switch

narasi bagian dua puluh empat dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


cw // vulgar words , hars words , Kitashin jelek , bad Kitashin , red flag pokoknya , aku mau bikin Kitashin jelek :(

Rintarou memutuskan untuk keluar dari perpustakaan kampusnya begitu ia menyadari jika jam makan siang sudah terlewat. Ia terlalu sibuk memfoto tulisan dalam buku-buku yang ia butuhkan untuk tugas kuliahnya. Rintarou memang cukup keberatan jika harus meminjam lebih dari dua buku di perpustakaan, apalagi jika buku-buku itu setebal bantal tidur di apartemennya. Maka dari itu, solusinya adalah ia datang ke perpustakaan, mengambil buku itu dari rak, menfoto bagian tulisan atau materi yang ia butuhkan, kemudian mengembalikan buku tadi ke tempat semula.

Rintarou menghembuskan napas lelah. Berjam-jam berada di dalam perpustakaan, mengambil buku, mengembalikannya kemudian mencari lagi dan mengembalikannya lagi; hanya seperti itu namun benar membuat Rintarou lelah.

Jam makan siang juga sudah terlewati. Tidak heran kenapa ia merasakan cukup lapar saat ini. Rintarou buru-buru masuk ke dalam lift, kemudian memencet tombol angka satu pada lift. Ia sedang tidak mempunyai tenaga jika harus berjalan menuruni tangga dari lantai empat perpustakaan menuju lantai satu. Namun langkah Rintarou terhenti ketika ia keluar dari lift gedung perpustakaan, dan melihat sosok Shinsuke sedang duduk-duduk di lobi perpustakaan.

Rintarou berniat diam-diam kabur dari Shinsuke. Berjalan menatap arah lain dan berpura-pura tidak melihat keberadaan Shinsuke. Namun belum sempat Rintarou berhasil kabur, Shinsuke sudah lebih dulu melihatnya kemudian berjalan menghampirinya.

“Suna.” Rintarou cukup terkejut ketika tiba-tiba ada tangan yang mencengkeram pergelangan tangannya, membuat Rintarou mau tidak mau berhenti.

“Kak Shin?” Rintarou memberikan ekspresi terkejut. Seakan benar-benar terkejut bertemu dengan Shinsuke di perpustakaan kampus.

“Kamu lupa?” tanya Shinsuke. “Saya sudah katakan kita butuh bicara kemarin,” ucap Shinsuke. “Sekarang ikut saya!” tukas Shinsuke mencengkeram pergelangan tangan Rintarou cukup erat dan menariknya.

Rintarou benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, ia sudah berusaha melepaskan cengkraman tangan Shinsuke. Namun Shinsuke justru semakin erat menggenggam pergelangan tangannya.

“Kak kita mau ke mana? Bisa lepasin tangan lo dulu nggak?” tanya Rintarou berusaha memperlambat langkah mereka. Namun Shinsuke sama sekali tidak pedulikan.

“Kalau saya melepaskanmu sekarang, kamu pasti akan kabur!” tukas Shinsuke tanpa menoleh ke arah Rintarou.

Jadilah Rintarou hanya bisa pasrah ketika Shinsuke terus menariknya entah ke mana. Sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah bangunan terpencil di belakang kampus mereka. Laboratorium pertanian, tempat Shinsuke biasa menghabiskan waktu di sana, hingga cukup membuat Shinsuke bisa mendapatkan kepercayaan dari dosennya untuk membawa kunci duplikat laboratorium itu.

“Kak,”

“Lo ngindarin gue!” tukas Shinsuke langsung. Ia berbalik menatap Rintarou, Rintarou sangat terkejut ketika mendengar Shinsuke berbicara dengan bahasa yang santai seperti itu, tidak seperti biasanya. Shinsuke menatap Rintarou dengan tatapan tajam yang mendadak membuat Rintarou merinding.

“Hu-huh?”

“Nggak perlu ngelak! Gue udah tau!” tukas Shinsuke. “Sejak kejadian malam itu, lo emang sengaja ngindarin gue sama Ushijima, kan!” tuding Shinsuke.

“Hah? Enggak. Gue nggak ngindarin lo!” tukas Rintarou mengelak.

