Pocky Day

#semisuna short story

1,1k words


Pocky Day

Suasana kantin sekolah siang itu tampak ramai seperti biasa. Beberapa meja kantin sudah dipenuhi oleh siswa-siswi yang berkelompok sambil menikmati makan siang mereka. Tidak jauh berbeda dengan sekumpulan siswa di meja paling pojok bangunan kantin. Para siswa di sekolah itu biasa menyebut mereka yang duduk di meja paling pojok kantin sebagai ‘geng populer sekolah’, biasanya disingkat menjadi GPS oleh siswa-siswi di sekolah itu.

Geng itu berisikan siswa dari berbagai jurusan dan angkatan. Banyak yang mengatakan, jika kamu bisa masuk ke dalam circle itu, maka kamu termasuk siswa populer di sekolah dan akan banyak yang mengenalimu. Kali ini, ada setidaknya enam siswa yang sedang berkumpul dalam satu meja itu, Kuroo Tetsurou, Bokuto Koutarou, Sawamura Daichi, Oikawa Tooru, Semi Eita dan Miya Atsumu: semuanya kelas 12 kecuali Atsumu yang masih kelas 11.

Keenam siswa itu sedang makan sembari berbagi cerita satu sama lain, sampai akhirnya Tooru berseru mengusulkan sebuah permainan kepada mereka semua.

“Eh, lo pada tahu nggak sekarang hari apa?” tanya Tooru.

“Hari Kamis. Ngapain lo tanya gituan coba!” tukas Tetsurou.

“Nggak ada pertanyaan yang berbobot lain apa?” tanya Daichi menimpali.

“Dih! Bilang aja lo pada nggak tahu hari ini hari apa!” tukad Tooru.

“Lah Kuroo, kan, bener sekarang hari Kamis,” ucap Koutarou.

“Ah lo pada nggak tahu! Tsum, jelasin, Tsum!” tukas Tooru kepada Atsumu.

“Siap!” seru Atsumu. “Jadi, hari ini emang bener hari Kamis ... tapi selain hari Kamis, hari ini tuh hari Pocky namanya, 11.11,” jelas Atsumu.

“Oh, Pocky day? Tahu gue!” tukas Eita.

“Nah, tahu juga lo, Sem!” tukas Tooru.

“Pocky tuh snack bentuknya stick ada rasa coklat-strawberry gitu itu, ya?” tanya Koutarou.

“Pinter!” tukas Tooru.

“Terus emang kenapa klo hari ini Pocky day?” tanya Daichi.

“Nah mumpung sekarang Pocky day, kita main permainannya kuy!” tukas Atsumu.

“Gimana mainnya?” tanya Tetsurou.

“Gue, gue! Gue yang bikin peraturannya, ya!” tukas Tooru semangat. “Jadi, kalian ajak satu orang, siapa aja boleh buat main Pocky ini. Ntar gue bagiin Pocky satu-satunya, ntar ujung satunya lo gigit, nah ujung satunya digigit sama orang yang lo ajak tadi. Ntar siapa cepat yang gigit Pocky-nya sampai habis dia yang menang. Kalau ada yang matahin Pocky-nya lebih dulu, berarti orang itu kalah. Dan ... yang kalah harus ngabulin permintaan yang menang.” Tooru menjelaskan.

“Menarik,” bisik Daichi.

“Jadi kita main berdua-dua gitu, ya?” tanya Eita.

“Yoi!” tukas Atsumu.

“Jadi gimana? Main nggak, nih?” tanya Tooru.

Kuylah!” Koutarou setuju. “Bro, lo main bareng sama gue aja!” ajak Koutarou kepada Tetsurou.

“Dih!”

“Takut lo?” tanya Koutarou memprovokasi Tetsurou.

“Siapa yang bilang gue takut!” tukas Tetsurou. “Ayo aja! Yang kalah kudu ngabulin permintaan ya, kan?” tanya Tetsurou.

“Iya. Oke jadi Bokuto sama Kuroo, yang lain gimana?” tanya Tooru menatap Atsumu, Eita dan Daichi.

“Gue balik kelas dulu ngajak Suga!” tukas Daichi yang kemudian pergi meninggalkan mereka.

“Lo sama siapa, Tsum?” tanya Tooru.

“Gue sama, hmm—nah tuh! OMI!!!” Atsumu langsung berteriak memanggil nama seseorang yang baru saja memasuki kantin. Atsumu berjalan menghampiri seorang siswa berambut ikal dan bermasker yang dipanggil ‘Omi’ tadi.

“Lo, Sem?” tanya Tooru.

Eita tersenyum kecil, ia tidak menjawab pertanyaan Tooru. Eita mengikuti Atsumu, bedanya ... Eita menghampiri siswa lain yang berjalan bersama Omi.

“Sun, ikut gue bentar, yuk!” ajak Eita kepada siswa itu.

“Hah? Ngapain, Kak?” Suna Rintarou, siswa kelas 11 itu mengernyit bingung ketika Eita—kakak kelasnya—tiba-tiba menghampirinya.

“Main bentar. Ntar gue traktir makan klo udah kelar,” jawab Eita.

