pelarian

narasi bagian dua puluh delapan dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


Rintarou bergegas berganti pakaian setelah mengirimkan foto dengan outfit baru yang dibelikan oleh Tetsurou dan Koutarou. Sejujurnya Rintarou sama sekali tidak menyangka jika outfit itu adalah pemberian dua kakak angkatannya itu. Sebelumnya ia menduga jika yang membelikan outfit itu adalah Kiyoomi, Wakatoshi, Shinsuke atau mungkin si kembar. Ia sama sekali tidak memikirkan Tetsurou dan Koutarou dalam daftar dugaannya.

Namun harus ia akui, selera Tetsurou dan Koutarou tidak terlalu buruk. Ia menyukai bahkan menyukai outfit itu. Dan ketika Rintarou memakainya, sangat pas dan terlihat cocok. Rintarou sangat puas melihat tampilannya sendiri di depan cermin. Walaupun ada sedikit rasa malu ketika ia berniat mengirimkan gambar terbarunya itu ke grup bersama teman-temannya.

Selesai berganti pakaian, Rintarou sempat melihat grup lagi. Grup itu masih ramai membicarakan tentang Rintarou dan outfit baru yang ia pakai. Semuanya tampak menyukainya dan menuliskan pesan-pesan memuji kemolekan pahanya.

Buru-buru Rintarou menutup aplikasi chatting di ponselnya. Sebelumnya ia sudah mengirimkan pesan kepada Tooru untuk menjemputnya dan tentu saja tanpa pikir panjang Tooru mengiyakan. Rintarou buru-buru keluar dari apartemennya, kemudian turun menuju lobi apartemen menaiki lift.

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Rintarou untuk menunggu Tooru, tidak lama kemudian Rintarou bisa melihat mobil Tooru yang mendekat. Rintarou buru-buru berjalan menghampiri mobil Tooru, kemudian masuk ke kursi penumpang begitu Tooru memberhentikan mobilnya.

“Lo nggak apa-apa?” tanya Tooru begitu Rintarou memasuki mobilnya.

“Gue nggak apa-apa,” balas Rintarou.

“Terus kenapa chat gue nggak dibales? Gue kira lo kenapa-kenapa,” ucap Tooru.

“Lupa.” Rintarou terkekeh kecil menatap Tooru.

Tooru menghembuskan napas lega, kemudian mulai kembali menjalankan mobilnya. “Itu apartemen siapa?” tanya Tooru disela perjalanan.

“Gue punya apartemen juga di sini. Habis makan bareng lo tadi, gue balik ke sana. Udah berhari-hari gue tinggal soalnya,” jelas Rintarou.

“Lah lo jadinya punya dua apartemen?” tanya Tooru.

Rintarou mengangguk. “Sebenernya gue juga sempet tinggal di asrama kampus. Pas pertama kali kita ketemu di apart Shiratori itu, gue baru aja pindah permanen ke sana. Gue out dari asrama,” cerita Rintarou.

“Kenapa keluar dari asrama? Karena kebanyakan tempat tinggal lo?” tanya Tooru.

Rintarou menggeleng kecil. “Ya, mungkin lo tau kenapa. Lo udah nolongin gue berkali-kali soalnya,” ucap Rintarou.

Tooru mengernyit, terdiam sebentar. Mengingat-ingat saat-saat ia membantu Rintarou.

“Buat ngejauhin cowok creepy itu, ya?” tanya Tooru akhirnya.

Rintarou mengangguk pelan. “Salah satunya itu, sih,” jawabnya.

“Hee...” Tooru mengangguk-angguk. “Sebenernya gue juga agak kepo, apa yang bikin itu cowok kayak ngejar-ngejar lo gitu. Lo mantanan sama dia tapi dia nggak terima kalian putus apa gimana?” tanya Tooru.

“Gue udah bilang berkali-kali padahal. Gue sama Kak Shin nggak ada hubungan apa-apa,” balas Rintarou.

“Ya habisnya dia kayak maksa gitu ke lo,” ucap Tooru. “Oh, ya. Sama itu si Kuroo, agak aneh juga dia.”