Shinsuke terkekeh kecil, “Suna, lo nggak bisa bohongin gue. Lo tiba-tiba pindah dari asrama, gue chat nggak bales, gue ajak ngomong lo alesan mulu. Lo pikir gue bego nggak bisa baca suasana kalo ngindarin gue?” tanya Shinsuke lagi.

“Gu-gue—”

Shinsuke berjalan maju, membuat Rintarou reflek memundurkan langkahnya hingga tidak sengaja ia tersandung selang air dan membuatnya jatuh terduduk di tanah. Rintarou meringis pelan ketika merasakan telapak tangannya tergores kerikil-kerikil di tanah ketika ia terjatuh.

Rintarou sangat terkejut ketika tangan Shinsuke tiba-tiba mencengkeram erat rahangnya, memaksa Rintarou untuk mendongak menatap Shinsuke.

“Lo lupa apa yang gue bilang?” tanya Shinsuke. “Gue udah bilang, kalo gue tau siapa Nana itu, gue bakal nglepasin dia gitu aja!” tukas Shinsuke. “Gue bersyukur, ternyata Nana itu lo. Semakin gampang buat gue bikin lo tetap di samping gue!” Shinsuke tersenyum miring ketika melihat ekspresi ketakutan di wajah Rintarou saat ini. Ia lantas melepaskan tangannya dari rahang Rintarou.

“Lo bakal jadi milik gue, Sun. Nggak perlu kabur-kaburan lagi,” ucap Shinsuke berjongkok di depan Rintarou.

“Lo gila, Kak!” tukas Rintarou.

Shinsuke terkekeh, “gue nggak gila. Gue begini juga karena lo!” tukas Shinsuke. Shinsuke memajukan tubuhnya, memaksa memeluk tubuh Rintarou. “Ini salah lo, Suna. Salah lo yang udah pura-pura jadi Nana dan suka pamer paha kayak pelacur di luar sana. Salah lo karena bikin gue jadi tergila-gila sama lo!” Shinsuke berbisik tepat di telinga Rintarou. Rintarou merasakan seluruh tubuhnya merinding. Ia semakin terkejut ketika Shinsuke tiba-tiba menggigit perpotongan lehernya. Rintarou berusaha mendorong tubuh Shinsuke, namun Shinsuke tetap kukuh memeluk tubuh Rintarou.

Rintarou kembali terkejut ketika tiba-tiba mendengar bunyi pukulan yang sangat dekat dengan telinganya. Tidak lama setelah itu ia merasakan Shinsuke tidak lagi memeluknya. Tangan Rintarou ditarik berdiri. Rintarou masih memproses apa yang baru saja terjadi. Shinsuke yang tersungkur dengan lelehan darah di sudut bibirnya, dan Rintarou yang sudah berada dalam pelukan sosok yang mengejutkan kemunculannya.

“Gue harusnya udah sadar waktu pertama kali ketemu sama lo.” Rintarou mendongak kecil, terkejut ketika yang menyelamatkannya itu adalah Oikawa Tooru yang tadi pagi sempat ia marah-marahi. “Lo red flag banget orangnya. Di depan orang-orang aja baik, di belakangnya begini. Gue nggak bisa bayangin apa lagi yang bakal lo lakuin sama Suna-chan semisal gue nggak ngikutin lo berdua tadi!” tukas Tooru.

Shinsuke tidak mengatakan apa-apa, ia hanya tersenyum miring sesekali mengusap darah yang masih mengalir dari sudut bibirnya. Namun jelas sekali jika tatapan tajam penuh ketidaksukaan itu Shinsuke berikan kepada Tooru yang masih memeluk Rintarou.

“Ayo balik!” tukas Tooru. “Lo mending nggak usah berurusan sama dia lagi!” tukas Tooru yang kemudian memapah Rintarou untuk berjalan pergi meninggalkan Shinsuke sendiri.

Rintarou diam-diam menoleh. Ia cukup merinding ketika melihat Shinsuke hanya diam menatap kepergiannya sambil memperlihatkan senyum miring yang sama sekali bukan seperti sosok Shinsuke yang ia kenal selama ini.

tbc