Uncontrollably desire

Suna Rintarou x Miya Osamu

1.5k-ish words. Explicit Sexual Content. Porn. Implied Blow Job. Profanity. Anal Sex. Multiple Cum. Bulol!Rintarou x Bulol!Osamu.


Suna Rintarou mengendarai sepeda motor berjenis Kawasaki W800 kesayangannya melalui jalan perumahan yang sepi. Berjalan dengan kecepatan rata-rata lalu arahkan sepeda motornya pada belokan pertama. Rintarou matikan mesinnya dan dorong pelan hingga masuk ke pekarangan rumah kekasihnya. Sengaja, agar jadi kejutan.

Pelan ia buka pintu jati yang tak terkunci itu, tanggalkan sepatu bertali miliknya sembarang. Rintarou mengedarkan pandangannya pada seisi ruangan, namun tak temukan sosok yang dicari. Terlalu penat baginya untuk sekedar bermain sembunyi seperti ini. Maka ia putuskan untuk memanggil nama yang dicari dengan suara lantang.

“osamu! Sayang!”

Berulang kali ia panggil dengan suara yang cukup kuat, hingga sosok yang dicari keluar. Tampilkan dirinya dalam balutan kemeja besar berwarna putih. Langkahnya kecil membuat Rintarou harus bersabar lebih lama.

Begitu Osamu tiba di sampingnya, langsung saja ia tarik kekasihnya agar duduk di celah kedua kakinya. Menghirup aroma khas Osamu seakan tak ada hari esok. Berulang kali dikecupnya leher putih milik Osamu, lalu benamkan kepalanya pada ceruk leher Osamu.

“apasih.. kamu ga bisa sabar ya?”, keluh Osamu. Raut wajahnya gambarkan betapa kesal dirinya, bibirnya mencebik. Namun Rintarou tetap bersikap masa bodoh, ia lanjutkan kegiatannya tanpa pedulikan kekesalan Osamu.

Hingga akhirnya Osamu menyerah. Tiap sentuhan yang diberikan Rintarou berhasil memancing birahinya turut naik. Desahan kecil mulai ia lontarkan kala Rintarou beri rangsangan pada kedua pucuk dadanya.

Sesekali mencubit hingga hasilkan lenguhan panjang dari Osamu.

“samu, kamu takut beneran?” Yang ditanya hanya menoleh dengan wajah dipenuhi semburat merah. Tatapan matanya sayu, bibir indahnya pun ia gigit guna redam desahan indahnya. Rintarou bisa lihat tatapan mata indah Osamu yang dipenuhi kabut gairah. Dirinya yang seperti ini sangat menggoda bagi Rintarou. Mana bisa ia menahan diri melihat pemandangan di hadapannya kini.

Rintarou angkat tubuh molek Osamu. Posisikan kekasihnya agar telentang di atas sofa, kemudian ia menindihnya.

Mendekati wajah Osamu, lumat bibir indah yang menjadi candu baginya. Rintarou gigit bibir bawah Osamu agar diberi akses masuk. Setelahnya, ia ajak untuk perang lidah, menyalurkan liur masing-masing. Kemudian absen rentetan gigi rapi Osamu, memagut bibir indah itu lagi sebagai perpisahan.

Lalu ia berpaling pada leher jenjang Osamu. Tinggalkan lebih banyak jejak keunguan sembari melepas kemeja kebesaran yang sedari tadi digunakan Osamu.

Setelahnya, ia kecup tulang selangka Osamu. Turun menjelajahi tiap jengkal tubuh indah Osamu dengan lidah liarnya.

“rin..rin..”, ucap Osamu lirih diselingi dengan desahan halus yang mengiringi perbuatan maksiat keduanya.

Cahaya jingga khas senja menyeruak masuk. Menjadi satu-satunya alat bantu penerangan bagi keduanya.

Tirai tipis yang terbang tak tentu arah akibat angin sepoi yang bertiup. Cuaca cukup sejuk sore itu, namun Osamu dibanjiri peluh. Sedangkan Rintarou berada di antara kedua belah paha tebal Osamu, sibuk meninggalkan berbagai jejak kepemilikan dan bekas gigitan lainnya. Diliriknya benda yang menyumbat di cincin rectum Osamu. Benda tumpul kecil berwarna hitam. Rintarou tarik benda itu, buat Osamu melenguh dari rasa nikmat.

