write.as

Upss

Sesuai agenda rutin, setiap malam minggu Sunoo, Sunghoon, dan Jay akan menghabiskan waktu bersama. Jika minggu-minggu sebelumnya mereka habiskan dengan wisata kuliner, ke festival, atau bahkan menonton film di bioskop. Maka hari Sabtu ini mereka berencana main di rumah Sunoo.

Lelaki manis itu tinggal bersama orang tuanya di rumah. Namun, sejak hari Jum'at ayah dan bunda Sunoo pergi mengunjungi kakek dan akan pulang seminggu lagi.

“Aduh, beberes dulu kali ya. Mereka datengnya masih nantian ini.”

Sunoo membersihkan rumahnya seorang diri. Ia menyapu, mengepel, dan merapikan tatanan ruang tengah. Dimana mereka akan menghabiskan waktu nanti. Dua jam kemudian Sunoo sudah tergeletak di tempat tidurnya. Ia kelelahan.

“Ughh... Cape banget~~”

Akan tetapi perasaan lain lebih mendominasi dibanding rasa lelahnya. Sunoo bangun dan menuju nakas di samping tempat tidur. Dibukanya salah satu laci. Ia mengeluarkan sebuah dildo dan sebotol lubrikan.

Iya, Sunoo sedang horny.

Ia membuka kaos kebesaran dan celana selutut yang ia pakai, beserta dalaman. Lalu memposisikan diri setengah berbaring di kasur dengan sandaran bantal guling. Kakinya ia tekuk dan ia lebarkan agar memudahkannya untuk bermain dengan lubang kecilnya.

“Uhhh...” Desah Sunoo saat jemarinya mulai melumuri lubangnya sendiri dengan lube.

Sunoo mulai memasukkan satu jari ke dalam hole nya. Ia membayangkan Sunghoon mengobrak abrik lubangnya dengan jemarinya yang panjang.

“Ahhh... Kak Hoon, akhhh terus kak sampai mentok uhhhh...”

Setelah dianggap cukup, Sunoo mengambil dildo tadi dan memasukkan ke dalam hole nya. Ia meringis.

Susah sekali, apalagi dengan penis kak Hoon dan kak Jay langsung.

Sunoo memaju mundurkan dildonya perlahan. Tangan satunya ia gunakan untuk mengocok penis kecilnya. Sunoo ketagihan sendiri. Secara tidak sadar ia menambah kecepatan kerja tangannya pada dildo.

“Kak Jay!!”

Sunoo mendorong masuk dildo itu hingga ke dalam saat ia klimaks. Cairannya membasahi perut. Dengan segera ia mengambil tisu di atas nakas dan membersihkannya.

“Ah percuma. Aku mandi dulu, dari pada berkeringat gini.”

Sunoo mengeluarkan dildo dari lubangnya hingga menimbulkan bunyi 'plop' nyaring.

“Ahhh.”

Sialan, ia kelepasan mendesah. Sunoo menggeletakkan dildo itu di kasur, juga bersama lubenya. Ia berjalan dengan tubuh telanjang bulat menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Hanya membutuhkan dua puluh menit. Dan Sunoo sudah siap dengan sweater oversize dan celana putih panjang. Tepat sekali selesai ia berkaca bell rumahnya berbunyi. Sunoo bergegas keluar untuk membukakan pintu.

Melupakan mainannya yang belum ia sembunyikan.


“Kak Jay!!” Suara riang Sunoo menyambut Jay di balik pintu.

Jay merentangkan tangannya dan Sunoo pun berhambur ke pelukan pacarnya. Jay menggoyang-goyangkan tubuh keduanya membuat Sunoo terkekeh di pelukannya.

“Ini kamu taruh dulu es krimnya, nanti dilanjut lagi pelukannya.”

Sunoo mengambil alih paper bag yang berisi es krim yang dibawa oleh Jay. Sunoo mempersilahkan Jay masuk dan menyuruhnya untuk menunggu di ruang tengah.

Sunoo melipir ke dapur untuk menaruh es krim tadi ke dalam kulkas. Kurang lebih Jay membelikan empat belas macam es krim dengan varian berbeda. Kulkas Sunoo dipenuhi oleh es krim yang Jay bawa.