“Udah ikut aja dulu, Rin! Ini Omi aja ikut gue!” tukas Atsumu menimpali.

Rintarou menatap Eita dengan tatapan yang was-was, “nggak main aneh-aneh, kan?” tanya Rintarou.

“Nggak, santai aja,” balas Eita.

“Oke, gue ikut kalau gitu.” Eita tersenyum lebar ketika mendengar jawaban Rintarou.

Keempat siswa itu lantas kembali lagi ke meja pojok kantin. Ternyata Daichi sudah kembali ke kantin bersama temannya yang bernama Sugawara tadi. Tooru juga sudah di sana duduk bersebelahan dengan siswa kelas 10 bernama Kageyama Tobio.

“Udah ngumpul semua, kan? Kalau udah, kita mulai. Sini suit dulu pasangan siapa yang bakal main duluan!” ajak Tooru. Masing-masing perwakilan dari mereka melakukan suit, dimulai dari pasangan Koutarou dan Tetsurou, kemudian Atsumu dan Kiyoomi, lalu Tooru dan Tobio, selanjutnya ada Daichi dan Koushi, diurutan terakhir adalah Eita dan Rintarou.

Permainan berlangsung sengit. Pada babak pertama, baik Koutarou dan Tetsurou tidak mau mengalah ... kedua saling berebut ujung Pocky, hingga akhirnya permainan itu dimenangkan oleh Tetsurou.

Babak kedua adalah Atsumu dan Kiyoomi, walaupun Kiyoomi tampak berusaha biasa-biasa saja, namun Atsumu tahu jika Kiyoomi tidak nyaman dengan permainan itu. Akhirnya Atsumu sengaja mengalah dan mengatakan akan mengabulkan permintaan Kiyoomi sebagai permintaan maaf karena sudah mengajak Kiyoomi bermain permainan ini.

Babak ketiga adalah Tooru dan Tobio. Tooru yang memang terkadang menyebalkan sengaja membuat Tobio kesal. Tooru sengaja memilih batang Pocky yang sudah patah hingga jarak antara keduanya sangat-sangat dekat. Baru ketika Tobio kesal dan mengatakan tidak ingin bermain lagi, Tooru mengalah dan memainkan permainan itu dengan serius. Pada akhirnya, antara Tooru dan Tobio, yang menang tetaplah Tooru.

Selanjutnya adalah Daichi dan Koushi, tidak ada kejadian aneh pada pasangan ini ... kecuali saat Daichi yang tiba-tiba gugup ketika wajah Koushi semakin dekat dengannya dan memutuskan untuk mematahkan stick Pocky-nya lebih dulu. Permainan kemudian dimenangkan oleh Koushi.

Pasangan terakhir akhirnya mendapat giliran bermain. Sama seperti Kiyoomi, Rintarou sebenarnya tidak terlalu nyaman bermain permainan Pocky ini. Apalagi ia harus berada sangat dekat dengan Eita seperti sekarang ini.

“Santai aja, Rin! Ntar yang menang boleh minta apa aja!” tukas Atsumu. Rintarou hanya tersenyum tipis, tidak yakin apakah ia akan menang atau kalah.

Permainan kemudian dimulai. Eita dam Rintarou sudah menggigit masing-masing ujung Pocky. Di tengah permainan, Rintarou dikejutkan dengan Eita yang tiba-tiba mematahkan stick Pocky mereka.

“Sun, sorry, ya.”

“Huh? Ken—hmmph—” kedua pupil mata Rintarou membesar sempurna. Ia dikejutkan dengan Eita yang tiba-tiba menarik wajahnya maju hingga sesuatu yang kenyal dan basah mendarat di bibirnya.

Tubuh Rintarou terasa kaku, tidak bisa bergerak karena terkejut. Semi Eita—kakak kelasnya—tiba-tiba menciumnya. Semi Eita menciumnya di tempat umum seperti ini! Suara terkejut yang terdengar di sekitar mereka bahkan tidak membuat Eita berhenti menciumnya.

Beberapa saat kemudian, barulah Eita melepaskan pagutan bibirnya pada bibir Rintarou dan terkekeh kecil melihat ekspresi wajah Rintarou.

“Muka lo gemesin banget tadi. Gue jadi nggak tahan buat nggak nyium lo,” ucap Eita.

“Ha-hah!?”

“Anjir si Semi!”

“Main nyosor anak orang aja lo!”

“Berani-beraninya!”

“Nggak ada malunya emang si Semi!”

Suara-suara dari teman-teman Eita sama sekali tidak Rintarou indahkan. Ia masih bingung harus menanggapi apa Eita yang baru saja menciumnya.

“Lo bengong gitu makin gemesin aja, Sun!” tukas Eita. “Karena gue yang kalah main Pocky day ini, gue mau lo jadi pacar gue, ya, Sun.”

“HAH?”

“Anjir, Sem! Kebalik bego! Lo yang kalah kenapa lo yang minta hadiah!” seru Tooru.

Asli. Semi Eita memang tidak ada malunya.

Happy 11.11 Happy birthday, Semi Eita

—FIN