serangan pertama

narasi bagian dua belas dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


cw // slight nsfw , hars words

Sepanjang hari setelah itu yang Rintarou lakukan hanyalah bersantai dan menonton film. Ia sangat menikmati waktu sendirinya, sudah lama rasanya ia tidak bersantai seperti sekarang ini. Menikmati tayangan film kesukaan ditemani berbagai macam camilan kesukaan pula.

Rintarou beberapa kali mengecek ponselnya, ada banyak pesan yang masuk, namun ia sama sekali malas untuk menanggapinya. Rintarou ingin menikmati hari bersantinya dengan tenang hari ini.

Waktu rasanya begitu cepat berlalu jika kita menikmati apa yang sedang kita lakukan. Sama halnya dengan Rintarou yang tersadar dari asyiknya menonton film ketika ia terus mendapatkan pesan spam yang ternyata dari Atsumu. Kembar pertama itu terus mengirim pesan kepadanya, mengingatkan jika ia dan saudaranya akan menjemput Rintarou sekitar pukul setengah tujuh malam.

Rintarou melihat jam digital di layar ponselnya, tidak terasa sekarang sudah pukul lima sore. Rintarou berdecak, ia kemudian bangkit dari posisi tidurannya di sofa dan mematikan televisi yang sedang menayangkan film. Ia bergegas ke kamarnya, berjalan ke lemari besar yang ada di sana dan menimbang-nimbang kira-kira pakaian mana yang akan ia kenakan.

Waktu kembali berlalu dengan cepat, belum sempat Rintarou memakan pesanan makanan online-nya, Atsumu sudah mengabarkan jika ia dan Osamu hampir sampai di apartemennya. Rintarou mendengus, ia urungkan niat untuk memakan makanannya dan memilih untuk segera bersiap meninggalkan apartemen.

Tidak perlu menunggu terlalu lama di lobi gedung apartemennya, lima menit kemudian Rintarou sudah bisa melihat mobil si kembar yang sampai di depan gedung apartemennya.

“Gue laper. Nggak sempat makan!” adu Rintarou begitu ia masuk ke dalam mobil.

“Ntar makan di sana aja. Gratis malah, lo mau pesen apaan juga boleh. Dibayarin Sakusa.” Atsumu menoleh ke jok belakang menatap Rintarou.

“Gue denger kafe yang disewa Sakusa lumayan gede dan terkenal, jadi bisa dijamin sih menunya pasti enak-enak.” Osamu ikut berbicara.

“Terus, mumpung banyak yang ikut kumpul, ntar kita main game gitu, yuk! Biar nggak bosen!” tukas Atsumu bersemangat.

Game apa? Kalo ide dari lo gue nggak yakin bakal waras game-nya,” ucap Rintarou.

“Ah elah lo meragukan gue banget!” Atsumu melayangkan protes.

“Lo emang meragukan, sih, sebenarnya.” Osamu menimpali.

“Ck! Pokoknya ntar lo semua harus ikutan! Nggak terkecuali!” tukas Atsumu menatap Rintarou dan Osamu.

Perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh dari apartemen Rintarou menuju kafe yang sudah Kiyoomi sewa. Sesampainya di sana, Rintarou bisa melihat hampir semua temannya sudah datang. Kecuali Suguru yang memang sudah mengatakan tidak bisa datang karena mempunyai acara sendiri bersama kekasihnya di malam Minggu ini.

Rintarou pikir kafe itu sudah benar-benar dipesan oleh Kiyoomi dan hanya mereka saja yang berada di sana. Namun ternyata masih ada beberapa pelanggan yang mampir. Kiyoomi bilang kafe itu akan sepenuhnya menjadi tempat pesta mereka jika sudah pukul delapan malam.

Rintarou memutuskan untuk makan terlebih dahulu mengikuti Osamu yang sudah lebih dulu memesan banyak makanan sebelumnya. Selera makan Osamu memang besar, tidak heran jika sekali pesan akan melihat banyak sekali makanan di mejanya.

“Lo manusia apa babi?” tanya Rintarou mengernyit menatap banyaknya piring di atas meja.

“Lo mending diem dan nyobain aja, nih!” tukas Osamu, “enak-enak gue jamin!” tukas Osamu.

“Gue mau nyobain nasi gorengnya, dong!” tukas Rintarou berniat merebut sendok yang dipakai oleh Osamu.

“Jangan ini!” seru Osamu menjauhkan sendok dan sepiring nasi goreng di depannya.

“Ih pelit lo!” tukas Rintarou.

