si kembar abu

narasi bagian dua puluh sembilan dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


cw // kissing

“Kusut amat muka lo?” Osamu langsung melempar pertanyaan begitu Rintarou masuk ke dalam mobilnya.

“Atsumu mana?” Rintarou bertanya tanpa menjawab pertanyaan Osamu sebelumnya.

“Udah berangkat duluan dia naik motor,” jawab Osamu. “Lo juga tumben amat kesiangan?” tanya Osamu lagi.

“Gue nggak bisa tidur semalem,” jawab Rintarou.

“Kenapa? Maraton nonton film lo?” tanya Osamu.

Rintarou menggeleng, “kepikiran sesuatu aja,” balasnya.

Osamu mengangguk-angguk kecil. “Tuh gue beliin itu doang. Sekalian jalan ke apart lo tadi,” ucap Osamu menunjuk ke kursi belakang mobil.

Rintarou menoleh, kemudian mengambil sebuah bungkusan kertas yang ada ia lihat. “Thanks, ya, Sam!” tukas Rintarou tersenyum menatap Rintarou.

Osamu hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon. “Mau lo makan di mobil apa gimana?” tanya Osamu kemudian.

“Lo udah sarapan belom?” alih-alih menjawab pertanyaan Osamu, Rintarou justru memberikan pertanyaan lain pada Osamu.

“Udah, sih, tadi di rumah. Cuma dikit doang. Lagi males masak gue,” jawab Osamu.

“Makan bareng gue aja!” ajak Rintarou.

“Lah itu, kan, gue beliin buat lo. Ya kali gue ikut makan juga,” ucap Osamu.

“Ya karena ini yang beli lo, makanya ya sah-sah aja misal lo mau ikut makan juga,” balas Rintarou.

“Temenin gue makan, ya!” pinta Rintarou.

“Ya udah, deh. Gue temenin,” balas Osamu menyetujui.

Rintarou tersenyum lebar menatap Osamu, sebelum fokusnya kembali mengecek isi dari bungkusan makanan yang Osamu beli. Osamu mengeratkan pegangan tangannya pada setir kemudi. Rintarou yang tersenyum seperti itu terlihat sangat menggemaskan di mata Osamu. Ke mana saja Osamu selama ini? Kenapa ia baru menyadari jika sosok Rintarou bisa semanis ini di matanya.

Tidak lama kemudian, mobil yang Osamu kemudikan mulai memasuki area parkir kampus mereka. Setelah memastikan ia sudah memarkirkan mobilnya dengan benar dan mematikan mesin, Osamu dan Rintarou keluar dari dalam mobil.

“Mau makan di mana?” tanya Osamu.

“Gazebo situ aja, ya!” Rintarou menunjuk salah satu gazebo taman di dekat tempat parkir. Suasana kampus masih terlihat sepi, mungkin karena tidak banyak mahasiswa yang memilih kelas pagi.

Osamu mengikuti langkah Rintarou. Ia tersenyum samar ketika melihat Rintarou yang sangat bersemangat. Ia beberapa kali melihat Rintarou mengambil gambar makanan yang dipegangnya. Ketika Osamu mengecek akun sosial media Rintarou, ia melihat unggahan terbaru Rintarou yang juga menandai dirinya dalam unggahan itu.

“Lah lo beneran cuma ngasih Atsumu onigiri sebiji?” pertanyaan Rintarou mengalihkan perhatian Osamu dari ponselnya.

“Nggaklah. Lebay dia!” tukas Osamu.

“Kirain beneran,” ucap Rintarou.

“Jangan percaya Atsumu. Musyrik!” tukas Osamu.

Rintarou hanya tertawa menanggapi ucapan Osamu. “Eh, Sakusa nawarin somay, nih. Lo mau nggak?” tanya Rintarou.

Osamu mengangguk, “boleh, deh.”

“Oke. Gue chat Sakusa dulu,” ucap Rintarou.

Selesai mengirimkan pesan kepada Kiyoomi, Rintarou mulai memakan sarapannya yang dibelikan oleh Osamu. Osamu juga ikut makan bersama Rintarou.

Selama makan, obrolan keduanya mengalir seperti biasa. Tampak tidak ada rasa canggung perkara apa yang Rintarou kirimkan di grup mereka. Osamu juga tampak menanggapi biasa saja cerita Rintarou.

Osamu sendiri tampak menikmati kebersamaan mereka berdua. Osamu mencoba fokus pada cerita yang Rintarou ceritakan, namun tidak bisa berbohong sesekali Osamu melayangkan pandangannya ke arah bibir Rintarou. Mengingat bagaimana sensasi baru yang luar biasa ia rasakan ketika pertama kali mencium Rintarou beberapa minggu yang lalu.

“Eh, Sun, ada saos tuh di atas bibir lo!” tukas Osamu.

“Hah? Di mana?” tanya Rintarou meraba-raba area bibirnya.

“Nih. Di sini.”

“Man—“ ucapan Rintarou menghilang ketika tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang kenyal menempel pada bibirnya. Kedua kelopak matanya melebar.

Rintarou yang tersadar kemudian berusaha mendorong bahu Osamu menjauh. Namun Osamu bergerak lebih cepat, ia menahan tengkuk Rintarou menggunakan salah satu tangannya dan mulai memperdalam ciumannya pada bibir Rintarou.

“Sa—Sam—“ Rintarou terdengar terbata-bata untuk berbicara. Osamu terus menyerang bibirnya dengan ciumannya. “Sa—Sa—AHH—“ Rintarou reflek mengeluarkan desah ketika tiba-tiba Osamu menggigit salah satu bibirnya.

Rintarou sudah berusaha mendorong Osamu. Namun Osamu benar-benar sangat pemaksa tidak ingin kalah dan terus mencium bibir Rintarou.

“Wah, enak ya. Pagi-pagi udah cipokan aja.”

Sekuat tenaga Rintarou mendorong Osamu ketika mendengar suara itu. Rintarou menatap canggung sosok Tsukishima Kei yang menatap Rintarou dan Osamu dengan tatapan merendahkan.

Osamu berdecak ketika melihat Kei mengganggu kegiatannya. “Ganggu aja lo!” tukas Osamu.

“Bersyukur dikit, dong! Tuh udah banyak mahasiswa yang sampe parkiran. Mau lo berdua ketauan terus diarak keliling kampus!”

Osamu dan Kei tampak berdebat. Rintarou sama sekali tidak berminat mendengarkan apa yang Osamu dan Kei debatkan. Ia masih syok setelah mendapatkan serangan tiba-tiba dari Osamu tadi. Tangannya perlahan meraba bibirnya. Bibirnya terasa aneh setelah berciuman dengan Osamu.

“Nggak usah dipegang terus itu bibir. Mau gue cium lagi apa gimana?”

Lamunan Rintarou buyar, ia menoleh menatap Osamu dan Kei di depannya. Ia segera merapikan barang-barangnya kemudian berdiri.

“Nggak usah deket-deket gue lagi lo!” tukas Rintarou kemudian berjalan pergi meninggalkan Osamu dan Kei.

tbc