Sebagian geng Topi Jerami berjaga di titik kumpul satu, Universitas One Piece. Jinbei dan Franky membantu geng Hati di titik kumpul dua, depan stasiun kota lama. Aliansi Kid dan geng Bonney bergerak dari titik kumpul tiga, alun-alun.

Sebelum ke kampus, mereka berkumpul di rumah kontrakan yang menjadi basecamp Topi Jerami, Thousand Sunny.

Robin melihat ada sesuatu di samping pinggang Zoro, “Kamu membawa senjata?”

“Cuma pedang kayu kok. Firasatku buruk,” jawab Zoro sambil menggaruk tengkuk. Dalam hal seperti ini, biasanya firasat Zoro selalu benar.

Perkataan Zoro membuat para anggota Topi Jerami tampak lebih serius. Luffy mengangguk, dan mereka langsung paham. Chopper berlari untuk mengambil lebih banyak stok obat, Nami membawa tongkat andalan, dan Sanji mengganti sepatunya. Semua orang juga memastikan kelengkapan barang bawaan; googles, masker, sarung tangan, sebotol air, dan lain-lain.

“Aku sudah mengabari grup aliansi, tetapi cuma Torao yang menjawab,” tutur Luffy.

“Semoga kali ini firasat 'digebukin polisi' Zoro salah,” doa Nami.

“Baiklah, waktunya kita berangkat!” tukas Luffy.

Zoro dan Robin berjalan beriringan dari tempat parkir ke titik kumpul di kampus. Mereka sengaja berjalan lebih lambat sehingga teman-teman lain berada beberapa meter di depan. Tidak ada yang sadar kalau dua sejoli tersebut menggunakan sedikit waktu untuk mengobrol.

“Jangan terluka lagi, ya?” pinta Robin.

“Kuusahakan, tetapi, bagaimanapun nanti, aku tidak akan mendapatkan luka di punggung.”

Begitulah Zoro. Apa adanya dan tidak pengecut. Dia bukan tipe yang akan mengatakan kebohongan manis untuk menenangkan Robin, tetapi entah kenapa kejujuran ini membuatnya lega. Robin yakin mereka akan baik-baik saja.

“Kalau begitu, aku akan menjaga punggungmu.”

Mahasiswa berkulit tan ini tersenyum, “Aku akan mempercayakannya padamu.”


Long march dilakukan sambil bernyanyi dan orasi ringan. Sanji menyetir pick up yang membawa speaker serta perlengkapan lain. Luffy dan Zoro berjaga di depan, sedangkan Usopp dan Brook lain di belakang, Robin berjaga di tengah, lalu Chopper dan Nami di luar barisan sebagai tim medis.

Balaikota semakin dekat. Barisan depan sudah bisa melihat kawan-kawan massa aksi dari titik kumpul lain. Kemudian tiba-tiba saja terdengar teriakan Usopp dan Brook.

Bagian belakang diserang oknum berpakaian preman. Luffy dan Zoro tidak bisa membantu karena mereka ikut diserang tiga orang dari arah depan.

Tiba-tiba saja situasi menjadi kisruh. Polisi yang berjaga datang memukul Zoro dengan tongkat. Polisi tersebut berkata kasar menuduh Zoro menyerang rekannya. Zoro mengeluarkan pedang kayu.

Lantas, mereka dikejutkan oleh water canon yang menyerang massa aksi dari titik kumpul tiga. Dari kejauhan tampak Kid yang tengah berorasi diseret turun oleh polisi. Aksi utama bahkan belum dimulai. Beberapa polisi juga menembakkan gas air mata ke tiga arah. Ada yang mengarah ke tempat para Topi Jerami.

“Kawan-kawan, pergilah ke tempat yang aman!” seru Robin dari tengah barisan. Dia mulai mengenakan Alat Pelindung Diri.

Para anggota topi jerami ikut mengenakan Alat Pelindung Diri. “Kawan-kawan, sembari menuju ke tempat yang aman, jika kalian bisa, tolong ambil dokumentasi,” tambah Nami.

Nico Robin berjalan memungut cartridge yang jatuh tidak jauh dari mereka. Dia bergumam, “Ini kadaluwarsa. Kita bisa mengumpulkannya sebagai barang bukti. Namun, karena ini barang kadaluwarsa, maka akan lebih berbahaya.”

Kemudian Usopp dan Brook bergabung setelah mengalahkan preman. Namun, sebagian massa aksi telah berlarian panik. Zoro yang sudah memukul mundur polisi mengambil komando—sebab Luffy masih sibuk.

“Chopper dan Brook, kawal teman-teman ke titik evakuasi. Koki, kita akan menyelamatkan yang masih terjebak. Usopp dan Robin, kumpulkan barang bukti, lalu susul Chopper. Jika kalian bertemu kawan kita, bawa mereka juga. Di sana mulailah menyusun kronologis dan menghubungi jaringan solidaritas. Berkoordinasilah dengan geng Hati atau yang lain kalau sudah ketemu.”

