permainan

narasi bagian tiga belas dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


cw // hars words , nsfw topic , alcohol consumption , drunk , ooc character

Hari semakin malam, yang semula masih ada beberapa pelanggan di kafe itu, kini sudah sepi dan menyisakan Rintarou dan teman-temannya. Tidak ada perayaan yang heboh dilengkapi kue ulang tahun dan lilin untuk merayakan ulang tahun Sakusa Kiyoomi digantikan dengan berbagai macam minuman dan makanan ringan yang mereka pesan.

“Gengs, mumpung hari ini ikut kumpul semua, kita main game ayolah!” tukas Atsumu.

Game apa dulu?” tanya Kiyoomi.

“Gampang elah! Truth or dare? Spill or drink? Ousama game? Atau semacamnya gitu,” ucap Atsumu.

“Halah itu akal-akalan lo aja, kan, pengen ngerjain kita semua atau kepo soal rahasia-rahasia kita!” tukas Tetsurou.

“Seru tapi. Mumpung kumpul semua nih!” tukas Atsumu.

“Oke, deh! Ikut gue.” Osama setuju.

“Gue juga ikut.” Koutarou ikut setuju.

“Semuanya ikut mainlah! Sak, lo juga ikut!” tukas Atsumu.

“Iya, deh. Gue ikut,” jawab Kiyoomi.

Deal ya ini ikut semua!” tukas Tetsurou.

“Bentar, bentar. Dare-nya kalo bisa jangan yang gampang, deh! Agak ekstrim dikit nggak apa-apa.” Yuuji memberi usul.

“Nih! Gue ambilin!” tukas Koutarou.

“Apaan, nih?” tanya Kei.

“Minumanlah. Buat yang nggak berani ngerjain dare atau jawab jujur, wajib minum ini!” tukas Koutarou.

“Saya tidak minum!” tukas Wakatoshi.

“Saya juga!” tukas Shinsuke juga.

“Yah, kok gitu!” tukas Yuuji tidak setuju.

“Saya mengemudikan mobil ke asrama nanti. Kalau semuanya mabuk, bagaimana kita bisa pulang?” tanya Wakatoshi.

“Iya juga, sih!” Yuuji mengangguk-angguk. “Khusus lo berdua oke deh kalo nggak minum, tapi yang lainnya wajib!” tukas Yuuji menatap satu-satu temannya.

Eita sedikit was-was. Rintarou sama sekali tidak menolak ketika semua orang harus minum minuman beralkohol. Beberapa kali Eita melempar pandang ke arah Rintarou, namun sepertinya Rintarou tidak peka terhadap kode yang Eita berikan kepadanya.

Permainan klasik truth or dare itu kemudian dimulai. Atsumu yang pertama kali memegang botol di tangannya, ia letakkan botol itu di tengah-tengah mereka kemudian diputarnya. Beberapa detik kemudian, ujung botol itu berhenti menunjuk ke arah seseorang. Tepat di depan Shinsuke.

Beberapa berebut untuk memberikan dare atau pertanyaan kepada Shinsuke. Pasalnya pemuda itu cukup kalem dan misterius, tidak semua temannya tahu tentang Shinsuke; maka dari itu mereka berebut untuk bisa menguak rahasia Shinsuke atau menyuruh Shinsuke melakukan sesuatu.

“Ah, gini aja, yang kena tunjuk ini botol. Boleh milih aja minta dikasih dare apa pertanyaan sama siapa. Biar nggak rebutan gini!” tukas Tetsurou.

“Oke kalo gitu. Kit, lo milih siapa, nih?” tanya Daichi.

“Kamu saja, Sawamura.” Shinsuke menjawab.

Daichi mengangguk, “oke. Mau pertanyaan apa tantangan, nih?” tanya Daichi.

“Pertanyaan saja.”

“Pemanasan dulu, jadi milih pertanyaan.” Komentar Yuuji.

