tersayang

narasi bagian tiga dari Surprise, a semisuna short story


Rintarou terkekeh geli ketika melihat ekspresi wajah Eita yang cemberut sedari tadi. Pemuda itu semakin kesal ketika melihat beberapa komentar yang menyebalkan di mata Eita.

“Kenapa coba cemberut gitu?” tanya Rintarou akhirnya.

“Ini Shinsuke siapa lagi?? Kemarin Ushi-Ushi iti, sekarang tambah Shinsuke-Shinsuke ini!” tukas Eita.

“Kak Shin, ya?”

“KAK SHIN?” tanya Eita heboh.

“Iya, Kak Shin. Dia kakak angkatanku juga, wakilnya Kak Ushi di BEM,” jawab Rintarou.

Eita mendengus, “fix aku transfer ke kampus kamu!”

“EH? NGAPAIN!” seru Rintarou.

“Cowok-cowok kampusmu meresahkan semua!” tukas Eita.

Rintarou tertawa, “apaan, sih. Biarin aja mereka mau ngapain juga, yang penting Rin, kan, sayangnya sama Eita doang,” ucap Rintarou.

“Yang bener?” tanya Eita.

“Iya dong, masa bohong!” tukas Rintarou. “Eita, sini, deh, lihat aku!” tukas Rintarou. Keduanya akhirnya duduk berhadap-hadapan di sofa ruang tamu apartemen Eita. Tangan Rintarou menangkup kedua pipi Eita.

“Aku itu cuma sayang sama kamu. Sejak kita jadian dulu sampai sekarang aku sayangnya sama kamu. Kamu pikir kenapa aku setuju-setuju aja kita LDR-an kalau bukan karena aku sayang banget sama kamu! Aku nggak apa-apa kita LDR asal sama Eita. Aku nggak peduli sama cowok-cowok atau cewek-cewek diluaran sana, sayangku itu buat Eita doang!” tukas Rintarou panjang lebar. “Eita percaya, kan, sama Rin?” tanya Rintarou kemudian.

Eita meremas pelan tangan Rintarou yang ada di pipinya kemudian mengangguk, “aku percaya sama kamu, Rin. Tapi aku nggak percaya sama orang-orang itu! Kalau mereka ngrebut Rin dari aku gimana?” tanya Eita.

“Mereka nggak bakal bisa ngrebut aku dari kamu kalau aku aja nggak mau sama mereka! Aku maunya sama kamu, bukan mereka!” tukas Rintarou.

Eita tersenyum mendengar jawaban dari Rintarou. “Sayang Rin banyak-banyak!” tukasnya.

“Sayang Eita banyak-banyak juga.” Rintarou membalas.

“Kalau sayang, boleh minta ‘itu’ lagi, nggak?”

Wajah Rintarou langsung cemberut, namun Eita masih bisa melihat pipi Rintarou yang menjadi kemerahan.

“Jangan ngelunjak!” seru Rintarou sebal mencubit gemas pipi Eita.

“Sakit, Rin!” tukas Eita mengelus pelan pipinya yang menjadi korban cubitan tangan Rintarou.

“Rasain!”

“Eh? Rin mau ke mana? Rin?”

“Pulang!”

“Eh? Kok gitu!? Rin??”

Selanjutnya, hanya ada Eita yang berusaha membujuk Rintarou agar tetap tinggal bersamanya. Eita masih merindukan kekasihnya, mana mungkin ia biarkan Rintarou pulang begitu saja.

Di hari bahagianya, Eita ingin menghabiskan waktunya bersama seseorang yang sangat ia sayangi. Siapa lagi jika bukan Rintarou. Hari ini Eita kembali bahagia ada sosok Rintarou di sisinya.

—FIN