Ia pun kembali ke ruang tengah dan memeluk Jay yang sedang memainkan ponselnya. Sunoo mengintip sedikit. Oh, chat sama kak Hoon..

“Kenapa sih kecil? Kepo ya?” Tanya Jay menggoda Sunoo.

Yang digoda langsung meringsut ke dada yang lebih tua, lalu menggelengkan kepalanya.

“Cuma Sunghoon nanya udah sampe apa belom kok. Bukan chat macem-macem.”

Sunoo melepas pelukannya dan membenahi posisi duduknya.

“Iya aku percaya.” Lalu Jay mencium pelipis Sunoo. Menghirup aroma stroberi yang sangat segar dan cocok sekali dengan Sunoo.

“Kamu abis mandi?” Sunoo mengangguk. Jay pun melanjutkan kegiatan membelai-rambut-soft-Sunoo.

Tak lama bel berbunyi lagi. Dan sudah pasti Sunghoon pelakunya. Sunoo pun bangun untuk membukakan pintu dahulu.

“Kak Hoon!” Panggil riang Sunoo.


“AWAS SUNOO!!” Teriak Jay dan Sunghoon bersamaan tepat ketika Sunoo tidak sengaja menendang bobanya saat melangkah.

Namun telat, minuman yang masih tersisa setengah gelas itu jatuh dan membasahi lantai. Sunoo otomatis cemberut saat melihat hasil karyanya. Bibirnya melengkung ke bawah sambil menatap Sunghoon dan Jay yang masih terdiam.

“Makanya jalan liat-liat, gimana sih gelas segede itu masih aja ke tendang.” Omel Jay yang makin membuat Sunoo sedih. Sunghoon memukul lengan Jay. “Jangan tambah lo omelin bego.”

“Ambil tisu kering, Sun. Lap dulu boba sama minumannya abis itu buang tempat sampah.” Titah Sunghoon.

Sunoo menurut. Ia masih berat hati menyayangkan minumannya yang masih cukup banyak. Ia mengambil tisu kering dan melaksanakan apa yang Sunghoon perintahkan. Jay dan Sunghoon juga ikut membantunya.

“Udah nih, buang dulu sampahnya.” Ujar Sunghoon.

“Sun, tisu basahnya dimana?” Tanya Jay dengan teriak karena Sunoo berada di dapur.

“Di kamar kak! Di laci nakas samping tempat tidur!” Jawab Sunoo sambil mencuci tangannya.

Tungguㅡ Jay akan ke kamarnya? Berarti...

Dildo ku!!!

“Kak Jay tunggu! Biar Sunoo aja yang... ngamㅡbil...”

Sunoo lari dari dapur menuju kamarnya. Mengabaikan Sunghoon yang keheranan dengan tingkahnya yang tiba-tiba. Pintunya sudah terbuka, berarti Jay sudah masuk. Saat Sunoo melebarkan pintu, di sana Jay berdiri di samping ranjangnya. Di tangan kiri Jay ada tisu basah yang ia maksud dan di tangan kanannya ada dildo yang tadi ia gunakan.

Jay menatap benda itu dengan keheranan. Lalu menoleh ke arah Sunoo yang berdiri gugup di daun pintu. Reaksi tubuhnya seperti orang yang baru saja kepergok. Dan tidak salah lagi, dildo itu pasti milik Sunoo, pikir Jay.

Want to explain something, Sunoo?”

Sunghoon yang penasaran pun menghampiri Jay.

“Wow..” Dan Sunghoon ikut terkejut.

Pacar mereka yang mereka nilai manis, gemas, dan polos ternyata diam-diam memiliki sex toys. Itu benar-benar diluar perkiraan.

“Sunoo?” Panggil Jay lagi karena ia tidak mendapatkan respon atas pertanyaan sebelumnya.

“U-um.. Sunoo ngga bermaksud apa-apa kak. S-sunoo..”

“Masuk sini, sayang.”

Sunoo melangkahkan kakinya gemetar. Sial, padahal ini kamarnya kenapa ia jadi takut sendiri. Jay menepuk bagian lain tempat tidur yang ia duduki. Memerintahkan Sunoo untuk duduk di sana. Sunghoon sendiri sudah tenang di sofa yang ada di kamar Sunoo yang kebetulan lurus menghadap tempat pacar-pacarnya duduk.

