reality

narasi bagian tiga dari IDOL, a suna harem story


tw // mention of suicide , blood cw // hars words

Rintarou membuka kelopak matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat ketika membuka matanya adalah keberadaan beberapa orang yang mengelilinginya. Rintarou mengerjap, ia menoleh ke samping kiri ketika merasakan seseorang meremas pelan telapak tangannya.

“Kak Rin nggak apa-apa? Kak Rin butuh apa?” tanyanya.

“Rin? Lo nggak apa-apa?” tanya suara lain.

“Kak Rin udah sadar tuh!”

“Bentar gue panggil dokter dulu!” tukas suara lain.

Rintarou memejamkan matanya sejenak. Masih mencoba memproses apa yang baru saja terjadi kepada dirinya. Bagaimana ia bisa kembali hidup setelah ia yakin bahwa dirinya telah mati kehabisan darah karena bunuh diri?

“Rin, kenapa bengong?” tanya seseorang. Rintarou menoleh, ia bisa melihat raut wajah khawatir di wajah Kiyoomi.

Rintarou sedikit heran. Sangat heran malah. Sejak kapan Kiyoomi bisa menunjukkan ekspresi khawatir kepadanya seperti itu? Sejak kapan juga ia bisa sedekat itu dengan Kiyoomi bahkan sampai melakukan hubungan badan meskipun keduanya sama-sama lelaki?

Sejak kapan? Kenapa? Bagaimana bisa? Berbagai pertanyaan terus berkeliaran di kepala Rintarou sejak ia kembali hidup beberapa saat yang lalu.

Tidak lama setelah itu, sosok Kuroo Tetsurou terlihat kembali memasuki ruangan itu bersama dengan seorang dokter di belakangnya. Ah, Rintarou tahu sekarang. Ia berada di rumah sakit ternyata. Dokter itu tampak sibuk setelahnya, memeriksa keadaan Rintarou dan sesekali memberikan pertanyaan yang hanya bisa Rintarou jawab seadanya.

“Tuan Suna baik-baik saja. Hanya kelelahan karena bekerja dan membutuhkan banyak waktu beristirahat setelah ini. Saya tahu kalian adalah grup idol yang sedang naik daun saat ini, tapi jangan lupa waktu dan lupa beristirahat. Istirahat itu salah satu faktor penting untuk kesehatan kalian juga.” Jelas sang dokter panjang lebar. “Pastikan Tuan Suna beristirahat dengan baik setelah ini. Jika tidak, Tuan Suna bisa pingsan lagi karena kelelahan!” peringat sang dokter sebelum pamit pergi meninggalkan mereka.

Rintarou terdiam. Grup idol yang sedang naik daun? Setahunya grup mereka terancam bubar, bagaimana bisa naik daun?

“Kak Rin mau minum?” tawar Tobio menyadarkan lamunan Rintarou.

Rintarou sedikit terkejut, kemudian mengangguk. Tobio tersenyum lebar, berniat mengambilkan minuman untuk Rintarou namun didahului oleh Kei yang lebih dulu menyodorkan segelas air putih untuk Rintarou.

“Nih minum!” tukas Kei.

Rintarou menerima gelas itu ragu, kemudian meminum isi gelas itu.

“Ini salah lo!” tukas Atsumu menuding Kiyoomi. “Lo apain Rin semalam sampe pingsan gitu!?” tanya Atsumu.

Rintarou menatap kedua pemuda itu. Atsumu menatap Kiyoomi garang, sedangkan Kiyoomi tampak santai dan terkekeh ketika mendengar pertanyaan Atsumu.

“Gue sama Rin semalam ngapain aja itu bukan urusan lo, Tsum!” tukas Kiyoomi.

“Anjing lo!” Atsumu marah, berniat maju menghampiri Kiyoomi namun Tetsurou hentikan. “Lo tuh harusnya tau Rin butuh istirahat. Bukannya anterin balik ke apartemen Rin, lo malah bawa Rin ke apartemen lo! Gue tau otak mesum lo! Lo pasti ngapa-ngapain Rin semalam!” tuding Atsumu lagi.

Rintarou terdiam. Seakan sebuah tamparan baru saja mengenai wajahnya. Ah iya, semalam apa yang ia lakukan bersama Kiyoomi di apartemen pemuda itu?

