tanda lain

narasi bagian tiga puluh dari Dua Sisi, a Suna Rintarou harem story


Rintarou mengernyit ketika tidak lagi mendapatkan balasan pesan dari Atsumu. Ia menunggu selama beberapa menit, namun tidak kunjung mendapatkan jawaban. Rintarou penasaran apa yang ingin Atsumu itu lakukan dengan balasan pesan yang terkesan ambigu.

Rintarou melanjutkan langkahnya. Ia berniat untuk membeli sesuatu sebelum makan malamnya bersama Tooru nanti malam. Belum sempat Rintarou berjalan terlalu jauh, dari belakang seseorang menabraknya. Rintarou terkejut, apalagi ketika merasakan dua tangan yang melingkar di perutnya.

“Ketemu!”

Rintarou menoleh dan langsung disambut dengan cengiran lebar Atsumu yang masih memeluk tubuhnya dari belakang.

“Ngapain, sih, lo!” tukas Rintarou mencoba melepaskan pelukan Atsumu.

“Gue kangen sama lo!” tukas Atsumu.

“Ya biasa aja, dong!” seru Rintarou, “lepas!” titah Rintarou. Namun jelas saja Atsumu tidak begitu saja melakukan apa yang Rintarou titahkan.

Beberapa orang tampak memperhatikan mereka berdua. Jelas saja, bagaimana tidak menjadi pusat perhatian jika melihat dua sosok pemuda yang saling peluk di tempat umum seperti itu. Namun karena itu Atsumu, tampaknya orang-orang yang mengenal mereka tampak maklum. Atsumu memang sering melakukan skinship semacam ini kepada teman-temannya. Melihat Atsumu memeluk Rintarou tampaknya menjadi hal yang biasa saja.

“Lepasin nggak!” tukas Rintarou, kali ini ia berbalik badan menatap Atsumu. Membuat posisi mereka menjadi terlihat sangat dekat berhadapan dan kedua tangan Atsumu masih memeluk pinggang Rintarou. “Lo nggak malu apa dilihat banyak orang?” tanya Rintarou.

“Kalo sama lo ngapain malu?” tanya Atsumu balik.

Rintarou mendengus, kali ini benar-benar memaksa Atsumu untuk melepaskan pelukannya. “Gue mau balik. Minggir!” tukas Rintarou.

“Makan bareng dulu ayok! Sama yang lain juga, kok.” Atsumu kembali mengajak Rintarou.

“Gue tadi udah bilang, gue ada urusan. Kapan-kapan aja nongkrongnya.” Rintarou menolak.

“Yah lo gitu mulu, sih. Nanti-nanti paling juga nggak jadi,” ucap Atsumu.

“Ya salahin aja itu timing lo yang selalu nggak pas waktu ngajak gue,” balas Rintarou.

“Lo emang ada urusan apaan, sih? Kayak penting banget.” Atsumu berkomentar.

“Emang penting!” tukas Rintarou. “Dah, ya, gue mau balik!”

“Gue anterin aja gimana?” tawar Atsumu.

“Lo, kan, bawa motor. Emang lo bawa dua helm?” tanya Rintarou.

Senyum Atsumu sedikit memudar, “iya, ya. Cuma bawa satu helm doang gue,” ucap Atsumu.

“Ya makanya mending gue naik taksi aja!” tukas Rintarou.

Atsumu tampak cemberut, ia mendekati Rintarou kemudian kembali memeluk tubuh Rintarou dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Rintarou.

“Tapi gue pengen quality time sama lo!” Atsumu mulai merengek. Ia menggesekkan hidungnya di leher Rintarou yang membuat Rintarou kegelian. “Kangen tau sama lo!” tukas Atsumu.

“Tsum, geli!” tukas Rintarou menarik rambut Atsumu pelan. Berharap Atsumu menjauhkan wajahnya dari lehernya.

“Nggak mau! Gue kangen!” Atsumu semakin berani. Selain menggesekkan hidungnya di leher Rintarou, ia mulai berani memberikan ciuman-ciuman kecil di leher Rintarou.

“TSUM!” Rintarou sangat terkejut ketika merasakan rasa perih di lehernya. Cepat-cepat ia mendorong tubuh Atsumu. “Sakit, njing!” seru Rintarou.

Berbeda dengan Rintarou yang terlihat sangat terganggu, Atsumu justru memperlihatkan cengiran lebar di wajahnya.

“Merah, tuh!” komentar Atsumu.

“Bego!” maki Rintarou, “lo pikir leher gue apaan? Lo gigit-gigit segala!” tukas Rintarou.

“Gemes habisnya gue. Leher lo mulus amat, jadi pengen gue tanda-tandain,” balas Atsumu.

Rintarou menatap tajam Atsumu yang ada di hadapannya. “Bocah gila!” tukas Rintarou. “Dah gue mau balik. Males gue sama lo! Awas aja lo kalo sampe nguntit gue!” ancam Rintarou. Selesai mengatakan itu, Rintarou segera berbalik badan dan berjalan meninggalkan Atsumu.

Atsumu sendiri masih berdiri di tempatnya. Ia tersenyum lebar. Setidaknya ia cukup puas hari ini bisa membuat tanda di leher Rintarou yang cukup terlihat meskipun nanti Rintarou memakai baju berkerah sekalipun.

tbc