seorang pencuri

narasi bagian dua puluh tujuh dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


cw // kiss , ciuman

Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, Yuuji benar-benar mendatangi apartemen Rintarou malam harinya. Tepat pukul tujuh malam lebih sedikit Yuuji sudah berdiri di depan pintu apartemen Rintarou, menunggu sang empu punya rumah membukakan pintu.

Pintu terbuka tidak lama kemudian, menampakkan Rintarou yang sepertinya baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. Yuuji menatap Rintarou dari atas hingga bawah, seketika matanya terhenti pada celana pendek yang Rintarou pakai.

“Anjay! Lo sengaja pake celana pendek apa gimana?” ceplos Yuuji.

“Lah emang napa sama celana gue?” tanya Rintarou balik. Rintarou menunduk, guna melihat keanehan apa pada celana yang dipakainya. Seketika wajah Rintarou memerah, kebiasaannya masih ada. Jika tidak ada, kadang secara tidak sadar ia akan memilih celana yang terlalu pendek hingga memperlihatkan paha putih mulusnya. “Sorry! Gue ganti dulu!” tukas Rintarou kemudian. “Masuk aja dulu. Lo bawa apaan?” tanya Rintarou sembari berjalan menuju kamarnya.

Yuuji berjalan masuk, tidak lupa menutup pintu apartemen Rintarou dan menguncinya.

“Martabak manis sama sate doang. Martabaknya buat lo, satenya buat gue,” ucap Yuuji.

“Kok gue nggak sekalian lo beliin sate?” tanya Rintarou yang akhirnya datang bergabung dengan Yuuji di ruang TV apartemen Rintarou. Yuuji menoleh, menatap Rintarou yang sudah berganti celana pendek di bawah lutut. Meskipun Yuuji ingin jujur Rintarou sangat cocok menggunakan celana pendek yang memperlihatkan paha, namun ini lebih baik daripada akan terjadi hal yang tidak-tidak nantinya.

“Gue belum makan, makanya beli sate sekalian ke sini. Lo pasti udah makan, kan, bareng Oikawa itu?” tanya Yuuji.

Rintarou menghentikan tangannya yang sedang membuka bungkus martabak, kemudian mengangguk, “iya, sih. Tadi balik sekaligus makan malem juga,” ucapnya, “tapi gue juga pengen sate! Kalo tau lo beli sate, mending gue nitip tadi.”

“Ya udah, buat berdua ini!” tukas Yuuji. “Lagian gue emang sengaja beli agak banyakan dikit porsinya,” ucapnya.

“Nggak apa-apa, nih?” tanya Rintarou memastikan.

Yuuji mengangguk, “asal nggak lo semua yang ngembat ini sate,” ucapnya. Mendengar ucapan itu, Rintarou hanya terkekeh kecil. “Tumben lo nggak sama Oikawa?” tanya Yuuji kemudian.

“Tadi, kan, gue juga baru bareng dia,” balas Rintarou. “Eh, nonton film mau? Gue ada film yang pengen gue tonton!” tukasnya.

“Film apaan?”

“Horor thriller,” balas Rintarou. Yuuji mengangguk setuju, memperhatikan Rintarou yang sedang fokus memencet-mencet remot dan memilih film yang akan mereka tonton sembari tangannya terus menyuapkan martabat manis ke mulut.

“Tumbenan juga Oikawa nggak main ke sini?” tanya Yuuji lagi.

“Kok tau kalo Oikawa sering main ke sini?” tanya Rintarou.

“Lah anak-anak pada cerita. Tiap mereka mampir sini pasti pas ada Oikawa,” balas Yuuji.

“Oikawa tadi bilangnya mau ada urusan, sih. Habis drop gue di bawah, dia langsung pergi lagi,” jelas Rintarou.

“Oh.” Yuuji mengangguk-angguk kecil. “Lo bosen, ya, main sama kita-kita?” tanya Yuuji.

“Hah? Enggak!” sangkal Rintarou.

“Tapi lo tiap kita ajak bareng atau nongkrong selalu nolak,” ucap Yuuji.

Rintarou menghembuskan napas pelan, kemudian menyamakan dirinya duduk di samping Yuuji. “Gue cuma malu aja kalo ketemu yang lain lama-lama,” ucap Rintarou kemudian.

“Lah malu kenapa?” tanya Yuuji.

“Ya malu gue. Udah pada tau kalo Nana itu gue,” jawab Rintarou. “Bahkan kapan hari itu juga Atsumu sama Osamu tanya langsung ke gue kapan update diakun Nana lagi.” Rintarou bercerita.

“Mereka tanya gitu?” tanya Yuuji.

Rintarou mengangguk, “sebenernya gue juga pengen update lagi, tapi malu. Lagian outfit gue ada di Inari semua. Udah lama juga gue nggak balik ke sana.

“Jadi karena malu, lo ngindarin kita?” tanya Yuuji.

“Bukan cuma karena itu!” tukas Rintarou. Ingatannya kembali kepada beberapa kejadian yang kurang mengenakkan baginya beberapa hari yang lalu. “Tapi emang juga pengen hiatus bentar kali, ya,” sambung Rintarou.

“Padahal gue nggak masalah semisal lo mau update lagi. Gue mau liat juga soalnya,” ucap Yuuji terkekeh.

Rintarou mendengus, tangannya yang kotor bekas topping martabak ia usapkan ke baju Yuuji.

“HEH! HEH! BAJU GUE!” teriak Yuuji panik. Sedangkan Rintarou hanya terkekeh geli melihat reaksi Yuuji.

“Udah mau mulai itu filmnya!” tukas Rintarou yang kemudian menfokuskan pandangan ke layar TV.

“Ngomong-ngomong, Sun.”

“Hmm?”

“Lo pacaran sama Oikawa?”

“Hah? Pertanyaan apaan itu!” tukas Rintarou menoleh menatap Yuuji.

Yuuji yang ditatap hanya bisa menggaruk tengkuknya canggung, “ya habisnya lo berdua nempel mulu. Gue belum pernah ketemu langsung sama orangnya. Tapi anak-anak lain pada protes mulu lo bareng Oikawa terus,” jelas Yuuji.

Lagi-lagi Rintarou mendengus, “gue sama Oikawa temenan doang!” tukasnya.

Yuuji menghembuskan napas lega mendengar pernyataan Rintarou. “Berarti masih ada harapan, kan?” tanya Yuuji.

“Harapan apaan?” tanya Rintarou balik.

“Harapan buat jadi pacar lo.”

Rintarou kembali menoleh menatap Yuuji, kemudian menggeleng. “Ada-ada aja lo!” tukasnya. “Udah, fokus nonton filmnya aja!” titah Rintarou.

Tidak ada percakapan di antara mereka setelahnya. Rintarou telah fokus menonton film yang diputar, sedangkan Yuuji fokus memperhatikan Rintarou yang fokus menatap ke depan.

“Sun.”

“Hmm?”

Di saat Rintarou menoleh menatap Yuuji, refleknya terlalu lamban. Kedua tangan Yuuji lebih dulu menangkup kedua pipinya, kemudian menariknya ke depan. Beberapa detik kemudian, Rintarou bisa merasakan benda kenyal yang mendarat di atas bibirnya. Kedua matanya membulat terkejut, kedua tangannya reflek mencengkeram kedua bahu Yuuji. Rintarou terlalu terkejut hingga ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Yuuji mencium bibirnya.

tbc