second encounter

narasi bagian dua dari Friends with Benefits, a semisuna omegavers story


Pukul tujuh malam, seperti yang sudah dijanjikan oleh Rintarou dan kawan-kawannya; mereka akhirnya bertemu disebuah kafe yang akan melakukan grand opening hari ini. Butuh perjuangan cukup lama bagi Rintarou agar ia bisa membawa temannya yang bernama Kozume Kenma itu untuk keluar dari kamar pemuda itu. Pasalnya Kenma benar-benar pribadi yang sangat introvert dan lebih nyaman berada dalam ketenangan daripada di tempat ramai seperti keadaan kafe saat ini.

Tidak sulit bagi Rintarou untuk menemukan tiga temannya yang lain, Miya Osamu dan Atsumu—si kembar—dan Akaashi Keiji. Tiga temannya itu sudah mendapatkan tempat strategis yang bisa dengan jelas melihat keadaan di panggung mini kafe tersebut.

“Ayo, Meng!” ajak Rintarou menarik pelan lengan Kenma. Kenma di belakang Rintarou hanya bisa mendengus dan pasrah saja ketika ditarik oleh Rintarou.

“Lama amat!” komentar Atsmu begitu Rintarou dan Kenma sampai di meja mereka.

“Nih si Meng! Susah amat diajak pergi!” tukas Rintarou.

“Males banget gue. Mending mabar.” Kenma berucap.

“Sekali-kalilah, Ken, main keluar gini. Mumpung dapet diskon juga,” ucap Osamu. Kenma hanya bisa mendengus lagi. Percuma saja menolak, toh dirinya sekarang sudah berada di kafe tersebut.

“Pacar lo mana?” tanya Rintarou kepada Atsumu.

Atsumu terkekeh kecil, “lagi siap-siap, tuh! Mau ketemu?” tawar Atsumu. “Mayan juga katanya ada temen Omi yang masih single,” sambung Atsumu.

“Dih! Gue ke sini bukan mau cari jodoh ya!” tukas Rintarou.

“Lah, Suna!” Rintarou reflek menoleh ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Senyum Rintarou merekah ketika melihat siapa yang memanggilnya.

“Teru!” seru Rintarou. Ia langsung berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Yuuji. “Lo ngapain di sini?” tanya Rintarou.

“Lah gue mau manggung habis ini,” jawab Yuuji.

Rintarou mengernyit, “manggung?” tanyanya.

“Oh! Lo temennya Omi, ya?” tanya Atsumu menatap Yuuji.

Yuuji mengangguk. “Iya. Gue se-band sama Sakusa,” balas Yuuji.

“Lah, kalian udah saling kenal?” tanya Keiji menatap Rintarou dan Yuuji bergantian. Kenma hanya diam menatap Rintarou. Sedangkan Osamu sedikit mengernyit ketika merasakan bau familiar masuk ke dalam indra penciumannya. Ia menatap Yuuji dari atas ke bawah.

“Gue temenan sama Teru,” ucap Rintarou akhirnya. “Gue malah baru tau kalau Terus satu band sama Sakusa,” ucap Rintarou.

“Emang gue belum pernah bilang, ya?” tanya Yuuji kepada Rintarou.

“Nggak pernah ya! Lo cuma bilang lo itu punya band di kampus,” ucap Rintarou.

Yuuji terkekeh, “oh, ya, sorry. Lupa gue mau cerita,” ucapnya. “Lo semua masih lama, kan? Bisa kali nanti kita ngobrol bareng. Lumayan nambah temen juga,” tawar Yuuji.

“Gue, sih, mau-mau aja,” balas Keiji. Ia menoleh menatap Kenma yang sudah menampakkan wajah tidak setujunya. Keiji hanya bisa terkekeh setelahnya.

“Mauu! Gue mau ketemu Omi nanti!” tukas Atsumu bersemangat.

“Yaudah, tunggu ya nanti!” tukas Yuuji. “Gue mau samperin temen-temen gue dulu,” ucapnya kemudian.

Rintarou mengangguk. “Semangat lo!” tukasnya menepuk Pundak Yuuji pelan.

Yuuji tersenyum. “Jelas, dong! Soalnya ada lo nonton,” ucapnya.

“Halah!” tukas Rintarou. “Udah sana! Hush, hush!” Yuuji masih terkekeh saja ketika Rintarou mengusir pelan Yuuji dari meja mereka.

