Jinx in World Cup and All Over Sports. Alasan kenapa kita nggak boleh sesumbar di pertandingan mana pun atau event apa pun.

Jinx adalah sesuatu, orang, atau bahkan perkataan yang bisa membawa nasib buruk. Jinx itu sebenarnya kek kualat atau kena karma dalam cara yang lebih halus. Misal, ada yang menyatakan dia nggak suka sama gaya seseorang, tapi ternyata jadian sama orang itu. Ada yang bilang dia mau pindah kerjaan, tapi ternyata ngelanjutin kontrak ampe 5 tahun. Ada yang suka ngomongin orang, tapi ternyata hidupnya juga lebih drama. Terus apa hubungannya dengan olahraga? Ini bukan soal mitos-mitosan ya, tapi secara penerawanganku (asik), memang pola peristiwanya selalu sama. Entah di pertandingan badminton, di pertandingan bola, bahkan sekelas e-Sport sekalipun, hal ini pernah ada. Bahkan saking seringnya aku lihat, sampai-sampai aku udah nggak kaget kalo ternyata itu kejadian lagi.

Berita apapun, mulai dari pembahasan dari para komentator, berita di kanal medsos, prediksi pakai hitung-hitungan statistik, curcolan netizen di kolom Vidio, pembicaraan yang ramai di media sosial, dan 'pernyataan apapun' yang secara jelas 'meyakini' dan 'menantikan' kemenangan suatu grup atau individu, biasanya itu yang akan kena azab aka. kalah.

“Secara statistik memang Argentina lebih baik dari Arab Saudi karena dari sektor penyerang mereka menempatkan Lionel Messi.” “Analisa Peluang Kemenangan Ginting dalam Babak Final Denmark Open.” “Statistik Kemenangan Jepang 40 persen vs Kemenangan Jerman 60 persen” “Keunggulan Timnas Indonesia dalam Menghadapi Singapura di Partai Final AFF.” “Pasukan Indonesia siap Taklukkan Panggung BWF Tour Finals”

Daaan berbagai prediksi-prediksi hebat lainnya.

Pokoknya tiap kali aku ngeliat tagline berita atau pembahasan komentator kayak gitu, aku ga bakal kaget kalo yang kejadian adalah sebaliknya.

Anehnya aku cuma ngeliat ini dari media di Indonesia. Dari berita-berita Indonesia, komentator Indonesia, sampai komentar netizen Indonesia. Setiap kali mereka, para penonton budiman ini, merasa sangat yakin sekali akan kemenangan suatu tim, biasanya tim itu yang akan kalah.

Aneh, sih, dan jelas ini nggak boleh dijadikan validasi untuk pembenaran. Tapi, ini selalu kejadian, Bun! :'D

Contoh, baru banget, kejadian tadi malam tanggal 5 Desember 2022. Pertandingan besar antara Jepang vs Kroasia dan Korea Selatan vs Brazil.

Jepang dan Korea kabarnya dikatakan punya kans besar untuk mendapatkan peluang kemenangan karena sama-sama pernah mempermalukan nama-nama besar seperti Jerman, Brazil, Spanyol, dan Portugal di babak penyisihan. Semua orang jadi mengagungkan mereka. Bahkan aku sendiri juga. Apalagi kita sama-sama perwakilan dari Asia. Biar gini-gini kita satu benua. Rasanya jadi kayak mendukung saudara.

Tapiii, ketika aku mulai melihat berita, ucapan komentator, komentar di kanal livestream, perasaanku mulai nggak enak. Semuanya mendukung Jepang dan Korea Selatan. Lah, bukannya bagus? Nah, masalahnya nggak ada yang netral. Nggak ada yang melihat dari sudut pandang Kroasia dan Brazil juga (yang jelas-jelas juga pasti punya persiapan untuk partai pertandingan malam ini). Pokoknya, semua kanal berita, semua komentar netizen, semua jenis pembahasan, semuanya berat sebelah. Alhasil, lihat kejadian tadi malam.

Harus disayangkan karena mereka terlalu mengagung-agungkan Korea Selatan dan Jepang, sampai-sampai mungkin lupa kalau Kroasia juga punya jejak histori yang memukau di World Cup 2018, sampai-sampai mungkin lupa kalau kualitas permainan bola Tim Samba juga sudah terbukti selama dekade terakhir. Korea Selatan dan Jepang jelas memang sudah hebat, karena bisa menggilas 4 tim raksasa di babak kualifikasi. Dan patut kita apresiasi! Tapi, kita nggak boleh lupa, Brazil dan Kroasia juga sama-sama tim yang konsisten dan petarung yang keji di Piala Dunia. Kita terlalu dibuai tim kuda hitam yang bersinar di Piala Dunia sampai-sampai lupa kalau musuh kita juga bangkit lebih cepat.

Memangnya kenapa ini bisa terjadi? Masa iya kebetulan? Masa iya beneran kualat?

Secara psikologis, kita hanya mengejar kemenangan, sampai-sampai lupa untuk bertahan. Kita jadi nggak waspada. Bahkan yang lebih buruknya adalah jadi cenderung meremehkan.

Alhasil, tim yang biasanya diandalkan ternyata jadi menelan kekalahan. Tim yang ternyata nggak diunggulkan nyatanya bisa menang. Tim yang baru aja debut, ternyata punya cara main yang jauh lebih mematikan. Dan sebagainya.

Bahkan, ada juga kebalikannya. Tim yang dikenal sulit untuk dikalahkan, ternyata mampu kita atasi.