tanya Rintarou.

Eita tidak langsung menjawab pertanyaan Rintarou. Sebenarnya dalam hati ia sudah menjawab bahwa dia hanya ingin menjemput dan mengantar Rintarou saja. Eita tidak ada niatan mencari kekasih untuk sekarang, karena orang yang diharapkan bisa menjadi kekasihnya juga adalah Rintarou seorang.

“Untuk sekarang lo aman. Soalnya gue lagi nggak mau punya pacar dulu,” balas Eita akhirnya. “Jadi mau nonton apa, nih?” tanya Eita sebelum mereka sampai di depan pemesanan tiket.

“Gue ngikut lo aja,” balas Rintarou.

Eita mengangguk, “jangan nyesel lho, ya!” peringat Eita. “Pake uang gue dulu, ya!”

“Nggak, nggak! Nih bagian gue! Ntar pasti klo pake punya lo, lo nggak nerima klo gue ganti uangnya,” ucap Rintarou.

Eita terkekeh ketika menerima uluran uang dari Rintarou. Eita akhirnya memilih sebuah film action yang sedang tayang di bioskop itu, kebetulan juga jam penayangannya kurang lebih lima belas menit lagi sehingga mereka tidak terlalu menunggu lama untuk memasuki teater bioskop. Setelah membeli popcorn dan minuman, mereka berdua akhirnya berjalan menuju teater bioskop tempat penayangan film yang akan mereka tonton.

Dua setengah jam kemudian film yang ditonton selesai. Eita tidak berhenti tersenyum setelah mereka keluar dari bioskop. Selain fim yang mereka tonton cukup seru dan bagus, ternyata Eita bisa tahu jika bukan hanya Eita yang puas menonton film itu ... Rintarou juga terlihat puas setelah menonton film itu. Mungkinkah selera film mereka juga sama?

“Mau makan siang sekalian nggak?” tanya Eita.

“Boleh. Lo mau makan apa?” tanya Rintarou.

“Apa, ya, enaknya?” Eita bergumam. “Steak lo mau?” tanya Eita.

“Jangan steak, dong. Gue nggak begitu suka,” balas Rintarou. “Lo mau steak, ya?” tanya Rintarou.

“Pengen, sih. Tapi klo lo nggak mau cari yang lain aja,” jawab Eita.

Sea food?” tanya Rintarou.

Eita menggeleng, “jangan, gue yang nggak suka sea food,” ucapnya.

“Oh, sorry, gue nggak tau. Apa ya? Sushi apa ramen gitu?” tanya Rintarou.

“Lo, kan, nggak suka pedes klo mau ramen. Sushi aja gimana?” tanya Eita.

Rintarou mengangguk, “yaudah ayo sushi,” ucapnya.

Keduanya lantas berjalan menuju tempat parkir mobil. Tujuan mereka selanjutnya adalah tempat makan yang menjual berbagai macam jenis sushi.

Eita tertawa dalam hati, bahagia sekali rasanya bisa berkencan berdua bersama Rintarou seperti ini. Walaupun hanya Eita yang menganggap ini kencan, tapi tidak apa lah, yang penting ia bisa berduaan dengan Rintarou seharian ini.

tbc