Thousand Sunny dipadati oleh para mahasiswa—yang sebagian sedang terluka. Memar, lecet, plester, dan perban tidak menghalangi mereka untuk bersenang-senang.

“Sanjiii, daging di sebelah sini kurang!” panggil Luffy.

“Ambil dan panggang sendiri!” balas Sanji.

“Jinbei, ayo kita minum-minum. Hal lain bisa dipikir nanti,” ajak Zoro.

“Blackleg-ya, kenapa di meja ini ada roti?” protes Law.

“Buat gua/aku saja,” seru Kid, Bonney, dan Luffy kompak.

Law meninggalkan mejanya untuk bergabung dengan Chopper. Mereka membicarakan matkul Fakultas Kedokteran. Pembicaraan serius ini diusik ketika Brook menyetel lagu dengan speaker. Di tambah lagi, Franky beberapa kali membunyikan klakson vespa yang baru dia motifikasi di teras Thousand Sunny.

Robin duduk bertopang dagu mengamati kawan-kawannya, sedangkan Nami bersandar di pundak Robin sambil membaca majalah fashion terbaru.

Tiba-tiba lampu padam. Kemudian, Usopp menyorot wajahnya sendiri dari bawah dengan senter. “Teman-teman, ada urban legend yang ditakuti oleh Gorosei. God Usopp akan memberitahu kalian.”

“Usopp!” pekik Chopper.

“Jangan bermain lampu!” Sanji menyalakan lampu lagi.

Mata Luffy berbinar penuh antusiasme. “Ceritakan urban legend-nya, God Usopp!”

Usopp mengusap bagian bawah hidung panjangnya. “Begini ceritanya, anak muda ....”

Pesta pun berlanjut dengan makanan, lagu-lagu, sampai tarian absurd. Semua tertawa seolah hari ini tidak terjadi apa-apa.

Ada keresahan yang sedang mereka abaikan. Banyak masalah menunggu di depan.

Mereka pasti akan menghadapi “nanti”, tetapi biarlah untuk sejenak menikmati “saat ini”. Melepaskan ketegangan usai hari yang berat. Mengumpulkan energi sebelum mengobarkan perlawanan baru. Saling mengobati luka di fisik dan hati kawan satu barisan.

—Mereka melawan dengan bergembira.