Lust

Suna Rintarou x Miya Atsumu x Kita Shinsuke

905 words. Porn. Profanity. Degradation. Double penetration. Mind break. Threesome. Anal sex. OOC.


Suna Rintarou tidak menduga kalau hari ini ia akan berada di tempat tidur dengan dua orang yang sedang dilanda birahi yang tinggi.

‘gila, gila, gila, gue udah gila’, ucapnya berpuluh-puluh kali dalam hatinya.

Pemuda dengan surai putih berada di antara kedua pahanya, menjilati miliknya yang masih terbungkus celana. Sedangkan si pirang berada di belakangnya sambal menciumi leher Suna meninggalkan bercak merah keunguan.

“rin… gue buka gapapa ya?”, ucap si surai putih tadi dengan tatapan sayunya kea rah Suna.

‘persetan dengan dosa, yang penting enak’, begitulah hal terakhir yang ada di pikiran Suna sebelum akhirnya ia kehilangan kewarasannya. Desahan lolos dari bibir Suna saat kemaluannya merasakan hangat dari milik pemuda tadi.

“aahh…fuck…gila tsum, lo ngajarin kak kita yang iya iya nih pasti makanya kelakuannya jadi binal kayak lonte”, ucap Suna kepada pemuda pirang di belakangnya.

“anjing lo sun, tapi enak kan?”, ucap atsumu sambal beralih ke belakang Kita. Maksud hati ingin mempersiapkan lubang senggama milik Kita sebelum pemuda itu sendiri yang menahannya dan berkata

“kan kata Suna aku lonte? Harusnya ga usah dilembutin gini dong”

Kalau saja Kita tahu, bahwa kata-katanya barusan itu membuat birahi Atsumu naik.

“oh? Maunya dikasarin kayak lonte? ga mau dilembutin?”, tanya Atsumu

Kita yang awalnya masih menjilati penisnya Suna menghentikan kegiatannya karena perkataan Atsumu. Birahinya ikut bergejolak dan berimajinasi bagaimana rasanya seks dengan dua orang sekaligus. Kesadarannya terkumpul kembali saat Atsumu memukul pantatnya dengan keras.

“jawab lonte”, ucap Atsumu sembari memasukan jemari panjangnya, menekan tepat pada prostat milik Kita membuat pria itu melenguh panjang.

Suna tak habis pikir melihat kedua pasangan di hadapannya ini, pasalnya yang ia ketahui Atsumu itu sangat lembut terutama pada Kita. Namun apalah arti pikirannya itu semua jika birahi telah mengambil alih semua kewarasan. Dirinya pun terpancing untuk memberi stimulasi kasar pada Kita juga.

“loh? Lonte kok berhenti? Isep yang bener”, ucap Suna sambil mengarahkan Kita untuk kembali melahap miliknya. Dipaksanya mulut kecil milik Kita menelan habis semua miliknya yang besar.

“anjing, enak banget”, detik berikutnya digerakkannya secara paksa kepala Kita agar lebih cepat mengulum miliknya.

Sedangkan Atsumu, ia sedang mengocok miliknya sendiri di belakang Kita yang sedang menungging. Memuntahkan lahar putih miliknya tepat di kedua bongkahan pantat Kita. Memasukkan sedikit dari banyaknya sperma yang ia buang untuk melumasi lubangnya. Kita yang mendapat stimulasi baik dari depan maupun belakang mendesah tertahan hingga tak sadar ia juga memuntahkan laharnya begitu banyak di sprei.

“wah, bahkan lo bisa keluar tanpa disentuh”, ucap Suna masih menggerakkan miliknya di dalam Kita. Dirasakannya bahwa putihnya sudah dekat, semakin kencang pula dikocoknya miliknya di dalam mulut Kita.