“Punya kamu?” Interogasi Jay. Sunoo mengangguk. Kepalanya menunduk tidak berani menatap kedua pacarnya. Ia sangat malu.

“Coba pakai. Kita mau tau kalo kamu masturbasi tuh gimana.”

Jay menyerahkan dildo itu kepada pemiliknya. Lalu menghampiri Sunghoon dan duduk di sampingnya. Menatap objek yang sama yaitu Sunoo, yang masih kebingungan.

“Mulai, Sun.” Sunghoon buka suara.

Sunoo menatap penuh permohonan kepada kedua dominan. Namun hal itu tidak lagi mempan bagi Sunghoon dan Jay.

“Kak...”

“Lanjut aja Sunoo. Kamu yakin masturbasi pakai baju utuh begitu?” Sunoo tidak berkutik mendengar ucapan Sunghoon.

Ia berdiri dan mulai melucuti celananya beserta dalaman. Kakinya merapat dan tangannya berusaha menutupi miliknya.

“Kak, lanjut main di luar aja ya kaya tadi?”

“Ngga Sunoo. Kita mau ngeliat gimana kamu masturbasi, iya gak Hoon?” Yang ditanya mengangguk menyetujui.

Sunoo pun naik ke atas ranjang. Dalam hati ia mengumpat karena lupa tidak langsung membereskan sisa mainannya. Namun, masturbasi di depan orang yang ia bayangkan selama ini membuatnya semakin bergairah. Bahkan Sunoo telah melupakan bobanya yang tumpah.

Dengan sweater oversize yang masih melekat di tubuhnya ia duduk di atas ranjang menghadap kedua pacarnya. Sunoo malu-malu melebarkan kakinya. Memperlihatkan lubang pink yang diam-diam didambakan oleh Jay juga Sunghoon. Sunoo meraih lube yang berada tidak jauh darinya. Membuka tutupnya dan menuangkan isinya ke tangan kecilnya lalu mulai membalurkan ke lubangnya.

Lagi-lagi Sunoo penuh keraguan dan menatap Sunghoon. Berharap mendapatkan bantuan dari Sunghoon. Namun pemuda itu abai dan dengan berat hati Sunoo mulai memasukkan dildo itu ke lubangnya.

“Aahhh...” Desah lirih Sunoo.

Padahal beberapa jam yang lalu dildo itu baru masuk ke lubangnya, tapi mengapa sekarang terasa lebih sulit dan lebih sempit.

“Terus sayang, dikit lagi masuk semua dildonya.”

Sunoo terpancing oleh perkataan Jay. Ia semakin menekan dildo ke dalam hingga memenuhi holenya. Sunoo terengah-engah. Dahinya mulai berkeringat. Suhu ruangan terasa semakin panas. Sunoo ingat sekali ac di kamarnya ini menyala tapi kenapa tidak berkerja dengan baik.

“Sunoo, gerakin dildonya.” Perintah Sunghoon.

Sunoo menggerakkan mainannya dengan lambat. Mata elang Sunghoon dan Jay terus memperhatikannya. Penis Sunoo menegang seiring gerak dildo di lubangnya. Ia menggigit bibirnya guna menahan desah. Ia akan merasa semakin hina apa bila mendesah dihadapan pacarnya.

“Sunoo, sejak kapan kamu masturbasi sendiri gini?”

Butuh beberapa detik untuk Sunoo menjawab pertanyaan Jay.

“Sejak nghhh staycation kita bulan kemarin.”

“Jadi dari kemarin-kemarin kamu ngebayangin dipake sama kita setiap kamu masturbasi, bener kan Sunoo?”

Kini giliran Sunghoon bertanya. Di depannya Sunoo semakin mempercepat gerakan tangannya yang memaju mundurkan dildo. Menekan dalam-dalam agar menyentuh titik manisnya. Tapi itu hanya sesekali, karena Sunoo sendiri tidak dapat menemukan sweet spot nya. Penisnya sudah menegang sempurna.

“Jangan tahan desahan kamu, Sun. Dan jawab pertanyaan Sunghoon.”

“Ahhh iya s-sunoo bayangin kak Jay sama kak Hoon menuhin lubang Sunoo.”

