Taro

narasi bagian sepuluh dari Missing You, a semisuna short story


Rintarou memasuki rumahnya sedikit terburu-buru. Jujur saja ia tidak sabar ingin bertemu dengan kucing abu-abu yang ia temukan kemarin. Seharusnya ia kembali ke rumahnya bersama Atsumu, Osamu dan Kenma, namun tiba-tiba mereka mempunyai acara mendadak yang membuat mereka harus menunda untuk bertemu dengan kucing baru Rintarou.

Rintarou juga menyempatkan diri mampir di pet shop langganannya untuk membeli makanan dan snack untuk kucingnya. Ia harap, apa yang dibelinya akan disukai oleh kucing barunya.

“Halo!” Rintarou menyapa kucing yang saat ini masih tertidur di ranjangnya. “Mirip Bubu banget, tidur mulu dari tadi pagi,” komentar Rintarou. “Aku beli snack, mau?” tanya Rintarou memperlihatkan bungkus snack creamy khusus kucing kepada kucing berbulu abu-abu itu.

Eita, meskipun sudah berubah menjadi kucing entah kenapa masih bisa mengerti dan paham apa yang Rintarou katakan. Kepala kucingnya sedikit bergerak menatap bungkus warna-warni yang jujur saja menarik perhatiannya.

“Mau?” tanya Rintarou lagi. “Bentar, ya, aku ganti baju dulu,” ucap Rintarou. Rintarou kemudian berbalik menuju lemari pakaiannya.

Keempat kaki mungil Eita perlahan berjalan menghampiri bungkus warna-warni yang Rintarou letakkan begitu saja di lantai. Hidung kucing Eita yang dapat membau lebih baik dari biasanya menjadi sangat tertarik dengan snack yang Rintarou bawa.

Eita mengeong, ingin segera merasakan makanan yang menggoda hidungnya itu. Ketika ia mendongak untuk melihat Rintarou, kedua pupil matanya melebar. Eita memproses apa yang sedang dilihatnya, ia melihat Rintarou yang sedang berganti pakaian. Kedua matanya menatap lurus pada Rintarou, Eita tidak menyangka jika Rintarou memiliki bentuk tubuh yang cukup bagus menurutnya.

“Astaga! Ngapain kamu di situ! Bikin kaget aja!” Rintarou berseru kaget ketika ia membalikkan badannya dan mendapati Eita hanya berjarak beberapa langkah di belakangnya. Kedua pupil mata Eita yang membesar menatap Rintarou tanpa berkedip. “Kenapa, sih? Ngeliatinnya gitu banget?” tanya Rintarou heran.

Rintarou kemudian berjalan mendekati Eita perlahan, kali ini Eita hanya diam ketika Rintarou mendekatinya. Bahkan ketika tangan Rintarou menyentuh kepalanya, Eita masih terdiam.

Rintarou sendiri sudah tersenyum lebar sedari tadi. Ia merasa sangat senang kucing barunya akhirnya bersedia ia pegang.

“Gemes banget!” seru Rintarou, masih mengelus-elus kepala Eita. “Karena kamu gemesin begini, aku kasih snack sini!” tukas Rintarou. Ia berjalan mengambil bungkusan snack kucing yang ia beli, setelah ia sobek sedikit ujung bungkusnya, Rintarou segera memberikannya kepada kucingnya.

“Pelan-pelan aja makannya. Ini buat kamu semua, kok,” ucap Rintarou yang gemas sendiri melihat Eita terlihat bersemangat memakan snack-nya.

“Ah, iya. Aku belum ngasih nama kamu, ya?” tanya Rintarou. “Hmm, siapa, ya, bagusnya?” Rintarou terlihat berpikir mencari nama yang cocok untuk kucing barunya itu.

“Ta ... Ro? Taro? Eita, Rintaro?” bisik Rintarou. “Hu’um! Taro aja, ya. Mulai sekarang nama kamu Taro? Artinya Eita dan Rintarou!” tukas Rintarou semangat.

Kepala Eita mendongak. Ia menatap wajah Rintarou dalam diam. Apa maksudnya Rintarou memberikan nama itu kepadanya.

Eita dan Rintarou?

Apa maksudnya?

tbc