solace

a #semisuna short story , slight osasuna , osalisa

Sorry for the broken English and grammar

Please Enjoy


Solace

Hari bahagia untuk sosok Miya Osamu dan Haiba Alisa akhirnya datang juga. Sejak beberapa hari sebelumnya, segala persiapan telah dipersiapkan dengan matang, sesekali baik Alisa ataupun Osamu datang memastikan sendiri bahwa persiapan pernikahan mereka benar-benar sudah matang dan siap dilaksanakan.

Hari itu aura bahagia tidak hanya nampak pada kedua mempelai wanita dan laki-laki saja. Namun rasanya, semua orang yang datang ke acara itu ikut tertular kebahagiaan yang dirasa pasangan yang baru saja menikah.

Semuanya ikut tersenyum, memberikan selamat kepada Osamu dan Alisa atas pernikahan mereka. Pun Osamu dan Alisa membalas ucapan selamat itu dengan senyum lebar dan raut bahagia yang terpancar jelas.

Pusing. Silau. Menyesakkan.

Itulah sebagian kecil perasaan yang Rintarou rasakan. Satu minggu berusaha melupakan rasanya kepada Osamu nyatanya tidak cukup. Ia berusaha bersikap biasa saja ketika melihat betapa tampan dan gagahnya Osamu dalam balutan tuxedo hitam yang dikenakannya. Bagaimana Rintarou membayangkan bahwa dirinyalah yang menyambut uluran tangan Osamu dan membawanya ke depan sang pendeta untuk mengucapkan janji suci mereka berdua. Membayangkan betapa bahagianya ia jika Osamu menciumnya di depan semua tamu undangan yang kemudian bertepuk tangan atas pernikahan mereka. Semua itu hanya bayangan semu Rintarou saja.

Osamu memang terlihat sangat tampan, membuat Rintarou melupakan rasa sakit hatinya untuk sepersekian detik karena melihat Osamu bahagia namun bukan karenanya. Rintarou tidak ingin mengakuinya, namun sosok Haiba Alisa memanglah cantik luar biasa dalam balutan gaun pengantin putih yang dihiasi berbagai macam manik-maniknya. Osamu yang tampan tampak serasi ketika bersanding dengan Alisa yang tak kalah cantik luar biasa.

Rintarou cukup paham sampai di sini. Mana mungkin Osamu akan menerima pernyataan cintanya jika ia sudah memiliki istri secantik Haiba Alisa yang kini menjadi Miya Alisa.

Acara pernikahan keduanya sangat meriah. Osamu tidak berbohong ketika mengatakan bahwa Alisa adalah model dan artis terkenal. Rintarou merasa kecil ketika melihat banyak sekali orang-orang terkenal yang datang ke acara pernikahan Osamu dan Alisa.

Private my ass. Rintarou menggerutu dalam hati. Osamu mengatakan bahwa ini adalah acara private untuk kalangan tertentu saja. Osamu mengatakan seperti itu, namun ia juga masih bisa melihat banyak sekali teman Osamu dan dirinya dari jaman SD sampai kuliah datang menghadiri pernikahan Osamu dan Alisa.

Rintarou semakin sesak. Semakin ia melihat senyum lebar terpancar dari wajah Osamu, semakin ia merasa sesak di dadanya karena sekali lagi; ia belum bisa merelakan Osamu untuk orang lain selain dirinya.

Rintarou merasa bersalah. Semua orang tampak bahagia namun hanya dirinya saja yang tampak tersiksa.

Rintarou memutuskan untuk keluar dari hall acara pernikahan itu. Ia berjalan tidak tentu arah hingga akhirnya ia menemukan sebuah taman di dekat gedung tempat dilaksanakannya pernikahan Osamu dan duduk di salah satu bangku yang ada di taman itu.