“Oke, gue ada, nih! Bebas, kan, gue ngasih pertanyaan apa. Kit, fetish lo apa?” tanya Daichi.

“Buset Bang Dai!” Atsumu langsung tertawa begitu mendengar pertanyaan dari Daichi.

“Bang, masa lo nggak tau, sih?” tanya Rintarou, “padahal jelas banget itu kalo di grup bokep Kak Shin suka apa.” Rintarou ikut tertawa.

“Gue pengen denger secara langsung ini!” tukas Daichi.

Semuanya terdiam, menunggu Shinsuke untuk menjawab pertanyaan yang Daichi berikan. Shinsuke menghembuskan napas perlahan sebelum mengeluarkan suara.

“Paha.”

“Tuh, kan, bener!” tukas Rintarou. “Keliatan jelas soalnya tiap Nana update soal paha, Kak Shin yang maju paling depan!”

“Suna sudah!” tukas Shinsuke.

“Tapi iya, sih, gue juga nyadar tiap ada postingan paha, Kita pasti ada di situ.” Tetsurou ikut berkomentar.

“Saya sudah menjawab, jadi ayo lanjutkan!” tukas Shinsuke.

“Oke, oke! Putaran kedua ini!” kini giliran Osamu yang memutar botol di tengah mereka. Beberapa detik menunggu, akhirnya botol itu berhenti. Kali ini tepat menunjuk pada Kei.

“Wih, si garem kena! Ayo milih siapa lo?” tanya Yuuji.

Kei menimbang-nimbang selama beberapa saat, “Kak Semi, deh.”

Eita yang mendapatkan kesempatan untuk mengerjai Kei pun langsung semangat, “pas banget gue pengen ngerjain lo!” tukas Eita, “mau pilih apa lo?” tanya Eita.

“Tantangan, karena gue nggak cemen!” tukas Kei.

Eita tersenyum licik, “lo kudu ngasih susu kotak ke mantan lo setiap hari selama seminggu.”

“Ha?”

“Anjay Semi. Mantannya Tsukki itu yang Kageyama itu bukan, sih? Yang sekarang pacaran sama Kunimi?” tanya Koutarou.

“Gila aja gue kudu ngasih gituan ke mantan yang udah ada gandengan!” tukas Kei.

“Lah lo sendiri padahal yang milih tantangan. Kerjain, dong! Ato lo mau pilih minum aja?” tawar Eita.

Kei berdecak, sebelumnya mengambil satu gelas sloki. Sorakan terdengar, tidak menyangka jika Kei akan menyerah dengan tantangan yang diberikan kepadanya dan memilih minum. Ekspresi wajah Kei tampak aneh setelah ia meminum satu gelas sloki minuman beralkohol yang disediakan.

“Lanjut , ya.” Shinsuke berucap, kemudian memutar botol kembali.

Kali ini botol berhenti tepat menunjuk Rintarou. Rintarou mendadak sedikit was-was, takut-takut jika ia mendapatkan pertanyaan atau tantangan yang sulit ia kerjakan.

“Siapa, ya? Kak Tet aja deh, tantangan juga boleh,” ucap Rintarou.

Tetsurou tersenyum lebar, di kepalanya ada banyak sekali tantangan yang bisa ia berikan kepada Rintarou.

“Lo harus duduk dipangku salah satu orang di sini. Bebas lo mau milih sama siapa!” tukas Tetsurou. “Mau pilih gue juga boleh, sini!” Tetsurou menepuk-nepuk pahanya.

“Dih!” Rintarou mengernyit. “Bebas pilih, kan, nih gue?” tanya Rintarou. “Jangan pada protes kalo gue dudukin. Protesnya sama Kak Tetsu aja noh!” tukas Rintarou.