Air mata mengalir keluar dari mata Kita, perih dan pegal dirasakannya di dalam mulutnya. Belum lagi milik Suna yang beberapa kali menyentuh pangkal tenggorokannya. Kemudia Suna menghentakkan kejantanannya dalam-dalam. Menembakkan semua putihnya di dalam mulut Kita.

Kita sendiri tersedak dipaksa menerima jutaan sperma seperti itu. Hingga beberapa dari mereka meleleh keluar.

“sun, lo mau masuk berdua gak? Kayaknya sih muat”, ajak Atsumu setelah melihat Suna mulai tenang.

Mata Kita membelalak seakan ingin keluar. Fantasinya beberapa menit yang lalu akan segera menjadi nyata. Ia tidak tahu harus berekspresi seperti apa, yang jelas ada euphoria yang membuncah hebat di dadanya.

Tak ada yang menyangka kalau Kita akan bereaksi mendukung fantasi liarnya Atsumu tadi. Sekarang Kita berada di sisi tempat tidur yang lain sambil memegang kedua pantatnya melebarkan lubang merah yang merekah siap untuk dimasuki.

“lonte ini siap kok nampung kalian berdua.”

Suna membatu. Lain halnya dengan Atsumu sudah berbaring mengambil posisi yang pas baginya sebelum memasuki lubang milik kekasihnya, atau lonte itu.

Kita yang mengerti maksud dari Atsumu langsung mengambil posisi di atas Atsumu. Menggoda kejantanan Atsumu sebelum memasukkan sepenuhnya ke dalamnya.

“Sun, lo mau diem aja disitu?”, tanya Atsumu pada Suna yang masih membatu.

“Sun, lubang gue masih muat kok buat nampung lo”, ucap Kita yang malah membuat Suna kaget. Namun sekali lagi, birahi diatas akal warasnya Suna. Ia langsung beralih cepat memposisikan dirinya di belakang Kita.

Menyiapkan dirinya dan juga kita agar dapat menerima seluruh miliknya. Perlahan ia masukan kejantanannya di dalam lubang yang sama dengan Atsumu.

“aa-ah! Ss-akit”, jerit Kita tertahan

“sakit? Bukannya tadi lo yang bilang kalo lo sanggup ambil kita berdua?”, ucap Suna dengan nada merendahkan khasnya.

Bukannya malu, pemuda dengan surai putih itu malah menjerit keenakan dan juga kesakitan. Lidahnya terjulur keluar tak sanggup berkata maupun mendesah. Air mata mengalir dari kedua matanya yang nyaris terbalik.

Kenikmatan tiada tara dirasakannya selama beberapa menit. Atsumu dan Suna seakan berlomba menyerangnya. Bahkan Kita tak tahu sudah berapa kali ia menembakkan spermanya.

Kali ini Atsumu bangkit dari posisi berbaringnya, mendekap tubuh pria mungil itu sembari menghentak miliknya. Beradu dengan milik Suna yang sedari tadi menggempur pria mungil itu juga.

Gerak Atsumu dan Suna semakin cepat menghujamnya menjadi pertanda bahwa keduanya sudah mendekati klimaks. Kita hanya bisa menegakkan punggungnya ke belakang dengan kedua bola mata yang terbalik saat keduanya menyemburkan lahar putih hangat ke dalam miliknya.

“Gimana? Enak ga dimasukin sekali dua?”, goda Suna pada Kita yang sudah terkulai lemas dengan cairan sperma di sekelilingnya. Kita hanya menjawab dengan anggukan.

“Lain kali main bertiga lagi, mau?”, kali ini Atsumu yang bertanya. Mata Shinsuke sempat melotot mendengarnya sebelum menjawabnya dengan senyuman dan anggukan lagi.

“Hahaha, binal banget. Kok ga jadi lonte aja sih?”, merasa direndahkan oleh Rintarou, Shinsuke pun menjawab dengan sisa tenaga yang ia punya.

“Kan lontenya kalian”, lirihnya dengan senyuman.