pelipur

narasi bagian empat dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


cw // crossdressing , terusuna berlayar

Rintarou mengernyit heran ketika melihat mobil Jazz abu-abu yang tidak asing dilihatnya. Rintarou lantas bergegas keluar dari lobi apartemennya, kemudian berjalan cepat mendekati mobil Jazz abu-abu yang terparkir.

“Kok lo ad—lah? Gue kira Semi!” tukas Rintarou begitu melihat siapa sosok di balik kemudi mobil tersebut.

“Gue minjem mobil Semi.” Sosok itu menjawab. Terushima Yuuji mendapatkan pinjaman mobil dari temannya itu ketika Yuuji bercerita bahwa ia harus menjemput Rintarou ke Inari dalam keadaan hujan begini.

“Semi di asrama?” tanya Rintarou yang kemudian masuk ke dalam mobil. Ia meletakkan sebuah kantong belanjaan di jok belakang mobil.

“Iya, tuh, lagi main sama Bang Ushi, Bang Bokuto sama yang lainnya juga,” Yuuji menjawab.

Padahal gue udah bilang biar tu anak balik ke rumah. Rintarou membatin jengkel.

“Lo bawa apaan itu?” tanya Yuuji.

“Nggak usah kepo. Ntar juga lo tau. Sekarang mending kita jalan!” tukas Rintarou.

“Jalan ke mana?” tanya Yuuji.

“Mall Shiratori aja.”

Yuuji tidak banyak bertanya, ia kemudian mengemudikan mobil sesuai dengan arahan dari Rintarou. Perjalanan yang mereka tempuh memang cukup lama, namun rasanya tidak terasa begitu lama. Hal itu dikarenakan Yuuji yang terus mengoceh sepanjang perjalanan dan Rintarou yang sesekali menanggapi.

“Kita mau ngapain ke sini?” tanya Yuuji begitu mereka selesai memarkir mobil kemudian berjalan memasuki mall itu.

“Nonton.” Rintarou menjawab singkat.

Yuuji mengernyit, “nonton apaan?”

“Nih. Anime yang lo suka baru keluar filmnya, kan? Yaudah ayo nonton itu!” tukas Rintarou yang berjalan lebih dulu di depan Yuuji.

Yuuji cukup terkejut. Ia mengenal Rintarou sudah cukup lama, sejak mereka SMA. Setelah lulus kuliah pun mereka mendaftar di universitas yang sama meskipun berbeda fakultas dan jurusan. Ia tahu Rintarou itu tipe teman yang sebenarnya perhatian meskipun kadang menyebalkan. Kadang juga tidak bisa ditebak.

Seperti sekarang, Yuuji cukup terkejut ketika Rintarou tahu jika seri anime kesukaannya mendapatkan adaptasi film dan Rintarou mengajaknya nonton berdua.

“Kenapa bengong? Buruan!” tukas Rintarou yang kembali menghampiri Yuuji demi menarik tangan Yuuji.

***

Hampir dua jam berada dalam teater bioskop membuat Rintarou pegal karena terlalu lama duduk. Namun berbeda ketika ia menoleh ke sebelahnya. Yuuji tampak tersenyum lebar, terlihat sekali merasa puas dengan film yang baru saja ia tonton.

“Gila! Bagus banget tadi! Lo liat juga kan tadi—” Rintarou tidak begitu memperhatikan cerita Yuuji setelahnya. Melihat Yuuji yang kembali bersemangat seperti itu sudah cukup menurutnya.

“Sun.”

“Hmm?” Rintarou menoleh ketika mendengar Yuuji memanggil namanya.

Thanks, ya, udah ngajakin gue. Gue tadinya mau nonton minggu depan biar agak sepi,” ucap Yuuji.

“Santai aja,” balas Rintarou, “sekarang anterin gue balik ke apart Shiratori aja deh. Biar ga terlalu jauh juga besok ke kampusnya.”

Yuuji mengangguk patuh. Keduanya lantas pergi meninggalkan mall itu setelah dirasa tidak ada hal lain yang harus mereka lakukan di situ.

***

Lagi, tidak butuh waktu yang lama bagi Rintarou dan Yuuji untuk sampai di apartemen Rintarou. Rintarou menuntun Yuuji menuju unit apartemennya di lantai tiga. Yuuji memang cukup sering mengunjungi apartemen Rintarou di Shiratori, namun hanya sekedar mengunjungi untuk menjemput Rintarou atau semacamnya, bukan yang singgah terlalu lama.