“Bukan masalah pelit bego. Tapi ini ada cuminya, ntar lo alergi!” tukas Osamu. “Mending lo pesen sendiri aja yang nggak pake seafood!”

“Gue pesenin mau? Nasi goreng ayam aja.” Eita yang duduk di meja sebelah memberikan tawaran.

Rintarou mengangguk, “iya, deh.” Eita mengangguk, kemudian berjalan pergi menuju meja pemesanan.

“Lo jangan kebiasaan asal comot makanan orang, Sun. Kalo lo apa orang itu nggak tau lo ada alergi, ntar bisa bahaya.” Osama berucap.

“Iya, iya,” balas Rintarou. “Lagian lo kok masih inget gue alergi seafood?” tanya Rintarou.

“Ya gimana nggak inget! Dulu lo nggak sengaja makan cumi-cumi goreng buatan bunda gue, habis itu kulit lo bentol-bentol gede terus bengek. Bikin panik aja lo waktu itu!” tukas Osamu.

Rintarou terkekeh kecil, teringat dulu jaman SMA ia pernah sengaja mengambil makanan dari kotak bekal Atsumu, ia tidak tahu jika yang Atsumu bawa adalah cumi-cumi goreng tepung buatan Bunda Miya. Akhirnya beberapa saat setelah memakan itu, Rintarou mulai merasa gatal di sekujur tubuhnya hingga muncul bentol-bentol merah. Disusul setelahnya Rintarou yang sesak napas. Jika saja teman-teman dan guru Rintarou waktu itu tidak cepat bertindak, entah apa yang akan terjadi padanya.

“Nih!” Rintarou mendongak ketika melihat sepiring nasi goreng dengan potongan ayam kecil-kecil tersaji di depannya.

Thanks!” tukas Rintarou. Ia segera mengambil sendok dan garpu begitu selesai berdoa. Siap menyantap nasi goreng di depannya.

“Sun!” Belum sempat satu sendok masuk ke mulut, suara lain kembali menginterupsi Rintarou. “Mau ini nggak?” tanya Yuuji memamerkan semangkuk es krim di tangannya.

“Mana siniin!” Yuuji reflek menjauhkan es krim di tangannya dari jangkauan Rintarou kemudian tertawa.

“Minta Sakusa sana!” tukas Yuuji menjulurkan lidahnya kepada Rintarou kemudian berjalan pergi meninggalkan Rintarou.

“YUUJI TAI!!” teriak Rintarou kesal. Osamu dan Eita hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ekspresi kusut Rintarou saat ini. Terlihat tidak berselera memakan makanannya.

“Habisin makan lo dulu, baru minta es krim ke Sakusa sana!” tukas Osamu.

“Kayak anak kecil aja lo ngambek kalo nggak dikasih es krim.” Eita menambahkan.

Rintarou makin kesal. Buru-buru menghabiskan makanan.

“Eh? Mau ke mana lo?” tanya Osamu ketika melihat Rintarou langsung berdiri begitu menghabiskan makanannya.

“Makan es krim!” tukas Rintarou. Rintarou berjalan menghampiri Yuuji yang sedang berbincang bersama Tetsurou, Koutarou, Daichi, Wakatoshi dan Shinsuke. Entah apa yang mereka bicarakan, namun sepertinya terlihat seru.

Yuuji terlihat biasa saja ketika Rintarou duduk di sebelahnya, masih terus mengobrol dengan yang lainnya. Yuuji baru menoleh kaget ketika sendok es krim yang semula ia arahkan ke mulutnya mendadak berpindah haluan ke samping. Yuuji menoleh, cukup terkejut ketika di sebelahnya Rintarou sudah memasukkan sendok itu ke dalam mulutnya, menjilati sendok itu sampai bersih dengan mata setajam rubah yang fokus menatap Yuuji.

Yuuji menahan napas. Begitu juga dengan yang lainnya ketika melihat Rintarou sedang menjilati sendok es krim itu dengan ekspresi yang cukup ‘sensual’ di mata mereka.

“Enak ternyata. Gue mau minta banyak deh ke Sakusa.”

Kesadaran Yuuji kembali ketika mendengar suara Rintarou. Pun dengan kesadaran lima orang lainnya yang sedari tadi fokus menatap Rintarou.

“Lo semua kenapa dah? Aneh lo pada!” tukas Rintarou keheranan menatap teman-temannya, kemudian pergi meninggalkan mereka.

“Tadi itu apa?” tanya Daichi yang hanya bisa didengar oleh lima orang temannya.

tbc