“Aneh gimana?” tanya Rintarou.

“Ya, gue aja mungkin ya yang merasa aneh. Tiba-tiba dia chat gue terus bilang jangan deket-deket mulu sama lo gitulah intinya,” cerita Tooru. “ Hah? Kak Tetsu chat gitu?” tanya Rintarou.

Tooru mengangguk.

“Terus lo jawab apa?” tanya Rintarou.

“Ya gue jawab aja. Lah lo aja mau-mau aja pergi sama gue, lagian gue juga nggak maksa lo, kan? Jadi ya misal dia juga mau ngajak lo tinggal ajak aja, tapi misal lo nolak ya bukan salah gue. Gitu intinya,” jawab Tooru.

Rintarou mengangguk-angguk kecil. Tidak menyangka jika Tetsurou akan mengirimkan pesan seperti itu kepada Tooru. Mungkinkah ini karena ia lebih suka menghabiskan waktu bersama Tooru daripada teman-temannya yang lain?

“Ngomong-ngomong, lo manggil Kuroo pake ‘kak’. Manggil cowok creepy itu pake ‘kak’ juga. Tapi manggil gue langsung nama doang. Gue lebih tua dari lo, for your information!” tukas Tooru.

Rintarou mengernyit, “gue males manggil lo pake ‘kak, kak’ segala. Nggak pantes lo dipanggil gitu tapi kelakuan ngeselin banget ke gue!” tukas Rintarou.

“Lah ngeselin apa coba? Gue padahal selalu baik sama lo,” ucap Tooru.

“Baik apaan? Lo usil banget kadang kalo bareng gue. Ngeselin!” tukas Rintarou.

Tooru terkekeh kecil mendengar protesan dari Rintarou. “Sekali-kali gitu bisa kali manis dikit ke gue. Panggil ‘Kak Tooru’ gitu,” ucapnya.

“Dihhh! Ngarep lo!” tukas Rintarou yang membuat Tooru kembali terkekeh.

Obrolan mereka berdua mengalir lancar seperti biasa. Rintarou seperti sudah sangat nyaman bersama dengan Tooru. Meskipun kesan pertama ketika mereka bertemu tidak menyenangkan. Namun semakin lama menghabiskan waktu bersama Tooru, Rintarou merasa jika ia nyaman. Walaupun terkadang Tooru sering membuatnya kesal dan mengusili dirinya.

“Suna.” Panggil Tooru tiba-tiba.

“Hmm? Kenapa?” tanya Rintarou menoleh menatap Tooru yang masih fokus dengan kemudi mobil dan jalan di depannya.

“Besok lo ada waktu?” tanya Tooru.

“Kapan dulu? Pagi, siang, sore, malem?” tanya Rintarou.

“Malem, deh. Sekalian gue mau ngajak lo dinner, gimana?” tanya Tooru.

Kedua kelopak mata Rintarou menyipit menatap Tooru. “Dinner? Dinner gimana maksudnya? Biasanya juga kita kadang makan malem bareng di apart lo apa apart gue!” tukas Rintarou.

“Besok beda. Lebih formal dikit,” balas Tooru.

“Gue harus drees-up?” tanya Rintarou.

Tooru mengangguk, “karena ini formal, jadi ya iya. Pake yang formal-formal gitu, deh,” jawab Tooru.

“Harus banget, ya?” tanya Rintarou.

Tooru mengangguk. “Soalnya yang makan bukan cuma kita berdua,” ucap Tooru.

“Hah? Lo ngajak siapa aja?” tanya Rintarou penasaran.

Tooru menoleh ke arah Rintarou sekilas dan tersenyum, sebelum kembali fokus ke jalan. “Besok lo bakal tau kok.”

“Lo jangan bikin gue penasaran, dong!” protes Rintarou yang hanya dibalas kekehan kecil dari Tooru.

Rintarou terdiam. Ia menjadi menebak-nebak apa maksud Tooru mengajaknya makan malam besok dan siapa yang Tooru ajak.

Mendadak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Apa jangan-jangan, Tooru akan menyatakan perasaannya kepada dirinya?

tbc