Tidak membutuhkan waktu lama ketika acara pembukaan kafe itu dimulai. Pembawa acara akhirnya memperkenalkan guess star malam itu. Tepuk tangan riuh langsung bergema menyambut guess star yang satu persatu menaiki panggung. Kelopak mata Rintarou langsung membelalak ketika melihat sosok yang tidak asing ikut berada di atas panggung. Pun sosok itu ada di bagian paling depan karena sepertinya ia adalah vokalis band serta gitaris.

Tepuk tangan kembali bergema ketika sosok itu menyapa pengunjung kafe malam itu. Sekali bersuara saja bisa membuat pengunjung bertepuk tangan dan berteriak histeris, tidak heran jika sosok itu dipilih menjadi vokalis.

Rintarou masih sangat mengingat siapa sosok itu. Sosok menyebalkan yang ia temui beberapa hari yang lalu ketika ia membeli jajanan di belakang kampusnya. Sosok yang mampu membuat Rintarou kesal setengah mati karena dengan sengaja mengintimidasi Rintarou dengan bau feromonnya.

Tatapan keduanya tiba-tiba bertemu. Baik Rintarou dan sosok itu tampak terkejut ketika melihat satu sama lain. Entah kenapa Rintarou merasakan perasaan aneh dalam dirinya ketika sosok itu menatap ke arahnya. Sosok itu lantas tersenyum ke arah Rintarou, senyum yang membuat orang-orang di belakang Rintarou berteriak histeris hingga membuat telinga Rintarou berdenging.

Bunyi instrument musik kemudian terdengar, tepuk tangan sekali lagi riuh terdengar. Tidak lama disusul oleh suara merdu yang Rintarou yakini berasal dari suara sang vokalis. Beberapa pengunjung ikut bernyanyi bersama dengan sang vokalis. Semuanya tampak menikmati acara malam itu, berbeda dengan Rintarou yang terus saja merasakan perasaan aneh dalam dirinya sejak ia melihat pemuda yang berdiri di atas panggung itu.

***

“Hai!” Yuuji menyapa Rintarou. Rintarou hanya membalas dengan senyum dan anggukan kecil. Berbeda lagi dengan Atsumu yang langsung lari ke pelukan kekasihnya. “Kenalin ini temen-temen gue yang lain,” ucap Yuuji kemudian.

“Hai, nama gue Kuroo, ini pacar gue Bokuto.” Sosok yang memiliki rambut hitam jabrik itu memperkenalkan diri pada Rintarou dan yang lainnya.

“Hai, gue Osamu. Itu Atsumu. Ini Suna, Kozume sama Akaashi.” Osamu memperkenalkan teman-temannya yang lain.

“Duduk sini!” tukas Keiji mempersilahkan Yuuji dan teman-temannya yang lain.

“Iya, gue kenal kalau Kenma mah. Rumah kita tetanggaan,” ucap Tetsurou. “Masih suka ngalong main game lo, Ken?” tanya Tetsurou terkekeh.

Kenma mendengus, sedikit mendorong menjauh tubuh Tetsurou yang berniat duduk di sebelahnya.

“Nah yang nyanyi tadi itu Namanya Semi Eita. Suaranya bagus, tapi sayangnya dia tuh sombong,” ucap Yuuji terkekeh. Ia memilih duduk di sebelah Rintarou.

“Anjir lo, Ter!” tukas Eita. Yuuji balas terkekeh.

“Duduk situ, tuh, Sem! Jangan berdiri! Bikin jelek pemandangan aja lo!” tukas Koutarou yang langsung mendapatkan cubitan di perut dari Tetsurou.

Eita menatap Rintarou, hanya tempat duduk di sebelah Rintarou yang kosong. Mau tidak mau Eita kemudian duduk di sebelah Rintarou. Posisi Rintarou kemudian diapit oleh Yuuji dan Eita di sebelah kanan dan kirinya.

Rintarou terdiam, perasaan aneh itu tiba-tiba kembali datang ketika Eita duduk di sebelahnya. Tanpa sadar Rintarou sedikit menggeser tubuhnya ke arah Yuuji.

“Gimana gue tadi? Keren, nggak?” tanya Yuuji menoleh menatap Rintarou.

“Ha?” tanya Rintarou terkejut.

“Lo kenapa? Kok jadi diem gitu?” tanya Yuuji keheranan.

“Ha? Eh? Nggak. Gue nggak apa-apa,” jawab Rintarou.

“Yakin?” tanya Yuuji. Ia berniat menempelkan punggung tangannya di kening Rintarou, namun Rintarou dengan cepat menepis tangan Yuuji.