Lubang Sunoo berkedut. Ia mendekati pelepasannya.

“Mau dipenuhin pake apa, sayang?”

Penisnya semakin tegak dengan precum yang mengalir. Gerak tangannya semakin cepat. Dan didorongan terakhir Sunoo mendapatkan pelepasannya. Mulutnya berteriak menyahuti Jay.

“Pake penis! Sunoo dipenuhin penis kak Jay juga kak Hoon!!”

Jay menghampiri Sunoo yang terkapar menikmati sisa pelepasan. Jay pun mengambil alih dildo. Menggerakkan mainan itu lagi. Membuat penis Sunoo yang melemas justru menegak lagi.

“K-kakhhh tunggu j-jangan lagi ahhh.”

Tubuh Sunoo bergerak tidak karuan membuat Jay kesusahan dan menarik pinggang Sunoo agar naik dipangkuannya. Penis Sunoo ia tahan dalam genggaman.

“Pipis.. s-sunoo ahhh sunoo mau pipis!!”

Jay yang mendengarnya malah semakin mempercepat gerakan tangannya. Ia mendorong dildo itu lebih kuat hingga menekan titik nikmat Sunoo. Bibir Sunoo tidak henti-hentinya mendesah. Tangan Jay yang satunya mengocok penis kecil Sunoo.

“Kak!!”

Air mani Sunoo membasahi sweater oversize yang masih ia gunakan. Tangan Jay yang menggenggam penis Sunoo ikut terkena semburannya. Jay membantu Sunoo mengeluarkan semua spermanya. Mengurut penis Sunoo perlahan-lahan.

“Baru kali ini gushing out kan?” Tanya Sunghoon yang tau-tau ada di depannya. Sunoo mengangguk lemas. Kepalanya diusap sayang oleh Sunghoon.

“Sunoo masih kuat kan? Kita main bertiga ngga mungkin sebentar loh. Jadi kamu ngga boleh pingsan ya, cantik.”


Ketiganya sudah menanggalkan seluruh pakaiannya. Kini Sunoo terlentang di tengah ranjang. Sunghoon mencium bibirnya. Memberikan kecupan kupu-kupu lalu melumatnya. Karena Sunoo tak kunjung membuka mulutnya Sunghoon dengan geram menggigit bibir bawahnya.

“Aahhh...” Desah Sunoo disela ciumannya.

Lidah Sunghoon masuk ke rongga mulutnya. Mengabsen satu persatu giginya, mengajak lidah Sunoo untuk saling melilit, dan saling bertukar liur.

Sedangkan Jay sedang menjamah dadanya. Biji kecil yang menegang itu dicubit gemas, diputar-putar, dan dimainkan dengan ujung kuku Jay. Dada yang satunya dilahap Jay. Dimainkan dengan lidah lihainya. Juga dihisap hingga sedikit membengkak. Terus menerus seperti itu dan bergantian.

“Gantian. Gue juga mau nyusu sama Sunoo.”

Perkataan Sunghoon yang frontal membuat Sunoo tersipu. Jay dan Sunghoon bertukar posisi. Tubuh Sunoo mereka puja. Sunoo tidak dibiarkan kosong barang sedetik pun. Bibirnya dimanjakan oleh Jay. Pacarnya yang satu ini lebih kasar dibanding Sunghoon. Ciuman Jay turun ke dagu. Lebih rendah lagi di leher, dan meninggalkan jejak di sana. Sunghoon yang memperhatikan mengambil tindakan yang sama.

Bahu, leher, dada, perut, hingga dagu, tak ada yang tertinggal oleh keduanya. Dan baru Sunghoon dan Jay sadari kalau si manis Sunoo itu vocal sekali. Dalam artian, bibirnya tidak henti-henti mendesah. Entah itu racau keenakan atau rengekan. Bibir manis itu mengeluarkan suara.

“Jangan kelamaan Jay. Langsung lo masukin aja.”

Sunghoon sedikit mundur guna memberikan ruang untuk Jay agar berpindah posisi. Jay melebarkan kaki Sunoo. Penisnya yang sudah dilumuri lube ia arahkan ke hole Sunoo.

“Hoon, sempit banget lubang Sunoo.”

