Private Tutor

narasi pendek dari Private Tutor, a kuroosuna short story


kuroosuna study date , 4.9k words

Suna Rintarou mendengus kesal ketika lagi-lagi mendapatkan informasi dari papanya bahwa pria paruh baya itu sudah menemukan guru les baru untuknya. Rintarou tidak suka belajar, apalagi dengan guru-guru les yang beberapa bulan belakangan ini gencar didatangkan ke rumah oleh papanya. Semuanya sama, penjelasannya sama, Rintarou sama sekali tidak paham dengan penjelasan guru lesnya yang monoton dan sulit dimengerti oleh otaknya. Sebab itulah Rintarou berulah dan membuat guru-guru lesnya berhenti mengajarnya karena kelakuan usil Rintarou pada mereka.

Namun apa? Papanya itu tidak kapok dan masih saja mencarikan guru les untuknya. Tetapi kali ini ada yang berbeda, jika sebelumnya guru yang didatangkan oleh papanya adalah yang benar-benar seorang guru... kali ini berbeda. Papanya mengatakan jika kali ini yang akan menjadi guru lesnya adalah kakak kelasnya. Tentu Rintarou penasaran, siapa kakak kelas yang dimaksud oleh papanya.

Rasa penasaran itu terlalu besar bagi Rintarou, dan karena itulah setelah jam pulang sekolah berbunyi, Rintarou segera berjalan menuju perpustakaan sekolahnya. Rintarou sudah mendapatkan pesan singkat dari calon guru les barunya itu jika ia akan menunggu Rintarou di perpustakaan sekolahnya, maka sampailah kini Rintarou di depan pintu perpustakaan sekolahnya.

Keadaan perpustakaan sekolahnya cukup sepi. Petugas perpustakaan pun sudah tidak ada di tempatnya. Lagi pula, siapa juga yang akan pergi ke perpustakaan di jam pulang sekolah seperti ini?

Rintarou berjalan masuk perlahan setelah menutup pintu perpustakaan. Ia berjalan melewati beberapa rak buku yang berjejer, terus berjalan lurus hingga ia menemukan sudut lain perpustakaan yang biasanya para siswa gunakan untuk belajar.

Rintarou terdiam kala melihat sosok remaja laki-laki berambut hitam dengan potongan rambut yang menurutnya aneh duduk di salah satu kursi. Posisi sosok itu duduk menundukkan kepalanya dan tampak sibuk dengan beberapa buku di atas meja, menjadikan Rintarou tidak tahu seperti apa sosok yang akan menjadi guru les barunya.

“Lama amat lo! Gue udah nunggu di sini dari tadi!”

Rintarou terkejut, sosok itu tiba-tiba mendongakkan kepalanya dan menatap lurus ke arahnya.

“Y-ya gue juga nggak nyuruh lo nunggu. Ngapain lo nungguin gue!” tukas Rintarou kemudian.

Sosok itu hanya tersenyum miring mendengar respon Rintarou. “Gue tahu lo bakalan dateng, makanya gue nunggu lo,” balas sosok itu. “Duduk gih!”

Rintarou tidak langsung mengiyakan perintah itu, matanya memicing menatap sosok kakak kelas yang tidak ia kenal itu. “Gue nggak bilang gue setuju buat belajar sama lo!” tukas Rintarou.

“Lo mau nggak mau harus setuju. Walaupun nggak ada pengaruhnya, sih, buat gue kalo lo setuju apa nggak,” ucapnya, “tapi inget aja, kalo nilai lo nggak naik semester ini, fasilitas yang dikasih bokap lo bakal diambil. Bukan salah gue, sih, kalo itu bener terjadi. Gue cuma harus ngajarin lo sampe pinter. Lo mau gue ajarin ya oke, lo nggak mau juga bukan gue yang rugi,” sambungnya lagi.

Rintarou kesal, jelas kesal. Apakah kakak kelasnya itu sedang mengancamnya?

“Gue Kuroo Tetsurou, by the way. Lo Suna Rintarou, kan? Bokap lo itu temenan sama bokap gue, jadi bokap lo sendiri yang langsung request ke gue buat ngajarin lo.”

“Gue nggak nanya!” tukas Rintarou.

Tetsurou tertawa mendengar ucapan Rintarou, “gue cuma ngasih tau, kali aja lo penasaran dari mana bokap lo bisa nyuruh anak sekolahan jadi guru les lo,” ucap Tetsurou. “Jadi gimana? Lo mau berdiri aja di situ apa duduk sini bareng gue terus mulai belajar?” tanya Tetsurou.

Rintarou mendengus kesal, walaupun ogah-ogahan, ia tetap berjalan mendekati meja Tetsurou kemudian duduk di kursi sebelah Tetsurou.

“Nggak usah merenggut gitu. Lucu banget kayak anak SD disuruh belajar aja nggak mau.” Tawa Tetsurou tampaknya semakin membuat Rintarou kesal, ia meraih asal pensil di atas meja kemudian melemparkannya ke wajah Tetsurou.

“Diem lo!”

“Weh! Santai, dong! Pensil lo lempar ke muka gue, ntar kalo nih pensil kena mata gue gimana coba?!”

“Ya derita lo!” tukas Rintarou.

“Ngeri banget lo, Sun. Sadis!” komentar Tetsurou.

“Lo berisik banget napa, sih! Buruan kalo mau ngajarin, gue males lama-lama sama lo!” tukas Rintarou kesal. Tangannya asal mengambil buku dari dalam tasnya dan menaruhnya secara kasar di atas meja.

Tetsurou menggelengkan kepala kecil, “waduh, tiba-tiba semangat gitu belajarnya. Langsung ngambil buku kimia lagi. Siap!! Ayo belajar kimia. For your information, gue pernah menang lomba cerdas cermat kimia.”

“Pliiss, kak! Gue nggak tanya sumpah!” tukas Rintarou.

Tetsurou mendadak terdiam. Ia menatap lamat-lamat wajah Rintarou tanpa berkedip, kemudian tersenyum setelahnya.

“Kenapa lo? Muka lo serem banget tiba-tiba diem terus ngeliatin gue begitu!” tukas Rintarou yang mulai risih dengan tatapan Tetsurou.

Tetsurou terkekeh, kemudian menggeleng. Tangannya terangkat dan tanpa ragu ia mengusak pelan rambut Rintarou. “Gue jamin, nilai lo bakalan naik setelah belajar bareng gue!” tukas Tetsurou tersenyum menatap Rintarou.

“Apaan, sih!” Rintarou segera menepis tangan Tetsurou dari kepalanya, “buktiin aja dulu. Nggak usah banyak ngomong!” tukasnya.

“Ya udah ayo belajar! Minggu depan udah tes semesteran, jadi kita cuma punya waktu belajar satu minggu doang,” ucap Tetsurou.

Rintarou mencibir, namun tidak mengatakan apa-apa lagi.

Tetsurou tersenyum, ini adalah kesempatan untuknya untuk lebih dekat dengan Rintarou. Sosok yang selama ini sering menghantui pikirannya, sosok yang membuat Tetsurou pernah tidak fokus belajar karena memikirkannya. Maka, dengan kesempatan yang sudah diberikan ini, Tetsurou akan berusaha sekeras mungkin; selain menjadi tutor belajar untuk Rintarou, ia juga akan berusaha sekeras mungkin agar ia bisa menjadi sosok yang berharga bagi Rintarou nanti.

—FIN