Rintarou kemudian bangkit dari duduknya, ia menatap semua temannya yang ada di situ. Sebelumnya akhirnya ia teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Rintarou kemudian berjalan ke tempat Wakatoshi duduk, kemudian mendudukkan dirinya di pangkuan Wakatoshi.

Wakatoshi yang terkejut lantas reflek memegang pinggang Rintarou dengan kedua tangannya. Ia mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali, merasakan bagaimana berat tubuh Rintarou di atas pangkuannya dan betapa rampingnya pinggang Rintarou di tangannya.

“Widih, milihnya si Ushi!” komentar Tetsurou.

“Berat pasti, ya, Kak? Kak Suna, kan, keberatan dosa!” Kei mengejek.

“Ah, tidak juga,” ucap Wakatoshi.

“Lo kalo mau dipangku bilang aja. Nggak usah malu-malu!” ejek Rintarou balik.

“Itu sampe kapan kudu pangku-pangkuan?” tanya Atsumu.

“Lima belas menit, deh!” tukas Tetsurou.

“Sabar sampe lima belas menit ke depan, ya, Kak!” tukas Rintarou menoleh ke belakang. Wakatoshi hanya bisa mengangguk kecil dan permainan kembali berlanjut.

Belum ada lima menit, Rintarou tanpa sadar sudah menyamankan diri di pangkuan Wakatoshi, ia ikut menyenderkan punggungnya pada dada Wakatoshi. Wakatoshi pun sama, ia sama sekali tidak keberatan dengan keberadaan Rintarou di pangkuannya. Tanpa sadar ia juga ikut memeluk pinggang Rintarou dengan kedua tangannya, dagunya sesekali ia senderkan pada bahu Rintarou juga.

Jika yang lain tampak masih bersemangat mengikuti permainan itu, masih ramai dengan pertanyaan dan tantangan yang aneh-aneh. Namun berbeda dengan Eita dan Yuuji, kedua pemuda itu sesekali menoleh ke arah Rintarou dan Wakatoshi. Dalam hati mereka sama-sama tidak begitu suka melihat Rintarou yang duduk manis di pangkuan Wakatoshi seperti itu.

Permainan mereka semakin berlanjut. Rintarou sudah kembali duduk sendiri dan itu sedikit melegakan bagi Eita dan Yuuji. Semakin malam, permainan mereka semakin menggila. Pertanyaan dan tantangan sulit terus dilontarkan. Beberapa yang tidak berani mengambil resiko rahasianya terbongkar atau tantangan yang aneh akhirnya memilih untuk minum.

Pada akhirnya, Kei adalah orang pertama yang tidak sadarkan diri karena mabuk. Kemudian disusul Atsumu dan Koutarou. Rintarou juga mulai merasakan pusing di kepalanya, ia seperti melayang-layang, rasanya ringan sekali.

“Sun, udah lo nggak usah minum lagi!” tukas Eita yang mulai melihat Rintarou hampir mabuk.

Rintarou berkedip-kedip beberapa kali ketika menatap Eita. Detik kemudian ia menjauhi Eita sambil menggeleng.

“Nggak mau! Nggak mau sama Eita! Eita jahat!” tukas Rintarou. Ia sudah mulai mabuk dan melantur. “OMIIII!” tiba-tiba Rintarou berteriak, kemudian berlari menghampiri Kiyoomi yang baru saja kembali dari toilet.

“Omi! Omi! Eita jahat sama Rin!” tukas Rintarou yang kini sudah memeluk erat Kiyoomi. Kiyoomi yang baru datang tentu saja terkejut dan tidak paham apa yang sedang terjadi.

“OMIII!” teriak Rintarou, ia menyembunyikan wajahnya di dada Kiyoomi.

“Omi?” tanya Kiyoomi bingung. “Ini anak kenapa?” tanya Kiyoomi.

“Suna mabuk.” Wakatoshi menjawab.