Begitu ditarik, cairan putih bening ikut keluar. Rintarou sedikit kaget melihatnya, barangkali tak menyangka. Lain hal dengan Osamu yang tengah tutupi wajahnya dengan bantal, menutupi ekspresi malu mungkin.

“sayang, boleh jelasin?”, ucap Rintarou sembari mengelus lembut lengan Osamu.

Salurkan rasa tenang agar kekasihnya mau tinggalkan bantal yang tutupi wajah indahnya.

“t-tadi.. aku pemanasan dikit..”

Pelan sekali suaranya, lebih layak dikatakan sebagai cicitan. Rintarou saja harus menajamkan indera pendengarannya dua kali lipat. Semburat merah di wajah Osamu kian memerah. Rintarou tersenyum miring mendengar penjelasan Osamu.

“pinter banget, sayangku.”

Lalu dikecupnya telapak tangan Osamu dan jemari panjang Rintarou berjalan ke mulut Osamu yang sedari tadi lantunkan nada indah. Paksa masuk agar Osamu basahi jemarinya dengan liur miliknya.

Kemudian diarahkan kembali ke depan pintu masuk lubang senggamanya. Sedikit susah awalnya, meskipun sudah dilonggarkan oleh Osamu.

Dua jari panjang Rintarou masuk, bergerak dengan pola menggunting. Beri efek getar bagi sekujur tubuh Osamu.

Rintarou dibuat melongo kagum melihat sisi lain dari kekasihnya saat ini. Semburat merah, tatapan sayu, serta air liur yang sudah membentuk aliran sendiri. Sungguh indah.

Tanpa sadar, Rintarou masukkan jari lainnya ke dalam milik Osamu. Sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk memuaskan miliknya. Osamu melenguh, bahkan menjerit merintih sebab jemari Rintarou semakin dalam masuki miliknya.

Berusaha mencari titik nikmat milik Osamu. Sekian lama jarinya bergerak di dalam milik Osamu, barulah ia temukan. Kerap ia goda Osamu dengan melambatkan tempo jemari yang bergerak dalamnya, lalu secara tiba-tiba bergerak cepat kembali.

Terkadang jemarinya itu pun sedikit usil, seperti sengaja tidak mencapai titik nikmat Osamu hingga lelaki itu pun merasa kesusahan.

Kini, Osamu berusaha meraih miliknya sendiri. Ingin membelai, mengusap, bahkan bergerak dengan tempo serupa dengan Rintarou. Ia ingin keluar, ia ingin merasakan puas, ia ingin menembak cairan putih miliknya.

Tak butuh lama bagi Osamu meraih pelepasannya, sebab Rintarou pun tak menghalangi dirinya untuk mencari kepuasannya sendiri.

Namun Rintarou sendiri belum mencapai pelepasannya. Hingga ia posisikan Osamu agar pinggang rampingnya sedikit naik. Rintarou susun beberapa bantal dibawah Osamu.

Lalu kembali ia dekatkan wajahnya pada ceruk leher Osamu. Tinggalkan bercak keunguan lainnya, namun kali ini mencapai dadanya. Di sekitar pucuk dada Osamu terdapat beberapa bekas gigitan yang kemudian Rintarou jilat sepenuh hati. Entah apa esensi dari perbuatannya, namun Osamu hasilkan erangan-erangan lembut.

Bahkan jari-jari Rintarou kini tengah genggam milik Osamu. Bergerak melingkar, menggoda, lalu mengelus. Buai Osamu dalam nikmat. Ternyata tujuan Rintarou sedari tadi adalah agar hasrat Osamu kembali bangkit.

Disinilah mereka sekarang, Rintarou berada di atas Osamu. Keduanya dibasahi oleh peluh namun semangat dan gairah mereka tak kunjung surut.

Kini penis besar dan panjang milik Rintarou yang sedari tadi berdiri tegak tengah menyapa pintu masuk rektum Osamu. Sedikit demi sedikit ia masukkan miliknya.

Baru saja kepalanya masuk, namun Osamu sudah mendesah tiada henti.

“aah.. rin! pelan-pelan..”