Awalnya Rintarou hanya bisa diam menatap kosong ke kolam air mancur yang tidak jauh di depannya. Rintarou menarik segaris senyum tipis di bibirnya. Ia terkekeh geli, sebelum akhirnya setitik air mata jatuh melewati pipinya. Kemudian disusul air mata yang lain yang berlomba-lomba ikut turun.

Semakin lama Rintarou semakin terisak. Perasaan yang selama satu minggu ini pendam akhirnya keluar. Ia menutup erat mulutnya dengan kedua tangannya, berusaha menahan suara isaknya agar tidak semakin jelas terdengar.

Rasanya masih sangat sakit. Meskipun ia tahu sampai kapan pun ia dan Osamu tidak akan pernah bersatu, namun ia hanya ingin setidaknya sekali saja menyatakan perasaannya kepada Osamu. Tapi apakah ia setega itu untuk menyatakan bagaimana perasaannya kepada Osamu ketika Osamu sendiri telah menemukan bahagianya Rintarou tidak ingin menjadi penghalang Osamu untuk mencapai bahagianya.

You okay?”

Rintarou mendongak ketika mendengar suara yang begitu dekat berasal dari sebelahnya. Kedua kelopak mata Rintarou sangat jelas sembab, jejak air mata masih sangat terlihat di pipinya. Dan orang yang entah sejak kapan berada di sebelahnya itu masih bertanya apakah Rintarou baik-baik saja?

“Ah, sorry. It’s insensitive of me to ask you such question.” Pemuda itu berkata lagi. “Sorry, I followed you here. I saw you on Alisa’s wedding. You looks so sad in there and suddenly walk away before meeting the couple, so I followed you. I was taken a back when you suddenly crying like that and I couldn’t stop myself. So I’m here now.” Pemuda itu kembali menjelaskan.

Rintarou masih menatap wajah pemuda yang duduk di sebelahnya itu. Tampan. Batinnya mengakui.

Who are you?” suara serak Rintarou akhirnya terdengar.

“Ah, my bad. Hi, my name Semi. Semi Eita. One of Alisa’s friend.” Pemuda yang mengenalkan dirinya sebagai Semi Eita itu mengulurkan tangannya pada Rintarou.

Are you an artist too?” tanya Rintarou kemudian membalas uluran tangan Eita. “Suna. Suna Rintarou.”

Nice to meet you, Suna. And yeah, kinda like that, I’m in a band.” Eita menjawab pertanyaan Rintarou.

Rintarou mengangguk. “Cool.

Thanks.” Eita mengangguk kecil. “So, are you okay? I’m not trying to invaded your privacy but you seems sad and I’m here if you need someone to talk,” ucap Eita.

You already did.”

“Huh?”

Invading my privacy. We’re stranger.

“Oh. Sorry.

Hening menyelimuti keduanya. Eita tidak lagi menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin saja bisa membuat Rintarou tidak nyaman. Toh Rintarou ada benarnya, mereka berdua orang asing yang baru saja bertemu dan bertukar nama beberapa menit yang lalu.

Why are following me?” tanya Rintarou akhirnya.

Eita menoleh ke arah Rintarou, “like I said before. You looks so sad, that’s why I followed you. I just don’t want something happen to you. I mean... are you heart broken because of Alisa and Osamu wedding?” tanya Eita. Rintarou terdiam, enggan menjawab. “Because I am too.” Eita berucap tiba-tiba. “We’re in the same boat. I’ve been in love with Alisa since a long time, I think around third year of high school. But she never once look at me even though I give her a lots attention. I become an artist hopefully she will notice me. Yeah, she did notice me. But it’s shocking me when suddenly I got a news that she will marry someone I didn’t know. For a fans, I know her wedding can be the reason why a man got his heart broken.

Rintarou mengernyit. “Are you thinking that I am a fan of her?”

Giliran Eita yang mengernyit, “you’re not?”

Rintarou mendengus, “I never said I like Alisa.”

So? Why are you crying then? You looks so heart broken when you’re crying!”

