sebuah insiden

narasi bagian delapan dari Missing Cat, a semisuna story


Koutarou berjalan menuju meja Eita begitu bel tanda istirahat berbunyi. Sedari tadi pagi tampaknya sahabatnya itu terlihat murung, padahal Koutarou yakin betul Eita memasuki kelas dengan senyum lebar yang ia tebar ke mana-mana, namun itu tidak lama ... karena beberapa menit setelah Eita duduk di bangkunya dan menatap layar ponselnya, Eita menjadi terlihat murung. Koutarou tidak bisa langsung menanyakan ada apa karena bel pelajaran pertama berbunyi dan Pak Washijo—guru mata pelajaran kimia mereka yang terkenal galak sudah memasuki kelas.

“Bro, lo kenapa?” tanya Koutarou menepuk pundak Eita pelan.

Eita sedikit terkejut karena tepukan Koutarou di pundaknya, “sialan! Lo ngagetin aja!” tukas Eita.

“Ya lo juga kenapa? Pagi-pagi udah kusut aja itu muka? Bukannya tadi lo haha-hihi senyam-senyum gitu ke orang-orang?” tanya Koutarou.

“Galau gue,” balas Eita.

“Lo bisa galau?” tanya Koutarou.

“Gue timpuk ya lama-lama lo!” ancam Eita, “ya bisa aja. Bingung gue,” sambung Eita.

“Bingung kenapa lagi dah? Soal Suna?” tanya Koutarou.

Eita mengangguk, “gue bingung. Ada kesempatan nggak ya buat gue deketin Suna. Dia kayaknya masih deket banget sama mantannya,” keluh Eita.

“Ya lo mana bisa tau ada kesempatan apa nggak, klo nyoba deketin aja belum!” tukas Koutarou, “deketin aja dulu anaknya, klo udah yakin, ntar gue bantuin bikin acara nembaknya,” ucap Koutarou diiring tawa.

“Gampang banget tuh mulut ngomongnya, lo sendiri gimana? Kapan lo mau nembak Atsumu? Keburu laku tuh anak!” tukas Eita.

“Anjir! Jangan doain gitulah!”

“Ya makanya, tembak sana anaknya. Jangan ngegantungin anak orang lo ntar kena karma,” ucal Eita.

“Gue mah gampang,” balas Koutarou, “dah mending sekarang ngantin aja, yok! Gue laper nih. Kuroo sama Oik kayaknya juga udah ke kantin.”

“Ya udah ayo dah. Gue juga laper,” balas Eita.

Sepanjang perjalanan menuju kantin sekolah, kedua sahabat itu tidak luput dari perhatian murid-murid lain yang mereka lewati. Bagaimana tidak, keduanya sama-sama termasuk murid populer di sekolah. Eita, Koutarou, Tetsurou, Tooru dan satu adik kelas mereka, Kenjiro—adalah salah satu grup band di sekolah mereka dan seringkali tampil di acara-acara sekolah mereka ataupun festival musik ... maka tidak heran jika cukup banyak murid yang mengenal mereka.

“Lo mau pesen apa?” tanya Koutarou begitu mereka sampai di area kantin.

“Batagor Bang Teru aja deh,” balas Eita.

“Gue baksonya Mak Eru aja ya,” ucap Koutarou, Eita mengangguk. “Itu Kuroo sama Oik, ntar gabung di sana aja, ya!” tukas Koutarou menunjuk pada Tetsurou dan Tooru yang sedang tertawa-tawa disalah satu meja kantin.

“Oke.”

Eita kemudian berjalan menuju kedai batagor Bang Teru, sedangkan Koutarou pergi menuju kedai bakso milik Mak Eru. Sama seperti biasa, Eita memesan seporsi batagor dan es teh kesukaannya. Setelah cukup menunggu, pesanan Eita sudah di tangan, Eita juga langsung membayar batagor juga es teh yang ia beli.

Eita berniat langsung berjalan menuju meja sahabat-sahabatnya ketika tidak sengaja ia harus melewati meja di mana ada Rintarou dan dua teman kembarnya yang duduk disalah satu meja kantin.

