Lechery

Suna Rintarou x Miya Atsumu x Kita Shinsuke

1.5k-ish words. Porn. Degradation. Foot licking. Double penetration. Sex toys. Mind break. Threesome. Anal sex. OOC.


Tubuh Shinsuke bergetar hebat akibat pergerakan dibawahnya. Tangannya terikat di atas kepalanya. Sedangkan keadaan di bawahnya bisa dibilang merupakan pemandangan favoritnya Atsumu.

“nghh..ts-sumh..udaaahh”, ucap Shinsuke dengan desahan.

Namun Atsumu seakan menulikan pendengarannya. Mengabaikan eksistensi Shinsuke yang sudah meronta minta berhenti. Suara ponsel Atsumu terdengar nyaring diikuti Shinsuke menyemburkan lahar putihnya untuk kesekian kalinya. Atsumu keluar dari kamarnya untuk mengangkat telepon tersebut meninggalkan Shinsuke yang masih merintih meminta berhenti.

Sekitar 30 menit barulah Atsumu kembali tapi diikuti oleh Rintarou di belakangnya sambil menghisap rokoknya santai. Jangan tanya sekacau apa keadaan Pemuda bersurai putih itu sekarang. Ia sudah meronta-ronta meminta untuk diberhentikan tapi benda besar yang berada di bawahnya itu bergetar semakin cepat.

“gila, lo nemu lacur bagus darimana tsum?”, ujar Rintarou sambil mendekat ke arah Shinsuke. Dilihatnya secara teliti seluruh lekuk tubuh Shinsuke seakan ia adalah maha karya yang tak pernah ditemui sebelumnya.

“r-rinh..tolongh..”, kali ini Shinsuke memohon kepada Rintarou yang dibalas dengan senyum miring.

“mau minta tolong apa shin?”, ucapan Rintarou memang lembut tapi membuat pria bersurai putih itu merinding.

“berhentiin..aah..AHH!!”, lagi dan lagi cairan putih itu keluar dari kejantanannya Shinsuke. Ia melenguh panjang.

“Apa yang mau diberhentiin Shin?”, ucap Rintarou lagi. Kali ini tangannya berada di benda panjang yang berada di lubang sengggama milik Shinsuke. Ditekannya benda itu agar masuk lebih dalam menumbuk titik prostat milik pria yang lebih tua membuatnya merasakan kenikmatan tiada tara.

Namun kali ini belum sempat ia dapatkan orgasmenya, benda itu sudah berhenti. Tersirat rasa kecewa dari sorot mata pria itu. Namun pria pirang itu tersenyum padanya. Mengelus kepalanya lembut sembari membuka ikatan di pergelangan tangannya.

Kalau Shinsuke pikir mereka telah selesai, maka ia salah. Kini ia berada diantara kedua paha berotot milik Atsumu duduk bersimpuh seakan menunggu perintah selanjutnya.

“Kenapa diem? Diliat dari posisinya, lo tau kan harus ngapain?”, nada merendahkan dan juga tatapan merendahkan milik Atsumu membuat Shinsuke terpancing untuk berbuat lebih.

Perlahan lidahnya menjulur menjilat ujung jari kaki Atsumu bergantian. Mulai naik ke betis seterusnya hingga ke paha Atsumu. Ia sempat berhenti sejenak sebelum membuka ritsleting celana Atsumu dengan giginya. Menghirup aroma dari gundukan itu dalam-dalam.

“kalo mulut lo ga berguna, mending dipake buat isep kontol gue aja”, yang lebih tua pun seakan setuju dengan perkataan yang lebih muda. Dilepasnya kain penghalang terakhir hingga gundukan tadi terbebas. Mengacung tegak menampar pipinya.

Rintarou yang melihat pemandangan itu semua merasa birahinya ikut naik. Rokok yang tinggal sedikit dimatikannya. Perlahan ia mendekat ke arah mereka.

“isepnya yang bener”, ejeknya dari belakang. Rintarou mendekat ke punggung Shinsuke, lalu meninggalkan jejak merah keunguan sepanjang leher jenjangnya.

Mata pria bersurai abu-abu itu melebar ketika dirasanya jari-jari panjang milik Rintarou masuk ke lubang analnya. Menusuk dalam-dalam, menekan titik prostatnya kuat. Membuat yang lebih tua melenguh dalam diamnya. Dihantam secara bersamaan dari depan dan belakang membuatnya hilang akal.

“lobang lo longgar banget, bisa muat berapa nih?”, ucap Rintarou sambil menggesekkan jari kasarnya dari atas di bawah dan memasukkan nya dengan kasar.

Shinsuke bahkan menegakkan punggungnya ke belakang, melenguh dalam kenikmatan melupakan tugasnya untuk memuaskan Atsumu.