Sanji melompat turun dari pick-up dan melemaskan kakinya. “Brook, kamu saja yang menyetir. Pekerjaanku banyak.”

“Nami, ikut kami. Karena Chopper tidak ada, tugasmu ada dua. Pertolongan pertama dan mengamankan jika ada barang bukti lain. Aku dan Alis Keriting akan melindungimu,” lanjut Zoro.

Mereka berpencar sesuai tugas masing-masing. Luffy yang sudah mempercayai para nakama kini berlari menembus barisan, hendak menolong Kid dan Killer yang sedang dipukuli.

Dari titik kumpul kedua, Law, Jean Bart, dan beberapa orang lagi pasang badan melawan para polisi selagi yang lain mengevakuasi massa aksi. Situasi di sini paling stabil dibandingkan dengan dua kelompok lain. Meski begitu, banyak anggota Geng Hati yang terluka sampai berdarah-darah. Zoro dan Nami membantu Geng Hati, sementara Sanji menahan agar tidak ada yang mengejar kawan-kawan saat mengamankan diri.

Waktu seakan melambat bagi Nami saat seorang oknum polisi menembak bahu Law dengan peluru karet.

“LAAAW!” pekiknya histeris.

Sembari memegangi bahu, Law tersenyum padanya, “Hei, aku tidak akan tumbang hanya karena peluru karet.”

“Aku tahu.” Nami membuka kotak P3K sambil berjalan menghampiri Law. Suaranya terdengar seperti datang dari tempat yang sangat jauh.

“Nami, kita masih berada dalam aliansi. Aku akan memelukmu nanti,” ucap Law kemudian.

Perempuan tersebut mengangguk. “Aku akan menyisir areal sana. Bantu Luffy menolong Kid dan yang lain.”

Mereka pun berpencar lagi.

Beberapa saat yang lalu, Bonney hendak menolong Kid dan teman-temannya yang menjadi sasaran empuk para polisi. Tempat ini paling kacau dan paling banyak korban luka-luka. Bonney bingung mengapa ada lebih banyak aparat menargetkan titik kumpul mereka.

“Hoiii, jangan ke sini!” perintah Kid yang sedang melawan saat dikeroyok beberapa polisi.

“Jangan ngatur-ngatur! Lu bonyok gitu!” sahut Bonney galak.

“Udah, pergi aja! Bawa kawan-kawan ke tempat yang aman.” Pria berbadan besar itu masih bersikeras. “Gua bakal ngajak lu makan berdua nanti. Tapi jangan pesan banyak-banyak. Gua kan proletar.”

Ajakan Kid sangat tidak sesuai tempat, tetapi Bonney mengiyakan. “Dasar goblok! Jangan kalah ya!” jawabnya.

Mengusap setitik air di mata, Bonney lalu mengambil alih komando. Prioritas saat ini ialah menyelamatkan sebanyak mungkin kawan. Hatinya lega saat dia melihat Luffy berlari ke arah mereka.

“Aku pasti menolong Kid,” janji Luffy.

Kembali ke saat ini, Luffy dan Zoro telah menolong Wire dan Killer. Tinggal Kid yang masih sulit didekati karena dikelilingi banyak polisi. Dua orang polisi menyeret Kid.

“KIIIIDD!” seru Luffy, berlari secepat mungkin, “JANGAN AMBIL KAWAN KAMI!”

Mahasiswa bertopi jerami meninju orang yang akan membawa Kid. Mereka terlibat baku hantam dua lawan puluhan, lalu Law bergabung dalam barisan. Mereka berhasil mengalahkan aparat dengan susah payah.

Berjalan gontai, Luffy naik ke pick up perlengkapan aksi lain yang kosong karena pengemudinya lari. Dia memegang mikrofon dengan tangan kiri dan toa di depan mikrofon dengan tangan kanan. Tawa khas Luffy bergema. Lalu, dia mulai menyanyi tanpa musik.

“KARENA KEBENARAN AKAN TERUS HIDUP SEKALIPUN KAU LENYAPKAN KEBENARAN TAKKAN MATI AKU AKAN TETAP ADA DAN BERLIPAT GANDA SIAPKAN BARISAN DAN SIAP TUK MELAWAN!”

Fokus semua orang yang berada di sekitar lokasi tertuju pada satu arah. Topi jerami Luffy terpasang di belakang leher—lepas usai pertarungan tadi. Terik sinar matahari dan sisa asap membuat rambut Luffy seolah berwarna putih.

Kemudian, dia meletakkan mikrofon dan toa ke tempat asalnya. Setelah itu, Luffy memakai topi jerami dan berjalan turun. Limbung, dia jatuh terkapar ke tanah.

Zoro memapah Luffy. Law memapah Kid. Killer dan Wire saling memapah. Perlawanan hari ini berujung kekalahan. Namun, mereka belum menyerah. Mereka tidak akan hancur.

Perjuangan belum berakhir.