Rollercoaster

Natsuki birthday countdown

Drabble by @l1_mey


D-2 — Rollercoaster

“Di sini kau rupanya!” aku mendongak dari buku yang aku baca. Tidak jauh dari tempatku duduk, Natsuki berjalan menghampiriku.

“Ada apa?” tanyaku pelan, pasalnya saat ini kami sedang berada di ruang baca perpustakaan kampus.

“Aku sudah menghubungimu sedari tadi tapi tidak kunjung kau angkat!” tukas Natsuki yang kini sudah duduk di bangku sebelahku.

“Aku menaruh ponselku dalam tas. Tasku ada di loker depan,” jawabku. Natsuki menghembuskan napas. “Lalu, bagaimana kau tahu aku berada di perpustakaan?” tanyaku kemudian.

“Aku bertanya pada teman-temanmu lagi. Mereka bilang kau sudah sedari pagi di perpustakaan,” jawab Natsuki.

Aku terkekeh kecil dan mengangguk, “aku mencari referensi untuk dijadikan tugas akhirku. Maka dari itu aku lama di sini,” jawabku. “Memang ada perlu apa mencariku?” tanyaku.

Natsuki tidak langsung menjawab, ia merogoh sesuatu dari salah satu kantung jaket yang ia kenakan, kemudian memperlihatkan sesuatu kepadaku.

“Eee ... tiket Disneyland?” suaraku memekik tertahan, berusaha agar tidak menarik perhatian mahasiswa lain yang ada di ruang baca perpustakaan ini.

“Aku dapat dua tiket masuk ke sana. Mau pergi bersamaku?” tanya Natsuki.

Aku menatap Natsuki dengan senyum lebar dan mengangguk cepat. “Mau! Mau!” seruku.

Natsuki tertawa kecil, ia kembali memasukkan tiket itu ke dalam saku jaketnya. “Sabtu ini bagaimana?” tanya Natsuki.

Aku mengangguk, “aku tidak masalah,” jawabku cepat.

“Baiklah. Sabtu nanti. Jangan lupa, oke!” tukas Natsuki.

“Tidak akan!” tukasku balik.

•••

Hari Sabtu datang begitu cepat. Seperti yang sudah kami berdua janjikan, kami akan pergi ke Disneyland hari Sabtu ini. Lima belas menit yang lalu kami sudah sampai di taman hiburan ini. Begitu sampai, aku meminta Natsuki untuk memfotoku bersama dengan beberapa maskot Disney seperti Mickey Mouse dan Minnie Mouse, Donald Duck dan yang lainnya.

Aku tidak ingin terlalu besar kepala, tetapi kami berdua sudah mirip seperti sepasang kekasih yang sedang menikmati liburan bersama saat ini. Selesai berfoto aku mengajak Natsuki untuk membeli camilan ringan yang bisa kami makan sambil berkeliling. Selain itu tidak lupa aku juga membeli bandana lucu telinga Mickey dan Minnie mouse yang kami kenakan di kepala kami.

Sambil berkeliling taman hiburan luas ini, kami juga sesekali mampir untuk menikmati wahana bermain yang tersedia di sana. Sampai akhirnya kami berdua sampai di sebuah wahana penguji adrenalin, rollercoaster.

Ne, Natsuki.” Panggilku pada Natsuki.

“Hmm?”

“Ingin mencoba naik itu?” tanyaku menunjuk pada rollercoaster di depan kami.

“Kau berani?” tanya Natsuki balik.

“Tidak tahu. Maka dari itu aku bertanya, ingin mencoba naik itu atau tidak?”

“Ayo naik kalau kau mau!” ajak Natsuki.

Aku mengangguk setuju. Kami berdua lantas ikut mengantri bersama dengan penumpang yang lainnya. Jujur saja aku sangat penasaran dengan wahana yang satu ini, tetapi dulu aku tidak mempunyai cukup keberanian untuk mencoba menaiki wahana rollercoaster.

“Takut?” tanya Natsuki di sebelahku. Aku menggeleng, “hanya gugup sedikit,” jawabku.

“Ada aku. Tenang saja!” tukas Natsuki. Aku hanya memberikannya senyum simpul sebelum akhirnya tiba giliran kami untuk menaiki wahana ini.

Semua penumpang telah naik dan mendapatkan tempat duduk masing-masing, sabuk pengaman sudah dipastikan terpakai semua dan aman, rollercoaster siap meluncur.

Aku memejamkan mataku ketika rollercoaster mulai berjalan, awalnya pelan dan santai. Menanjak dengan pelan, sampai akhirnya menukik turun dengan kecepatan tinggi. Para penumpang berteriak, tidak terkecuali aku yang juga ikut berteriak. Tidak cukup dengan lintasan yang menanjak dan menukik turun, kami sampai di lintasan yang melengkung membentuk huruf O besar, membuat para penumpang kembali menjerit nyaring.

Aku tidak bisa berpikir jernih. Aku hanya ingin segera turun dari wahana ini dan berdoa agar wahana ini segera berhenti. Namun doaku tidak terkabul untuk lima belas menit selanjutnya.

Rollercoaster berhenti sekitar dua puluh menit kemudian. Hanya dua puluh menit namun rasanya seperti tubuhku diombang-ambingkan tidak karuan. Perutku mual dan rasanya aku ingin muntah.

Ketika aku turun dari wahana itu, aku segera berpegangan kepada Natsuki ... kepalaku rasanya sangat pusing dan kakiku menjadi seperti jelly tidak bertulang.

“Kau baik?” tanya Natsuki. Aku menoleh ke arahnya.

Kelopak mataku membelalak ketika melihat wajah Natsuki juga tidak lebih baik daripada aku, wajah Natsuki pucat sekali. Aku segera melingkarkan tanganku pasa perut Natsuki, sedangkan Natsuki kemudian melingkarkan tangannya pada leherku. Kami saling menopang satu sama lain ketika berjalan meninggalkan area wahana rollercoaster tadi.

Kami berdua langsung mendudukkan diri di sebuah bangku yang kami temui. Hening. Kami sama-sama diam, yang kami lakukan hanyalah mencoba untuk tenang dan memulihkan kondisi kami.

“Natsuki.” Aku memanggil.

“Hmm?”

“Aku bersumpah tidak akan naik wahana itu lagi seumur hidupku!” tukasku.

“Aku setuju.”

•••