“Sam, gue nggak mau ih!”

“Cobain aja, nggak pedes kok!”

“Gue, kan, udah bilang jangan pesenin yang ada sambelnya!”

“Dikit aja, Rin. Nggak pedes, suer!”

“Nggak, Sam. Lo aja sana yang makan semuanya!”

“Rin, cupu banget sama makanan pedes.”

“Udah lo makan berdua aja gue mau balik ke kelas!”

“Eh, kok gitu!”

“Suna, kok nggak jadi makan?” Rintarou menoleh ke belakang ketika mendengar seseorang bertanya kepadanya.

“Oh, nggak apa-apa, Sem. Males aja, nggak jadi makan, deh,” balas Rintarou.

Eita melirik semangkuk mie ayam yang terdapat tumpahan sambal di atasnya. “Lo pesen mie ayam pake sambel?” tanya Eita.

“Bukan gue yang pesen. Ini kerjaannya Osamu. Gue bilangnya nggak pake sambel malah dikasih sambel,” jelas Rintarou.

“Dikit aja, Rin.” Suara Osamu terdengar.

Rintarou kembali menoleh menatap Osamu, “gue nggak suka pedes, Sam. Gue udah bilang berkali-kali juga!” tukas Rintarou.

“Mau tukeran sama punya gue nggak?”

“HAH!?” Bukan hanya suara terkejutnya Rintarou yang terdengar, namun Osamu dan Atsumu yang ada di sana pun ikut terkejut. “Emang beda, sih, pesenannya. Gue bawa batagor Bang Teru, lo pesen mie ayam. Tapi punya gue belum gue kasih sambel, nih, klo lo mau tukeran. Biar yang ada sambelnya buat gue aja,” jelas Eita.

“Emang nggak apa-apa klo tukeran?” tanya Rintarou.

“Ya nggak apa-apa. Daripada lo nggak jadi makan,” balas Eita. “Gimana?” tanya Eita.

Rintarou mengangguk, “boleh deh,” ucapnya.

“Loh, Rin—”

“Diem lo pengkhianat!” tukas Rintarou menatap tajam Osamu. Rintarou segera memberikan semangkuk mie ayamnya kepada Eita setelah Eita memberikan batagor pesanannya kepada Rintarou.

“Gue ke sana dulu, ya, Sun. Met makan!” tukas Eita menunjuk meja teman-temannya menggunakan dagunya.

“Makasih, ya, Sem,” balas Rintarou.

Eita mengangguk dan tersenyum kecil. Eita dan Osamu sempat bertemu pandang sebelum Eita berjalan melewati tempat duduk Osamu, keduanya sama-sama memperlihatkan tatapan tidak suka satu sama lainnya.

Osamu terlihat tidak menyukai Eita, begitu juga Eita yang tersenyum miring menatap Osamu. Eita merasa sedikit puas bisa ‘cari perhatian’ kepada Rintarou di depan mata mantan kekasih Rintarou itu.

“Heh ngapain lo tadi lama-lama di meja Suna sama si kembar?” Tooru langsung heboh bertanya kepada Eita begitu Eita bergabung dengan mereka.

“Tukeran makanan, nih,” balas Eita.

“Hah? Lo, kan, nggak begitu suka mie ayam, Ta?” tanya Tetsurou.

“Nggak apa-apa dah. Demi calon pacar,” ucap Eita yang langsung mendapatkan sorakan dari ketiga sahabatnya.

“Lo serius tukeran makanan sama Suna? Bucin banget lo sampe segitunya,” ucap Tooru.

“Suna, kan, nggak suka pedes tapi sama mantannya itu dipesenin mie ayam pedes. Gue minta tuker aja,” jelas Eita.

“Wadaw, caper ke calon pacar, nih, yeee!” seru Koutarou.

“Diem! Namanya juga usaha!” tukas Eita.

“Usaha katanya,” ucap Tetsurou yang kemudian mengundang tawa dari ketiga sahabat Eita.

“Diem! Gue mau makan!” tukas Eita sedikit sebal dengan guyonan sahabat-sahabatnya.

tbc