“AKKHHH.” Sunoo berteriak kesakitan.

Lubangnya terasa dirobek oleh penis Jay yang masuk ke dalamnya. Kedua tangannya meremat sprei hingga lusuh. Sunghoon pun inisiatif membantu mengalihkan perhatian Sunoo dengan menciumnya.

“Maaf, Sunoo.”

Dengan sekali hentak Jay memasukkan seluruh penisnya. Sunoo menangis di bawahnya. Dengan terpaksa Sunghoon melepas ciumannya.

“Pelan-pelan anjing. Sunoo kesakitan.”

“Bacot lu. Ini lobang Sunoo ketat banget, Hoon. Lo harus coba.”

Jay mulai bergerak. Awalnya memang perlahan. Sebab Sunoo harus terbiasa terlebih dahulu. Namun, lama kelamaan hantamannya semakin cepat. Sunoo terus dibuat mendesah olehnya. Di tengah geraknya tiba-tiba Jay berhenti. Ia membalikkan Sunoo tanpa melepas tautan di bawah sana.

“Sunoo, nikmatin punya kakak juga ya.”

Belum sempat Sunoo paham apa maksud Sunghoon, mulutnya sudah tersumpal penis Sunghoon. Penis itu memenuhi rongga mulutnya bahkan hingga menyentuh langit-langit tenggorokannya. Saat Jay bergerak tubuhnya terdorong maju. Penis Sunghoon semakin masuk ke dalam mulutnya.

Sunoo menangis. Ini terlalu nikmat untuk pengalaman pertamanya. Tangan Sunghoon bermain di dadanya. Sedangkan tangan Jay mengocok penisnya. Tiga titik nikmatnya diberikan afeksi bersamaan. Sunoo mendesah dengan mulut yang masih mengulum penis Sunghoon. Menghantarkan vibrasi yang membuat Sunghoon menggila.

“Desah lagi, Sun.”

Tak lama ia pelepasan duluan.

“Tunggu ya, cantik. Ini kakak udah mau klimaks kok.”

“Gue juga Jay!”

Keduanya keluar dalam waktu berdekatan. Cairan putih kental Jay memenuhi lubang Sunoo. Sementara Sunghoon keluar di dalam mulut si manis. Sunghoon mengeluarkan penisnya dari mulut Sunoo saat pelepasannya selesai. Rahang si manis pegal luar biasa.

“Telan ya Sunoo. Bisa kan? Harus nurut dong cantik.”

Glup

Sunoo mengernyitkan dahinya saat sperma Sunoo mengalir di tenggorokannya.

Plop

Penis Jay yang terbebas dari lubang Sunoo menimbulkan bunyi nyaring.

“Tuh Hoon, gantian.”

“Ntar dulu, kasian Sunoo masih cape.”

Keduanya memperhatikan sang submisif yang tengah mengatur nafasnya. Hanya satu kata yang dapat mendeskripsikan Sunoo, berantakan. Dahinya berkeringat hingga poninya agak basah. Bercak merahㅡjuga cairan Sunooㅡmenghiasi badannya. Juga cairan Jay yang mengalir dari bagian bawah tubuhnya.

Jay keluar sebentar mengambil ponselnya. Lalu memotret Sunoo diam-diam dan membagikannya ke Sunghoon melalui chat pribadi.

“Kakak masuk ya..”

“Ngghhh...” Sunoo melenguh saat penis Sunghoon memasuki lubangnya. Ini tidak terlalu sakit karena Jay sudah memasukinya lebih dulu.

“Jay, becek banget di dalem.”

Jay berdeham sambil mengocok miliknya sendiri. Ah, tangan Sunoo menganggur. Ia pun mengarahkan tangan kecil itu menuju miliknya. Seakan tau apa yang dimaksud Jay, Sunoo menggerakkan tangannya. Mengocok penis itu serta memainkan bola kembar. Jay mendesis.

Sunghoon memaju mundurkan penisnya tidak terlalu cepat. Ia memilih bermain lembut dengan kesayangannya.

“K-kakhhh di sana...” Racau Sunoo saat penis Sunghoon menekan prostatnya.