“Gue nggak apa-apa!” tukas Rintarou keukeuh.

Yuuji mengangguk paham. Berusaha mengalihkan perhatian, Rintarou kemudian ikut berbincang dengan temannya yang lain. Susah payah ia menyingkirkan perasaan aneh dalam dirinya. Sejujurnya ia agak kesal juga pada Eita yang tampak beberapa kali ketahuan intens menatapnya.

“Eh, gue mau ke toilet dulu, ya!” tukas Rintarou tiba-tiba. Rintarou sudah tidak tahan. Ia harus mencari udara segar dan segera menjauh dari kerumunan teman-temannya. Perasaan aneh itu semakin menggerogoti dirinya.

“Gue temenin mau?” tawar Keiji.

Rintarou menggeleng, “nggak usah. Bentar aja, kok,” balas Rintarou. Tanpa menunggu respon lain dari teman-temannya, Rintarou segera berjalan pergi meninggalkan teman-temannya.

Sesampainya di toilet, Rintarou langsung menyalakan keran air di wastafel dan segera membasuh wajahnya dengan air dingin. Entah kenapa wajahnya semakin lama semakin panas. Rintarou mendongak menatap pantulan wajahnya di cermin.

Rintarou tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Beberapa hari ini keanehan terjadi pada dirinya. Biasanya Rintarou akan merasa baik setelah ia menyalurkan hasrat bercintanya dengan dibantu oleh Yuuji, namun beberapa hari ini perasaan aneh masih enggan hilang dari dalam diri Rintarou. Ia merasa sehat, namun juga merasa aneh dengan tubuhnya. Tubuhnya terasa panas namun ia tidak menemukan tanda-tanda ia akan sakit. Perasaan tidak menyenangkan itu kembali muncul ketika Rintarou melihat pemuda Bernama Semi Eita itu di atas panggung. Dalam dirinya semakin tidak karuan ketika Eita duduk di sebelahnya beberapa waktu lalu.

Rintarou kembali membasuh wajahnya, berusaha untuk mendinginkan wajahnya. Ia tersetak kaget ketika melihat pantulan sosok lain dari cermin di depannya.

“Anjir! Ngagetin aja lo!” tukas Rintarou berbalik menatap sosok Eita yang hanya terdiam menatap Rintarou. “Mau apa lo!?” tanya Rintarou kesal. Mengingat kejadian beberapa hari yang lalu membuat Rintarou kembali kesal kepada Eita.

Eita tidak langsung menjawab, ia hanya diam ketika berjalan maju mendekati Rintarou. Rintarou yang melihat gelagat aneh Eita langsung memasang kuda-kuda bertahannya.

“Mau apa lo! Ngapain deket-deket!” seru Rintarou.

Rintarou benar-benar tidak bisa berkutik ketika punggungnya sudah menyentuh pinggiran wastafel dan tubuh Eita yang berdiri di hadapannya. Eita mengernyit menatap Rintarou.

Rintarou membelalak kaget ketika tiba-tiba Eita memajukan kepalanya hingga hidung pemuda itu menyentuh sisi leher Rintarou. Tubuh Rintarou membeku, rasanya terkejut dan tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan untuk sekedar bergerak mendorong tubuh Eita menjauh, Rintarou tidak bisa.

Eita sendiri tidak tahu apa yang ia lakukan, yang ia tahu hanyalah entah kenapa sosok Rintarou ini mempunyai aroma yang membuat Eita tertarik. Tidak sadar Eita justru mengikuti Rintarou ketika Rintarou pergi ke toilet. Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Eita menghirup dalam-dalam aroma tubuh Rintarou, hingga beberapa saat kemudian Eita tersadar dengan apa yang ia lakukan.

Eita segera menjauhkan tubuhnya dari Rintarou.

Eita menatap Rintarou sebentar sebelum berkata, “bau lo aneh,” kemudian meninggalkan Rintarou begitu saja yang masih terdiam di tempatnya.

Rintarou baru tersadar beberapa saat setelah Eita pergi meninggalkannya. Rintarou merasakan tulang-tulang kakinya berubah menjadi layaknya jelly, tanpa tenaga dan ia pun jatuh terduduk begitu saja setelah Eita meninggalkannya.

Perasaan aneh itu kembali datang, kali ini ditambah dengan debaran jantungnya yang tidak karuan.

Ya Tuhan, sebenarnya gue kenapa, sih!? Teriak Rintarou dalam hatinya.

tbc