seperti cemburu

narasi bagian tiga puluh tujuh dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


Jarum jam menunjukkan sekitar pukul lima sore ketika Rintarou menyelesaikan kegiatan mandi sorenya. Ia berjalan menuju ruang tengah apartemennya dengan tangan memegangi handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambut basahnya.

Rintarou menatap berbagai macam hadiah atay paket yang beberapa teman-temannya kirimkan kepadanya. Entah apa maksud dari teman-temannya itu yang tiba-tiba mengirimkan paket seperti ini. Terlebih lagi dalam waktu yang bersamaan, hanya berbeda beberapa menit saja.

Rintarou sedikit tidak enak hati sebenarnya. Bagaimana jika teman-temannya itu sengaja mengirimkan semua ini karena mempunyai niat terselubung. Atau karena murni ingin memberikan hadiah cuma-cuma kepada Rintarou.

Tangan Rintarou baru saja ingin menyentuh salah satu coklat pemberian Shinsuke ketika ia mendengar suara bel pintu apartemennya. Rintarou berdiri, kemudian berjalan menuju ke arah pintu.

“Suna-chan!!!! Miss me???” suara nyaring itu langsung menginvasi indera pendengaran Rintarou begitu ia membuka pintu.

Rintarou mengernyit heran melihat sosok yang ada di hadapannya kini. “Lo udah balik?” tanya Rintarou.

Tooru mengangguk semangat. “Meeting-nya bisa selesai lebih cepet. Jadi gue buru-buru balik, deh!” tukas Tooru.

Rintarou terdiam, “masuk dulu, gih!” suruh Rintarou yang dengan semangat Tooru turuti. Ia langsung berjalan masuk ke dalam apartemen Rintarou. “Bawa apa lo?” tanya Rintarou ketika melihat barang bawaan Tooru yang tidak bisa dibilang sedikit.

“Gue tadi mampir ke super market sekalian. Masak, yuk!” ajak Tooru.

“Gue, sih, nggak masalah. Tapi itu lo nggak salah beli bahan-bahannya, kan?” tanya Rintarou.

Tooru sedikit merengut, “ya nggaklah! Bener ini!” tukasnya.

“Ya udah, ayo!” ajak Rintarou berjalan mendahului Tooru menuju dapur mini apartemennya.

“Itu apa yang ada di atas meja? Heboh amat kayaknya.” Tooru berkomentar.

Rintarou menoleh sebentar, sebelum melanjutkan kegiatannya menyiapkan barang-barang yang mereka butuhkan untuk memasak. “Dari temen. Nggak tau tuh pada tiba-tiba ngirim paketan begitu tadi,” jawab Rintarou.

Tooru terdiam sebentar. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia sedikit tidak suka melihat Rintarou mendapatkan banyak sekali hadiah seperti itu dari seseorang yang bukan dirinya.

“Besok lagi nggak usah diterima aja. Siapa juga yang bakal ngabisin coklat sebanyak itu,” komentar Tooru. “Mana ada buket mawar segala. Dari siapa coba? Gue juga bisa beliin, setoko-tokonya gue beliin sekalian, deh. Ini juga pake duit segala, mau nyogok lo apa gimana? Pizza-nya juga alay banget bentuk begitu. Itu bone—”

Tooru terkejut bukan main ketika ia merasakan sesuatu yang lembut menempel pada bibirnya. Kelopak matanya terbuka lebar, melihat Rintarou yang tiba-tiba mengecup bibirnya walau hanya seper sekian detik.

“Berisik. Besok-besok nggak lagi!” tukas Rintarou. “Udah ayo katanya mau masak!” ajak Rintarou menarik tangan Tooru yang dengan patuh mengikuti di belakang.

Tooru tersenyum tipis menatap Rintarou yang berjalan di depannya. Tidak lama lagi. Rintarou akan benar-benar menjadi miliknya seorang saja.

tbc