“Duduk dulu. Gue cuma punya cola, mau nggak lo?” tanya Rintarou.

Yuuji mengangguk, “boleh aja. Pas haus juga gue. Yang adem ya!” pintanya.

Rintarou mengangguk paham, berjalan menuju dapur kecil di apartemennya kemudian membuka pintu lemari es yang ada di sana.

“Nih!”

Thanks.”

Keduanya diam, sibuk menikmati cairan berperisa manis yang masuk ke dalam tubuh melalui tenggorokan mereka.

“Jadi, kenapa lo ngajakin gue ke sini?” tanya Yuuji. “Jangan aneh-aneh ya lo!” tukas Yuuji was-was.

“Yang ada gue harusnya yang ngomong gitu!” tukas Rintarou.

“Lah kok gitu?” tanya Yuuji.

“Lo tunggu dulu di sini! Gue ke kamar dulu!” tukas Rintarou yang kemudian berjalan menghilang memasuki kamar tidurnya.

Sepuluh menit Yuuji menunggu, pintu kamar Rintarou sedikit terbuka.. Yuuji menoleh, namun hanya mendapati kepala Rintarou saja yang mengintip.

“Ngapain lo ngintip-ngintip gitu?” tanya Yuuji.

“Jangan ketawa tapi!” tukas Rintarou.

“Emang apa yang kudu gue ketawain?” tanya Yuuji.

Rintarou menatap Yuuji selama beberapa waktu sebelum akhirnya membuka pintu kamarnya perlahan dan berjalan keluar dari sana mendekati Yuuji. Yuuji mendadak diam. Dari ekspresi wajah Yuuji, Rintarou bisa mengerti jika pemuda itu tampak terkejut melihat penampilannya.

“ANJING!” Rintarou sedikit terkejut ketika mendengar Yuuji memaki tiba-tiba sembari menutup matanya. “Njir, Sun! Itu seragam yang lo pake SMA itu iya, kan!” tukas Yuuji.

Rintarou terkekeh. “Iya. Masih gue simpen, kata anak-anak boleh gue bawa balik. Ya udah gue bawa aja,” jelas Rintarou.

Yuuji merapalkan segala doa dalam hatinya. Ia benar-benar tidak menyangka bisa melihat Rintarou memakai pakaian yang dulu pernah membuat Yuuji jatuh cinta pada pandangan pertama—meskipun kemudian dikecewakan oleh realita. Alasan kenapa ia menyukai seseorang mengenakan kostum sailor adalah Rintarou, Rintarou yang membuatnya seperti ini.

“Si anjir! Gue udah sengaja nurunin ego gue buat pake baju ini lagi soalnya gue udah bosen dengerin lo ngeluh mulu. Malah lo-nya begitu!” tukas Rintarou yang sedikit kesal karena Yuuji yang sedari tadi hanya diam menunduk dan memejamkan matanya.

“Ya tau gue bukan Nana Nana yang suka lo sama yang lain omongin itu. Gue cuma berusaha jadi temen baik buat menghibur lo ini. Hargai dikit kek!” tukas Rintarou. Walaupun sebenarnya dalam hatinya ia cukup was-was jika Yuuji menolaknya dan tidak suka Rintarou melakukan hal seperti ini.

“Gue ganti baju dulu kalo gitu!” tukas Rintarou berjalan kembali menuju kamarnya.

Belum sempat Rintarou berjalan terlalu jauh, Rintarou dikejutkan dengan sosok yang tiba-tiba menubruknya dan memeluknya dari belakang. Rintarou kegelian ketika merasakan Yuuji yang menyembunyikan wajahnya di perpotongan lehernya.

“Anjing lo ngapain, sih!” tukas Rintarou mencoba melepaskan pelukan Yuuji. Namun Yuuji justru semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Rintarou.

“Jangan ganti dulu.” Rintarou mendengar Yuuji berbisik. Rintarou mendadak merinding ketika merasakan hembusan napas di sekitar lehernya.

“Ya tapi lepas dulu. Lo ngapain meluk-meluk gue!” tukas Rintarou.

“Lo ngeselin banget bikin gue kecewa dua kali.” Yuuji berucap.

“Ya maaf kalo bikin lo kecewa, karena gue bukan Nana yang lo pengen.” Rintarou masih terus berusaha melepaskan diri dari pelukan Yuuji.

“Tetep gini dulu. Gue suka.”

tbc