Eita menghembuskan napas ketika melihat Rintarou sekarang ini. Inilah kenapa ia tidak ingin Rintarou mabuk. Rintarou yang mabuk akan menjadi manusia super clingy yang pernah ia kenal, dan pagi harinya Rintarou tidak akan ingat apa saja yang ia lakukan saat mabuk.

“Suna, pulang, yuk!” ajak Eita berjalan mendekati Rintarou.

“NGGAK MAU! NGGAK MAU SAMA EITA! EITA NAKAL!” teriak Rintarou semakin erat memeluk Kiyoomi.

“Aduh! Anjir! Sun, jangan kenceng-kenceng meluknya! Sesek njir!” protes Kiyoomi.

“Gue mau mendokumentasikan dulu. Baru kali ini gue liat Suna mabuk begini!” tukas Osamu segera mengeluarkan ponselnya.

“Omi! Omi! Hari ini Omi ulang tahun, ya?” tanya Rintarou mendongak menatap Kiyoomi.

“Lo kenapa manggil gue Omi, sih?” tanya Kiyoomi.

Rintarou sedikit memiringkan kepalanya, “Omi nggak suka dipanggil Omi?” tanya Rintarou. Di belakang sana, Yuuji dan Tetsurou sudah bersorak betapa lucunya Rintarou saat mabuk seperti ini.

“Bukannya nggak suka. Tapi, ka—” Kiyoomi tidak melanjutkan ucapannya ketika ia merasakan Rintarou melepas pelukannya. Rintarou menunduk, berjalan meninggalkan Kiyoomi.

“Omi nggak suka sama Rin, ya?” tanya Rintarou yang sudah berdiri di depan Daichi.

“Hah? Eh, itu—” Daichi gelagapan. Apalagi ketika melihat tatapan memelas Rintarou ketika bertanya kepadanya seperti itu.

“Kakak!” seru Rintarou. “Mau cium!”

“HAH!”

“Aduh! Sun, Sun, sadar ah jangan aneh-aneh!” Eita semakin panik, mencoba menarik Rintarou menjauh dari Daichi. Sebelum Daichi menjadi korban Rintarou selanjutnya.

“MAU CIUMM!” Rintarou semakin merengek, menarik-narik lengan baju Daichi yang mencoba menjauh dari Rintarou.

“Woy bantuin! Suna kalo lagi mabuk bisa parah gilanya!” tukas Eita panik.

“Rin nggak gila!” tukas Rintarou menatap tajam Eita. Bibirnya mengerucut tanda kesal. “Eita jahat ngatain Rin gila!” seru Rintarou.

“Suna, ini minum dulu saja.” Shinsuke berjalan mendekat, memberikan satu gelas air putih kepada Rintarou.

Rintarou menggeleng, “nggak haus!” tukas Rintarou.

“Eh, sumpah. Suna pas mabuk kenapa jadi beda banget begini?” tanya Yuuji.

“Namanya juga mabuk, Terushima.” Wakatoshi menimpali.

“Kerjain si Suna aja coba!” tukas Osamu.

“Jangan weh. Kasian!” tukas Daichi.

“Omi! Omi! Rin punya kado!” tukas Rintarou tiba-tiba kembali mendekati Kiyoomi.

“Kado apaan?” tanya Kiyoomi.

“Kadonya? Rin! Rin buat Omi!” seru Rintarou senang.

“Hah? Sumpah! Suna random amat pas mabuk begini.” Tetsurou kembali berkomentar.

“Buat gue gimana maksudnya?” tanya Kiyoomi. “Are you offering yourself as my birthday gift?” tanya Kiyoomi.

Rintarou mengangguk-angukk menjawab pertanyaan Kiyoomi. “Rin mau pulang sama Omi!” seru Rintarou kemudian.

“Sak, jangan didengerin!” tukas Eita.

Kiyoomi terdiam selama beberapa saat. Ia tersenyum kecil.

“Sekali-kali gue mau ngerjain si Suna, deh.”

tbc