“Akhhhh…emmphhh”, lenguh Shinsuke. Atsumu pun memasukkan kejantanannya ke mulut Shinsuke.

Shinsuke yang merasakan serangan ganda dari atas maupun bawah dibuat terbuai. Namun itu tak berlangsung lama. Tepat ketika kedua serangan itu berhenti, ia yang tadinya merasakan kenikmatan pun digantikan dengan rasa kehilangan lagi.

“gue duluan ga apa apa kan, rin?”, tanya Atsumu kepada Rintarou. Badan Shinsuke pun dibuat merinding mendengarnya, menantikan kenikmatan yang akan diberikan oleh pria yang lebih muda darinya.

Rintarou hanya menanggapinya dengan anggukan sambil menyalakan pemantiknya. Dihembuskannya kepulan asap di dekat Shinsuke yang membuat pria bersurai putih tersebut terbatuk sesaat, menggoda kedua gundukan kecil berwarna merah muda di dadanya.

Tanpa aba-aba, Atsumu memasukkan miliknya ke dalam lubang senggama milik Shinsuke. Mata pria bersurai putih itu melebar diikuti dengan suara teriakan yang menyerupai lenguhan panjang.

Penis Atsumu yang besar ditambah dengan hentakan kasar yang diberikannya sukses membuat Shinsuke mendesah tanpa henti. Matanya pun menatap sayu ke arah Rintarou yang hanya melihatnya dengan sepuntung rokok bertengger di antara kedua bibir tipisnya.

“Kenapa, Shin?”, tanya Rintarou kepada pria yang lebih tua, tatapannya seakan mendamba kenikmatan yang berlebih.

“rinh..AAHH!!”, lagi-lagi Shinsuke menjerit, kali ini matanya ikut membelalak. Lagi, Atsumu memasukkan miliknya dengan sekali hentakan kasar.

“Kenapa teriakin namanya rin? Kan yang lagi genjot lo sekarang gue?”, tanya Atsumu sambil menghentak kasar. Shinsuke dibuat pusing olehnya. Tak sanggup berkata apa-apa lagi.

Pria bersurai putih itu pun kaget, napasnya tercekat saat Rintarou memasukkan miliknya dan menggerakkan miliknya secara kasar. Dia hanya bisa mengerang tertahan dengan napas yang tersenggal-senggal. Air matanya mengalir turun, namun langsung dihapus oleh Rintarou.

“Kok nangis? Bukannya enak?”, kali ini Rintarou semakin kasar menggerakkan miliknya bahkan sampai menyentuh pangkal tenggorokan milik Shinsuke.

Sedangkan shinsuke menghembuskan napasnya kasar, air matanya bercucuran. Tak pernah ia merasakan kenikmatan seperti ini. Atsumu terus menggempur miliknya kuat, sedangkan Rintarou menghajarnya dengan kasar. Sungguh, kalau ia boleh jujur, ini adalah hubungan seks yang paling nikmat menurutnya.

Napasnya tercekat, suaranya menjerit tertahan kala Atsumu semakin kuat memasukkan miliknya. Kedua bola mata milik Shinsuke terbalik bersamaan dengan cairan putih miliknya yang menyembur ke tempat tidur. Namun, Atsumu belum juga mendapat pelepasannya. Ia masih menggempur Shinsuke kuat-kuat.

“Rin, barengan ya?”, tanya Atsumu yang dibalas dengan Rintarou yang mempercepat sodokannya di mulut Shinsuke. Shinsuke sendiri hanya bisa pasrah menerima serangan tersebut dengan mata sayu juga bekas air mata yang sedari tadi mengalir di pipinya.

Tak lama setelah itu, Atsumu pun memegang erat pinggang Shinsuke menahannya agar tidak bergerak lagi. Menghentak lebih tajam, lebih kuat hingga Shinsuke memekik tertahan. Dengan satu hentakan tambahan, ia menembakkan seluruh spermanya. Menahannya di dalam seakan tidak ada yang boleh tersisa.

Begitu pula dengan Rintarou. Pada hentakan terakhir ia memaksa Shinsuke menelan semua sperma yang dikeluarkannya. Cairan putih susu mengalir dari mulut Shinsuke, saat ia ingin mengelap cairan itu terdengar suara yang menginterupsi pergerakannya.

“Emang gue bilang boleh dilap?”, suara itu lagi-lagi membuatnya merinding, merasa direndahkan namun tetap diikuti setiap perintahnya.

Belum sampai 5 menit ia beristirahat, lagi-lagi ia merasakan sesuatu menyapa lubangnya. Bersiap untuk masuk.

“Tung-Ah!”, terlambat. Benda itu sudah melesak masuk dengan sekali hentakan. Menggesek dengan perlahan, menggoda yang dibawahnya. Shinsuke yang tak sabaran meskipun kelelahan pun menggerakan pinggulnya perlahan. Lemas tapi ketagihan.

