senja

narasi bagian dua dari Rasa yang Tertinggal, a semisuna story


Rintarou masih bersantai di salah satu ruang gedung lembaga kemahasiswaan ketika tiba-tiba dua temannya berlari kecil menghampirinya.

“Heh, Sun, Sun!” sosok gadis cantik di sebelahnya itu menarik-narik kecil ujung baju Rintarou.

“Napa, sih, lo!” tukas Rintarou malas.

“Lo kok nggak pernah cerita kalo kenal sama vokalis Kanvas!” cecar gadis itu.

“Hah? Siapa yang bilang?” tanya Rintarou.

“Lah itu vokalisnya Kanvas nyariin lo!” tukas gadis itu lagi. “Dia udah dari tadi nungguin di depan gedung ini tau!”

Rintarou mengernyit, vokalis band Kanvas? Memang siapa yang menunggunya? Harusnya jika pihak Kanvas ingin membicarakan tentang penampilan mereka di acara welcoming mahasiswa baru bisa saja langsung masuk ke gedung lembaga kemahasiswaan ini.

“Siapa, sih? Orang gue nggak kenal!” sangkal Rintarou.

“Jangan bohong ih! Orang dia sendiri yang bilang nyari lo!”

“Mau ngobrolin soal manggungnya Kanvas kali. Suruh ketemu pak ketua aja,” ucap Rintarou.

Gadis itu mendengus, “orang dia mau ketemu lo! Gue udah tawarin buat ketemu panitia lain, tapi maunya ketemu lo! Katanya lo temen dia!” tukas gadis itu menggebu-gebu.

Rintarou semakin penasaran, siapa sebenarnya vokalis Kanvas yang mencarinya itu. Akhirnya Rintarou mengalah, ia membereskan tasnya kemudian berjalan keluar dari gedung.

“Kenalin gue sama mereka dong, Sun!” tukas gadis itu berjalan mengikuti Rintarou.

“Lah tinggal kenalan aja, kan?” tanya Rintarou. “Besok habis Kanvas tampil tuh lo ajak kenalan!” tukas Rintarou.

“Ih kalo habis welcoming pasti rame! Gue kan pengen ngobrol juga sama mereka!”

“Ya udah, pas gladi bersih tuh!” tukas Rintarou malas. “Udah gue mau balik, bilangin pak ketua, ya.” Rintarou mempercepat langkahnya, berharap gadis itu tidak mengikutinya lagi.

Rintarou masih penasaran, memang siapa yang menunggunya sejak tadi itu? Siapa vokalis Kanvas yang menunggunya itu? Apakah mungkin kakak kelasnya dulu, Kuroo Tetsurou?

“Hai.”

Langkah Rintarou langsung terhenti ketika mendengar sapaan itu. Rintarou mematung, menatap sosok Semi Eita yang tersenyum tidak jauh di depannya.

“Kenapa? Kok diem gitu?” tanya Eita berjalan mendekati Rintarou.

Rintarou mengerjapkan kelopak matanya, “lo vokalis Kanvas, Kak?” tanyanya.

Eita mengangguk, “iya. Kenapa?”

“Kok lo nggak bilang lo vokalis Kanvas?” tanya Rintarou.

Eita tampak bingung, “lah gue kira lo udah tau,” ucapnya.

“Siapa bilang gue udah tau?” tanya Rintarou agak sebal. “Gue kira Kak Kuroo yang vokalis!” tukasnya.

“Lah? Kenapa bisa lo ngira gitu?” tanya Eita.

“Ya habisnya yang pertama kali gue hubungi itu Kak Kuroo. Gue kira dia vokalisnya karena contact person Kanvas itu lewat dia,” jelas Rintarou.

“Oh, itu karena Kuroo leader-nya merangkap jadi manajer. Jadi contact person-nya pake nomor dia.” Eita menjelaskan.

Rintarou hanya terdiam, selama ini dia salah pengertian.

“Udah aja soal Kuroo. Lo udah boleh pulang, kan?” tanya Eita kemudian.

Rintarou mengangguk kecil.

“Temenin gue bentar mau? Sekalian nanti makan baru lo gue anterin pulang.”

Sore itu menjadi salah satu saksi di mana Rintarou mengiyakan ajakan Eita. Membiarkan Eita membawanya entah ke mana. Berkendara mengelilingi kota ditemani langit jingga yang memanjakan mata. Hanya berdua, setelah sekian lama akhirnya mereka bisa kembali merasakan indahnya waktu yang dihabiskan bersama.

tbc