Video Call

#semisuna short story

1k words — fluff


Long distance relationship. Status dalam sebuah hubungan yang mungkin bagi sebagian orang tidak akan bisa menjalaninya. Sebuah hubungan di mana kedua belah pihak tidak bisa saling meluapkan rasa rindu mereka, tidak bisa langsung memeluk tubuh seseorang yang mereka sayang, berbagi kehangatan satu sama lain atau sekedar beri kecupan ringan pada pasangan. Banyak yang mengatakan jika long distance relationship atau LDR itu merupakan sebuah komitmen yang berat, kita harus saling menjaga perasaan satu sama lain dan percaya satu sama lain juga. LDR membutuhkan komitmen yang kuat untuk saling setia.

Sama halnya Semi Eita dan Suna Rintarou yang sudah tahu persis seperti apa dan bagaimana rasanya berpacaran LDR ini. Perbedaan kota tempat mereka berkuliah membuat keduanya mau tidak mau harus menyandang status LDR dalam hubungan mereka berdua.

Namun Rintarou tidak keberatan. Ia lebih rela mempunyai status LDR dengan Eita dibandingkan ia harus mengakhiri hubungannya dengan Eita hanya karena jarak yang memisahkan mereka berdua. Rintarou sangat mencintai Eita, begitu juga dengan Eita. Eita bahkan sempat rela meninggalkan kesempatan masuk kampusnya melalui jalur undangan, lalu berpindah ke kampus Rintarou hanya agar mereka bisa bersama. Tentu saja Rintarou melarangnya. Mendapatkan kesempatan masuk sebuah universitas terlebih lagi melalui jalur undangan adalah sebuah keberuntungan yang besar dan jangan sampai disia-siakan. Maka dari itu akhirnya keduanya memilih LDR.

Enam bulan terlewati semenjak mereka memutuskan untuk LDR. Eita yang memang lebih sering merasa kangen pada Rintarou: ia sangat rajin menjenguk Rintarou hampir setiap bulan. Eita rela mendatangi rumah kos Rintarou di luar kota setidaknya satu bulan satu kali untuk menyalurkan rindunya pada sang kekasih.

Rintarou sendiri tidak keberatan. Sebenarnya Rintarou terkadang menawarkan diri untuk giliran yang mendatangi Eita, namun Eita selalu menolak dan mengatakan jika biar dirinya saja yang mengunjungi Rintarou.

Pesan elektronik ataupun panggilan video call sudah menjadi makanan sehari-hari Eita dan Rintarou. Keduanya sering sekali melakukan panggilan video untuk sedikit melepas rindu keduanya. Apa yang mereka bicarakan saat panggilan video pun beragam, mulai dari cerita keseharian Rintarou ataupun Eita, mengeluh tentang banyaknya tugas kuliah mereka, sampai Eita yang selalu menceritakan kepada Rintarou bagaimana kerennya penampilannya ketika bermain musik di panggung. Banyak sekali cerita yang akan mereka ceritakan setiap kali terhubung dalam panggilan video.

Malam ini seperti biasa, Rintarou mendapatkan sebuah link undangan panggilan video dari Eita. Rintarou yang sebenarnya sedang mengerjakan tugasnya, akhirnya berhenti. Dibukanya link yang Eita berikan melalui laptopnya dan tidak lama kemudian layar laptop memunculkan wajah tampan Eita yang tersenyum lebar di depan kamera.

“Halo, sayang!” suara Eita terdengar kelewat ceria ketika menyapa Rintarou.

“Halo. Tumben invite video call pake Google meet? Pakai laptop, ya?” Rintarou bertanya.

“Sekalian tadi aku habis kelas online.” Eita membalas.

Rintarou mengangguk-angguk paham dengan jawaban kekasihnya itu. “Sekarang Eita lagi apa?” tanya Rintarou.

Eita tersenyum lebar, “nonton muka cakep pacarku, nih!” tukasnya yang berhasil membuat Rintarou tertawa kecil dan sedikit tersipu. “Kok ketawa? Aku beneran ini. Muka pacarku ini cakep banget asli!” tukas Eita lagi.

“Iya, iya. Eita juga cakep, kok,” balas Rintarou.

“Jelas, dong!!” tukas Eita bangga, “pacar siapa dulu?” tanya Eita terkekeh.

“Pacarku, dong!” balas Rintarou.

Keduanya lalu tertawa. Selalu seperti ini. Percakapan ringan mereka pada setiap panggilan video selalu membuat mereka tertawa.

“Maaf, ya, aku akhir-akhir ini jarang telfon juga,” ucap Eita. Wajahnya menampakkan ekspresi sedih.