“Gila, binal banget lacur yang satu ini”, ucap Rintarou. Ia tetap diam membiarkan pria bersurai putih itu bergerak sendiri.

“Ri-rinh.. mauu..hhuhh..”

“Mau apa?hm?”, kali ini rin menjawabnya dengan Gerakan yang menggoda. Meninggalkan jejak keunguan di leher putih mulus yang lebih tua.

“mauu..uhh”, kata-kata Shinsuke tak dapat diselesaikan hanya mendesah pelan. Kedua kakinya tidak dapat lagi dijadikan tumpuan, kalau saja tidak ditahan oleh Rintarou mungkin ia sudah jatuh sekarang.

“mau riin”, ujar Shinsuke sambil menatap sayu kearah Rintarou. Rintarou menarik miliknya hingga hampir keluar kemudian memasukkannya lagi dengan satu hentakan keras. Membuat Shinsuke menegakkan punggungnya ke belakang, melenguh panjang kenikmatan.

Hujaman keras itu dilakukan Rintarou berkali-kali, Shinsuke sudah mencapai pelepasannya berkali-kali juga. Namun, lain halnya dengan Rintarou. Ia masih semangat menghujam Shinsuke meskipun pria bersurai putih itu bahkan saat ia sudah hampir terkulai lemas. Atsumu yang hanya menonton pun mendekat kembali. Menegakkan posisi Shinsuke menjadi bersandar pada Rintarou.

Rintarou seakan mengerti arti isyarat itu pun mengeluarkan miliknya , membiarkan Shinsuke menarik napas sebentar sebelum memasuki babak selanjutnya. Cairan sperma pun mengalir cukup deras di paha Shinsuke. Ia bernapas lega untuk beberapa saat. Meraup oksigen sebanyak yang ia bisa.

“Muat dua gak?”, tanya Atsumu padanya. Shinsuke yang semula hanya terbaring lemas kemudian mengulas senyum tipis di wajahnya, seakan tertantang dengan pertanyaan Atsumu.

“Kenapa ga cek sendiri aja?”

“Liar banget, padahal pas sama gue udah hampir tumbang”, ujar Rintarou.

Shinsuke hanya merespon dengan mengangkat tinggi tubuh bagian bawahnya, melebarkan cincin analnya ke arah dua pria itu. Menyeringai seakan menggoda mereka.

Atsumu merasa terpancing oleh tindakannya itu memposisikan dirinya di bawah Shinsuke, menyapa cincin anal pria itu dengan miliknya sebelum memasukkannya perlahan. Ia menurunkan Shinsuke agar miliknya tenggelam sepenuhnya, sedangkan yang diatasnya hanya mendesah tertahan dengan mata terpejam. Setelah dirasa cukup, Shinsuke menoleh ke arah Rintarou seakan mengundangnya untuk bergabung.

“Wah, beneran nantangin”, Rintarou pun mendekat. Melebarkan milik Shinsuke sebelum ikut bergabung.

Shinsuke hanya bisa teriak melengking saat Rintarou mencoba masuk. Lidahnya terjulur keluar tak sanggup berkata maupun mendesah. Air mata mengalir dari kedua matanya yang nyaris terbalik. Kenikmatan tiada tara dirasakannya selama beberapa menit persenggamaan mereka. Atsumu dan Rintarou seakan berlomba menyerangnya. Bahkan Shinsuke sudah takt ahu berapa kali ia menembakkann spermanya.

Cengkraman Rintarou semakin kuat dan sodokan Atsumu pun semakin cepat menghujamnya menjadi pertanda bahwa keduanya sudah mencapai klimaks. Shinsuke hanya bisa menegakkan punggungnya ke belakang dengan kedua bola mata yang terbalik saat keduanya menyemburkan lahar putih hangat ke dalam miliknya.

“Gimana? Enak ga dimasukin sekali dua?”, goda Rintarou pada Shinsuke yang sudah terkulai lemas dengan cairan sperma di sekelilingnya. Shinsuke hanya menjawab dengan anggukan.

“Lain kali main bertiga lagi, mau?”, kali ini Atsumu yang bertanya. Mata Shinsuke sempat melotot mendengarnya sebelum menjawabnya dengan senyuman dan anggukan lagi.

“Hahaha, binal. Kok ga jadi lacur aja sih?”, merasa direndahkan oleh Rintarou, Shinsuke pun menjawab dengan sisa tenaga yang ia punya.

“Kan lacurnya kalian”, lirihnya dengan senyuman.

Selanjutnya, seakan tak peduli dengan Shinsuke yang sudah kehabisan staminanya Rintarou dan Atsumu bergantian menyerangnya. Sedangkan Shinsuke sendiri, kalau boleh jujur, ia menikmatinya.