sakit

narasi bagian satu dari True Feelings, an iwaoi story


#iwaoi | 396 words

Oikawa Tooru jelas terkejut. Ia mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali, membaca pesan balasan yang dikirim oleh Iwaizumi Hajime—seseorang yang sudah lama membuatnya jatuh hati. Tanpa menunggu balasan dari Hajime, Tooru buru-buru mendial nomor ponsel Hajime. Butuh waktu selama beberapa detik sebelum akhirnya sambungan telfon dijawab oleh Hajime. Hal pertama yang Tooru dengan adalah suara erangan Hajime di seberang sana.

“Iwa-chan?? Sakit?” tanya Tooru.

Dan lo bikin gue makin sakit!” seru Hajime terdengar jengkel. Namun Tooru tidak pedulikan, Hajime memang biasa seperti itu pada dirinya.

Sakit apa? Kemarin lo baik-baik aja perasaan,” ucap Tooru.

Ya lo pikir sakit kudu reservasi dulu apa gimana?” tanya Hajime balik.

Om sama tante di mana? Nggak ada di rumah?” Tooru bertanya.

Udah berangkat kerja pagi-pagi tadi. Katanya ada meeting.” Hajime menjawab.

Gue ke sana, ya!” tukas Tooru.

Ngapain? Lo ke sini malah makin bikin gue pusing!” tukas Hajime.

Bacot ih! Liat aja Iwa-chan bakal berterima kasih karena gue datang ke sana ntar!” tukas Tooru. “Jangan aneh-aneh di rumah! Tunggu gue ya, Iwa-chan! Jangan mati dulu!”

Anjing!

Tooru tertawa pelan begitu mendengar makian dari Hajime. Jika Hajime masih bisa memaki dirinya, itu artinya Hajime masih memiliki tenaga.

Sambungan telfon sudah Tooru putus setelah Hajime memaki dirinya tadi. Tooru merenung sejenak, senyumnya kecut. Dalam hatinya ia seringkali bertanya-tanya, kapan Hajime akan berlaku lembut kepadanya. Tooru memang sudah biasa menjadi bahan ejekan Hajime, Tooru sudah biasa ketika mendengar berbagai macam makian Hajime yang pemuda tujukan kepadanya. Awalnya ia keberatan, namun akhirnya biasa saja dan mereka akhirnya berteman dekat.

Sebut saja Tooru masokis, mendapatkan ejekan kasar bahkan makian dari Hajime justru membuat Tooru tiba-tiba jatuh hati pada pemuda itu. Tooru yang memang mudah mengekspresikan perasaannya, ia dengan terang-terangan mengatakan jika ia menyukai Hajime. Bukan sebagai sekedar teman, namun lebih dari itu.

Tooru sudah mengatakan perasaannya berkali-kali pada Hajime. Hajime tidak menolak perasaan Tooru, tidak juga menerima. Hajime tampak biasa saja dan semuanya masih berjalan seperti biasanya.

Tooru tentunya sangat bingung pada awalnya. Perasaannya serasa digantungkan oleh Hajime yang tidak menerimanya tetapi juga tidak menolaknya. Namun bukan Tooru namanya jika mudah menyerah. Tooru masih berkali-kali menyatakan perasaannya kepada Hajime meskipun terus menerus mendapatkan jawaban yang sama, jawaban yang tidak pasti dari Hajime apakah menerima atau menolaknya.

“Ih anjir malah ngegalau aja lu! Kudu cepet-cepet ke rumah Iwa-chan ini!” tukas Tooru kepada dirinya sendiri.

Tooru beranjak dari duduknya, bersiap-siap untuk pergi menjenguk orang tersayangnya.

tbc