write.as

ICU dan Kegelisahnnya

“Halo Nak Hari? Tolong Tante.”

Suara khas dari ibunda Meghantara ini membuat panik semua sahabat anaknya. Lantaran, Tara baru saja tak sadarkan diri dikamar mandinya.

Mendapat kabar seperti itu, Matahari yang sedang dikampus langsung memberitahu Revin Dan Daren. Tak lama setelahnya, mereka bergegas menuju rumah sakit.

Sakit rasanya ketika mengetahui sahabat mereka sedang berjuang melawan penyakitnya. Disatu sisi, mereka hanya bisa menyemangati dan berada disamping Tara untuk saat ini. Di sisi lainnya, semua ini sudah jalan Tuhan. Mereka tidak bisa melawan hal itu.

Ketiga pemuda ini turun dari Mobil dan berlari tak karuan menuju ICU tempat Tara mendapatkan perawatan khusus. Disana mereka hanya bisa melihat Tara dari kaca bening yang membatasi orang untuk bertemu langsung dengan pria ini. Ada beberapa alat yang dipasangkan ketubuh Meghantara. Alat yang membantu Tara bertahan hidup.

“Dokter Jon? Kenapa bisa seperti ini? Jelasin dokter!” Hari memegang bahu milik dokter Jon dengan keras diikuti tangisan nya yang memenuhi ruangan. Tak hanya Hari, Revin dan Daren hanya berdoa di kursi tunggu. Mereka tidak bisa melihat pemandangan seperti itu.

Dokter Jon menjelaskan tentang apa yang terjadi kepada Tara. Ternyata penyebaran sel kanker nya sangat cepat. Salah satu penyebabnya adalah penundaan kemo selama 3 bulan. Tubuh Tara sudah sangat rentan akan penyakit.


Setelah beberapa jam berdoa dan menunggu, Detak Jantung Tara mulai stabil. Semua orang diruangan itu mulai tenang. Tangisan pun mulai berhenti

“Hari, handphone nya Tara. Boleh kamu pegang ya? Takutnya ada yang penting. Tante gatau password nya.” Mama Tara memberikan hp milik Tara

“Iya Tan.” Hari mengusap air matanya yang membanjiri pipinya selama beberapa jam dan mengambil hp milik sahabatnya ini

“Tante mau sholat dulu. Kalian jangan lupa makan ya.”

“Iya Tante.” Ucap ketiga pemuda itu secara bersamaan.

“Tante, kalau mau pulang Gpp. Saya antar pakai mobil saya. Biar Tara, Hari dan Revin yang jaga disini. Udah stabil juga kok. Tante dari pagi belum istirahat. Jangan sampe drop juga ya Tan.” Daren berdiri dan mengeluarkan kunci mobilnya Untuk mengantarkan pulang ibunda dari lelaki yang sedang terbaring diruangan ICU.

Daren meninggalkan ruangan tersebut dengan kondisi mata yang lumayan sembab kali ini. Pria ini mencoba tegar namun tidak bisa untuk kali ini.

“Tar, ayo bangun. Lo bilang mau ajak gue ke Paris Tar? Ikan cupang gue udah mulai numbuh ekor loh Tar. Lo ga kasian sama kita Tar? Ga kasian sama Tiara Tar?” Ucap Hari yang memegang kaca bening didepannya dengan APD lengkap dibadannya

Mendengar omongan Hari tadi, Revin teringat bahwa Gadis kesayangan sahabatnya ini belum mengetahui apapun tentang penyakit sahabatnya.

“Har, Tiara? Ada chat ga?” Revin mengangkat kepalanya dan menatap temannya yang masih berdiri sejak siang tadi.

“Lo pegang deh hp nya Tara. Passwordnya 204512. Itu jam dimana Tara jadian sama Tiara.” Hari berbalik badan dan memberikan hp milik Tara

Untuk Hari ini, Matahari hanya ingin fokus ke sahabatnya yang sudah ia bantu dari awal penyakit ini terdeteksi. Hari sosok periang yang selalu membangun suasan hanya bisa berdiri dan menangis. Hari tau temannya pasti bertahan. Hari masih mau membantunya mewujudkan keinginan nya.

“Gue sayang sama Lo tar. Ayo bangun. Gue gamau Lo berhenti disini.” Ucap hari dengan nada pelan nya dengan mata yang mulai berkaca kaca kembali