Sunoo keluar tanpa disentuh. Tak lama Sunghoon menyusul di dalamnya. Lubangnya terasa penuh sekali. Belum selesai Sunghoon dengan bagian bawahnya. Tiba-tiba penis Jay terlepas dari tangannya. Jay mengurut penisnya di depan wajah Sunoo dan menyemburkan cairan di wajahnya.

“Ahhh...” Sunoo mendesah saat Sunghoon mengeluarkan penisnya.

“Cium dulu sini,” Sunghoon mencium wajah Sunoo. Dengan kata lain, menyepu cairan Jay yang ada di wajahnya. Lalu mengajak Sunoo berbagi cairan itu.

Tubuh Sunoo ditarik Jay agar bangun dan berlutut. Jay memposisikan diri di belakangnya. Tanpa aba-aba lubangnya terisi kembali.

“Aaahhhh k-kak Jay.” Tubuhnya melemas dengan tangan menumpu di bahu Sunghoon.

“Hoon, masukin juga punya lo.”

“Emang bisa?” Ragu Sunghoon. Di tengah-tengah mereka Sunoo terlihat panik dan kebingungan.

“Pasti bisa!”

“Emang muat?” Tanya Sunghoon lagi. Satu tangannya mengarahkan penisnya ke hole Sunoo yang sudah terisi penis Jay. “Muat lah. Udah langsung masukin aja.”

“Sayang, kamu bisa kan? Pelan-pelan aja ya Sun, badan kamu relax. Kalau kamu tegang nanti kamu nya sakit sendiri.” Lanjut Jay.

Sunoo hanya bisa memeluk leher Sunghoon saat pacarnya memasukkan miliknya ke dalam hole nya.

“AKKHHH!! S-SAKIT KAK. Ini sakit banget..”

Sunghoon abai dan memilih melanjutkan usahanya untuk masuk ke lubang Sunoo. Tubuh Sunoo seperti terbelah dua. Di bagian bawah sana penis Jay dan penis Sunghoon memenuhinya. Ia menangis di pundak lebar Sunghoon.

Rasa sakit itu berubah menjadi nikmat saat para dominan mulai bergerak. Tangisan berganti menjadi desahan. Prostatnya ditumbuk bergantian. Tubuh Sunoo ia miringkan saat Jay menciumnya dari belakang. Jika dihitung Sunoo sudah klimaks dua kali dalam posisi ini. Sedangkan para dominan nya masih betah menggoyangkan pinggulnya tanpa ada tanda-tanda akan sampai pada pelepasan.

Saat Sunoo rasa penis mereka berkedut, ia justru mengetatkan hole nya. Para dominan protes dengan dorongan kasar.

“Sayang, jangan diketatin ya.”

Sunoo ingin keluar. Namun, bukan hanya sperma. Ia rasa dirinya akan gushing out lagi. Sunoo mendesahkan nama Sunghoon dan Jay dipelepasannya. Tubuhnya mengejang dengan air mata mengalir. Ini sungguh luar biasa. Lubangnya sendiri dibanjiri oleh pelepasan Sunghoon dan Jay.

Saat tautan mereka lepas tubuh Sunoo terjatuh lemas. Ia pingsan. Dengan sigap Jay menahan tubuh Sunoo agar tidak terbanting.

“Jay, Sunoo pingsan.”

“Gue juga tau anjir.”

Keduanya mulai bersih-bersih. Mengelap tubuh Sunoo dan membersihkan lubangnya serta mengganti sprei dengan yang baru. Satu jam lamanya Sunoo masih belum sadar. Jay mengorder makanan untuk mereka. Sunghoon dan Jay juga sudah mandi. Mereka meminjam pakaian Sunoo dahulu. Dan duduk di sofa yang ada di kamar Sunoo sambil memperhatikan submisif yang masih memejamkan mata.

“Jujur gue ngga tau Sunoo bisa sampe ngebayangin kita setiap solo.”

“Apalagi gue, Hoon. Waktu ngeliat dia mainin dildonya, beuuhh... Cantik banget pacar kita.”

“Tapi dildonya ngga ada apa-apanya sama punya kita.”

“Gimana kalau kapan-kapan kita beliin Sunoo mainan?”

“Ayo aja. Tapi Sunoo jangan diajak, jadi biar kesannya ngasih hadiah.”

ㅡEnd