“Nggak apa-apa. Aku tahu kamu sibuk juga,” balas Rintarou.

“Tapi aku udah tiga hari nggak video call, loh!” tukas Eita.

“Eita, nggak video call tiga hari, tapi, kan, kamu juga telfon aku terus!” tukas Rintarou.

“Video call sama telfon biasa beda ‘lah!” tukas Eita.

“Apa bedanya?” tanya Rintarou.

“Bedanya, kalau telfon biasa mah cuma bisa denger suara Rin doang. Kalau video call, kan, bonus bisa liat muka cakep pacarku.” Eita tertawa kecil ketika menjawab pertanyaan Rintarou.

“Idih!”

“Rin udah makan belom, deh?” tanya Eita.

“Udah tadi. Makan nasi goreng depan kampusku enak banget,” jawab Rintarou. “Eita gimana? Udah makan? Jangan bilang belum!” tukas Rintarou.

“Hehe.”

“EITA IHHH!” Rintarou berseru kesal. “Eita, kan, udah aku bilangin berkali-kali jangan sampai nunda makan. Nanti maag kamu kambuh!” dengus Rintarou.

“Maaf, maaf! Ini, ini, sekarang lagi pesen makan, nih!” Eita menunjukkan aplikasi pemesan makanan dari ponselnya. “Nih, udah! Lima belas menit lagi nyampe,” sambung Eita.

“Jangan telat makan lagi, Ta! Ntar kamu sakit!” tukas Rintarou.

“Iya, maaf, maaf. Tadi latihannya sampe malem juga. Bentar lagi, kan, ada acara gitu di kampus. Mayan gede dan band aku mau tampil. Jadi latihan makin ekstra. Seneng, sih, bisa manggung lagi. Tapi sedih juga jadi banyak latihan trus jadi nggak bisa sering telfonan sama Rin.” Rintarou tersenyum kecil mendengar curhatan kekasihnya itu.

“Nggak apa-apa. Aku ngerti, kok. Nggak perlu dipaksain juga. Asal Eita kasih kabar aja kalau Eita baik-baik aja, udah cukup!” tukas Rintarou.

“Ihh, Rin! Jangan gitu! Jadi makin kangen nanti!” tukas Eita.

“Ya udah sini kalau kangen!”

“MELUNCUR!! WEEKEND NANTI AKU KE SANA!” seru Eita bersemangat. “Pokoknya aku mau minta pukis yang banyak sama Rin!” tukas Eita.

Rintarou terkekeh, “peluk sama kiss doang, nih? Padahal aku maunya KFC juga.”

“YA GUSTI, RIN SAYANG!” Rintarou terkejut ketika tiba-tiba Eita berteriak seperti orang kesetanan di seberang sana. Rintarou tertawa kecil melihat bagaimana tingkah Eita absurd Eita yang meninju-ninju gemas tempat tidurnya ketika mendengar Rintarou mengatakan ingin KFC, kiss fuck cuddle: singkatan populer anak muda jaman sekarang.

“Rin! Ya Gusti! Kasih aba-aba dulu, dong! Tremor ini aku dengernya!” seru Eita yang sudah kembali menampakkan wajahnya di depan kamera laptopnya.

“Ya makanya sini! Kangen Eita!” tukas Rintarou.

“Kangen Rin juga! Kangen Rin banyak-banyak!” balas Eita.

Obrolan mereka kembali berlanjut dengan berbagai topik yang mereka bicarakan. Di tengah obrolan, makanan pesanan Eita juga datang. Rintarou tersenyum ketika melihat betapa Eita sangat menikmati makan malamnya itu.

Jam demi jam telah berlalu, keduanya masih bertahan di depan layar laptop masing-masing, masih ingin bercerita dan melepas rindu meskipun hanya secara virtual.

Hingga pada akhirnya, entah bagaimana ... Rintarou melihat Eita yang tidak sengaja tertidur di tengah obrolan mereka. Rintarou sama sekali tidak marah Eita lebih dulu tertidur meninggalkannya. Ia tahu kegiatan Eita hari ini sangatlah padat. Di tengah padatnya jadwal kegiatan Eita dan Eita menyempatkan diri untuk menghubungi Rintarou ... itu sudah cukup membuat Rintarou senang.

Jemari tangan Rintarou mengelus pelan layar laptopnya, membayangkan jika yang ia elus saat ini bukanlah layar laptopnya ... melainkan rambut lembut Eita. Ahh, betapa Rintarou sangat merindukan kekasihnya itu.

“Selamat malam, Eita sayang. Tidur yang nyenyak, ya. Semoga mimpi indah.”

—FIN