Rintarou terdiam sejenak, kembali menatap kosong kolam air mancur di depannya.

It’s the groom.” Eita langsung menoleh menatap Rintarou. “I’ve been in love with Osamu since I don’t know I don’t remember.”

“A-ah. Is that so.”

Keheningan mulai menyelimuti keduanya lagi. Eita sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan jawaban yang semacam itu dari Rintarou. Ia pikir Rintarou sedih karena melihat Alisa yang disukainya menikah. Ia sama sekali tidak memiliki prasangka bahwa Osamu-lah yang sebenarnya disukai oleh Rintarou.

Feel disgusting now?” tanya Rintarou tiba-tiba.

Eita gelagapan, “eh, oh? No!” ia menggeleng, “it’s just, unexpected,” sambungnya. “Have you ever confess your love for Osamu?” tanya Eita.

Do you think I am the person who have a heart to tell something like this before his wedding day?” tanya Rintarou.

Eita terdiam, sebelum menggeleng pelan. “I don’t think so.”

You know the answer then,” ucap Rintarou.

In my case, I already confessed my feeling for her. But she just think of me as her friend, not in romantic way,” cerita Eita.

At least she knew you love her.” Rintarou berkomentar. Eita hanya mengangguk kecil.

Hening lagi. Rintarou dan Eita sama-sama terdiam setelahnya.

Pathetic isn’t?” Eita terkekeh.

Rintarou mengangguk kecil, “yeah.”

Can I call you Rin or Rintarou?” tanya Eita. “You can call me Eita too,” sambungnya.

Rintarou terdiam cukup lama, menelisik ekspresi wajah Eita yang juga menatapnya. “Do what you want.” Rintarou menjawab.

Eita tersenyum lebar ketika mendapatkan jawaban dari Rintarou. “Hey, Rin. Since we had the same experience, why we’re not trying to help each other forget about our previous love?”

Rintarou mengernyit, “what do you mean?”

What I mean is... Rin, let’s be together. I’ll help you forget about Osamu, you help me forget about Alisa.”

Are you insane?” tanya Rintarou menatap kesal Eita. “Are you ask me to be your boyfriend even though you’re not even gay? Don’t be ridiculous!” tukas Rintarou.

Eita mengernyit, “I never said I am straight like a ruler.”

What?”

I am Bi. So, what do you think, Rin?” tanya Eita.

Rintarou terkekeh, “I never met someone crazy as yours before.”

Yeah, and this crazy person ask you to date me too. So, what’s your answer?” tanya Eita.

Rintarou mengambil napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan. Ia meraih kerah baju Eita, kemudian menarik tubuh Eita mendekat ke arahnya.

If you ever make me cry like before or leave me alone someday, I swear... I’ll cut off your penis until there’s nothing left!” ancam Rintarou.

Eita sedikit terkejut, sebelum akhirnya terkekeh. Ia meraih tangan Rintarou yang menggenggam kerah bajunya. Menyatukan jemari mereka dan membawa punggung tangan Rintarou ke bibirnya. Dikecupnya pelan punggung tangan Rintarou oleh Eita yang kemudian tersenyum menatap Rintarou.

You can count on me.” Eita berbisik.

Rintarou mengangguk kecil.

Let’s go!

Where?” Rintarou mengernyit.

Eita tersenyum lebar, “You’ll know after we got there. C’mon!”

Rintarou hanya bisa pasrah mengikuti Eita yang akan membawanya entah ke mana.

Ia menunduk, menatap genggaman tangan Eita pada tangannya. Rintarou memang tidak berpikir panjang ketika menerima tawaran Eita tadi. Mereka baru saja bertemu, namun bisa-bisanya Rintarou setuju saja ketika Eita mengajaknya untuk menjalin hubungan bersama. Apalagi setelah keduanya sama-sama baru saja mengalami patah hati. Rintarou hanya berharap; ia bisa menemukan bahagianya bersama Eita nanti.

—FIN