Air mata tampak di pelupuk mata Osamu. Perlahan Rintarou masukkan miliknya hingga akhirnya sudah habis semua ditelan liang Osamu.

Dirinya beralih untuk berikan Osamu kecupan ringan, agar atensi kekasihnya itu terdistraksi dari rasa sakit yang melanda.

“udah enakan? aku gerak ya?”

Sesudahnya, Rintarou bergerak pelan. Lambat sekali hingga Osamu sedikit kesal. Osamu lingkarkan kedua kaki jenjangnya di pinggang Rintarou. Menarik kekasihnya agar masuk lebih dalam.

Saat wajah Rintarou mendekat dengan wajah Osamu, Osamu pun berbisik tepat disamping telinga Rintarou.

“gerak cepat aja, aku ga apa-apa”

Kalimat tersebut bagai perintah raja yang harus dilaksanakan dengan segera. Begitu pula dengan Rintarou. Sesaat setelah Osamu berkata demikian, ia langsung menggerakkan pinggulnya dengan cepat.

Rangkaian manuver yang tak beraturan dilakukan oleh Rintarou. Buat Osamu mendesah tiada henti. Sesekali Osamu melenguh kala pelepasannya tiba. Sudah berkali-kali ia orgasme, tapi Rintarou tak juga mencapai orgasmenya barang sekali pun.

Lagi, Osamu ketatkan dinding sekitar rektumnya. Menandakan orgasmenya segera tiba. Rintarou pun semakin dalam pula semakin cepat masuki milik Osamu. Bergerak seakan tak ada hari esok. Hingga akhirnya putih milik Osamu keluar, basahi perut, dada, hingga sebagian pipi Osamu.

Osamu masih terbaring lemas, tapi Rintarou tak peduli. Ia tetap bergerak liar di atas Osamu. Pandangi wajah lesu di bawahnya kini.

“jangan liat gitu”, ucap Osamu sambil berusaha tutupi semburat merah yang terlukis di pipinya.

“kenapa?”

Rintarou bergerak lambat, seakan beri istirahat pada Osamu.

“kamu bilang gitu kayak ga ada dosa. ngewe ya ngewe aja, ga usah diliatin”

Rintarou abaikan perkataan Osamu. Perlahan ia keluarkan kejantanannya sepenuhnya dari dalam Osamu.

“liat deh, sam. Padahal kecil kan ya, tapi..” kalimatnya menggantung. Namun sebagai sambungannya, penis besar miliknya kembali masuk secara kuat dan cepat.

“bisa ambil semua punyaku” sambungnya. Ia bergerak menggempur Osamu tiada henti kali ini. Tak peduli seberapa kuat rintihan Osamu. Tak peduli seberapa sering Osamu memintanya berhenti.

“rin! rin! pelaan!”

Namun usaha Osamu sia-sia. Rintarou bagai sudah hilang pendengarannya. Ia tak hiraukan Osamu hingga ia menangis.

Dirasanya dinding rektum sekitar Osamu berkedut kembali, pun miliknya juga berkedut tanda ingin keluarkan cairan cintanya.

Rintarou percepat geraknya, sedangkan Osamu di bawahnya sudah pasrah sembari mencengkram bantal di bawahnya.

Lenguhan panjang Osamu pertanda ia sudah keluarkan kembali putihnya. Demikian dengan Rintarou yang keluarkan erangan dengan suara baritonnya. Cairan putih milik Rintarou penuhi Osamu begitu banyak hingga sebagian menetes keluar dari milik Osamu.

Osamu rasakan kini angin meniup lubangnya. Rintarou tarik kejantanannya keluar dari lubang Osamu. Tuntun kekasihnya agar berbalik, ganti posisi dengan menungging.

“rin?”, Osamu memanggil Rintarou dengan penuh tanya. Sebab baru saja beberapa saat lalu keduanya meraih orgasme bersama

“kenapa? udah capek?” Osamu jawab dengan anggukan kepalanya lemah. Lain hal dengan Rintarou yang tersenyum miring melihatnya.

“ini baru awalnya sayang”

Keduanya kembali bersetubuh. Tak peduli seberapa kuat suara Osamu merintih, menjerit, melenguh, mendesah di bawah Rintarou. Sebab keduanya tengah dimabuk gairah.