“Lah? Suka-suka gue dong! Rin aja mau. Berarti nggak masalah dong!” tukas Kiyoomi.

Rintarou yang mendengar itu langsung melotot. Bagaimana Rintarou bisa menolak jika ia saja tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sebelum ini?

“Kalian mending diem, deh! Biarin Kak Rin istirahat dulu!” tukas Tobio menengahi mereka.

“Kageyama bener. Gue udah ngurus hiatus Rin selama beberapa hari.” Tetsurou berkata, “Rin, kamu fokus istirahat dulu ya. Kalau sudah siap buat lanjut lagi, baru kamu bilang ke aku.” Rintarou cukup terkejut ketika Tetsurou berjalan menghampirinya kemudian mengelus pelan kepalanya. Benar-benar hal yang tidak Rintarou prediksi Tetsurou akan melakukan hal seperti itu kepada dirinya.

“Terus kalau Kak Rin istirahat, jadwal pemotretan gue sama Kak Rin gimana?” tanya Kei.

“Kageyama yang bakal gantiin Rin pemotretan bareng lo,” jawab Tetsurou.

“Eh? Nggak mau! Aku mau jagain Kak Rin di sini!” tukas Tobio.

“Gue juga nggak mau kali pemotretan bareng lo!” tukas Kei menatap Tobio malas.

Interview Rin sama gue juga gimana?” tanya Atsumu.

“Gue sama Rin juga jadi bintang tamu di acara talk show kalo lo lupa,” ucap Kiyoomi.

Tetsurou mendengus, ia berbalik menatap Rintarou. “Lihat Rin! Aku sudah kasih kamu peringatan buat nggak maksa buat ngambil semua tawaran job. Jadwal kamu itu paling padet dari member lainnya.” Tetsurou menghembuskan napas pelan. “Soal pengganti Rin nanti bakal gue urus. Intinya sekarang biarin Rin istirahat dulu dan nggak boleh ada yang maksa Rin buat ngambil job seminggu ini!” tukas Tetsurou. “Paham, Rin?” tanya Tetsurou menoleh ke arah Rintarou. Rintarou hanya mengangguk kikuk atas pertanyaan Tetsurou.

Kiyoomi berjalan menghampiri Rintarou. Rintarou sama sekali tidak menarik tangannya ketika Kiyoomi meraih telapak tangannya kemudian memberikan kecupan kecil pada punggung tangan Rintarou. “Aku lanjut kerja dulu, ya. Nanti aku balik ke sini bawain apel,” ucap Kiyoomi. Rintarou sama sekali tidak merespon.

“Kak Rin nanti mau apa selain apel? Nanti aku bawain,” tawar Tobio.

“Eh? Nggak usah,” Rintarou menolak sopan.

“Aku bawain es krim mau?” tawar Tobio lagi. Tobio mengaduh kesakitan ketika mendapatkan jitakan pelan di kepalanya dari Atsumu.

“Lo bego apa gimana, sih? Orang sakit malah ditawarin es krim!” tukas Atsumu.

“Kayak lo pinter aja, Kak!” komentar Kei.

“Diem lo!” tukas Atsumu.

“Udah, udah! Semuanya keluar! Lo semua masih punya kerjaan masing-masing!” tukas Tetsurou mengusir empat pemuda lainnya. “HP kamu ada di atas nakas ya. Telfon kita kalau kamu butuh apa-apa,” ucap Tetsurou tersenyum menatap Rintarou.

“Ah, iya. Makasih,” balas Rintarou.

“Istirahat yang cukup ya,” pesan Tetsurou sebelum pergi bersama dengan Kiyoomi, Atsumu, Tobio dan Kei.

Rintarou kembali termenung sepeninggal yang lainnya. Masih berusaha memikirkan sebenarnya apa yang terjadi kepadanya. Kenapa ia bisa hidup kembali setelah ia yakin benar ia kehilangan nyawa malam itu.

Kepala Rintarou menoleh ke arah pintu ketika mendengar ada yang masuk ke dalam ruangannya.

Rintarou mengernyit, ia sama sekali tidak mengenali siapa sosok yang masuk ke dalam ruangannya itu.

Sosok itu tersenyum manis. Sangat cantik di mata Rintarou.

“Hai, Suna Rintarou. Bagaimana rasanya setelah Tuhan mengabulkan doa terakhirmu?”

—tbc