Delapan tahun lalu

“WOOO KITA LULUS SMA!!” Kazutora berseru sambil melompat riang. Baji bergabung dengannya dan melompat-lompat dengan gembira. Hanma menatap kedua temannya dengan senyuman kecil. Ia menatap gedung sekolah. Gedung yang telah menemaninya selama tiga tahun. Sekarang, ia tidak akan kembalikan ke sini kecuali untuk beberapa hal.

“Anu… senior, boleh minta kancing bajumu?” Beberapa gadis berkerumun. Mengelilingi Hanma, Baji dan Kazutora. Kazutora dengan senang hati mencabut kancing jasnya dan memberikannya kepada beberapa gadis. Baji, hanya memberikan satu. Itu Pun ia lempar dengan jauh hingga para gadis berebutan.

“Kak, apa boleh aku minta Pick gitarmu?” Tanya seorang gadis. Hanma menggeleng. “Maaf, tapi Pick gitarku sudah aku berikan pada orang lain”

Si gadis menunduk sedih. Hanma mencabut satu kancingnya. Menaruhnya di telapak tangan si gadis. “Ini saja ya? Tidak apa-apa kan?”

Gadis itu mengangguk malu dan pergi dari hadapan Hanma. Hanma tersenyum menatap gadis itu. Lalu pandangan matanya menatap sosok laki-laki berkacamata tebal.

“Kisaki!” Hanma berlari menghampiri Kisaki. Kisaki terlihat sedang menggosok matanya.

“Siapa? Oh.. Hanma. Hai” Kisaki memicingkan matanya. Mencoba menatap Hanma lebih jelas.

“Kau kenapa?”

“Oh, kacamataku sudah tak berfungsi”

“Apa matamu semakin parah?” Tanya Hanma khawatir.

“Begitulah. Tapi tidak apa-apa, bulan depan aku akan ke luar negeri! Hehehe aku akan kuliah di sana dan menjalani perawatan”

“Ah… syukurlah…” Hanma tersenyum. Kisaki masih menggosok matanya.

“Kita akan bertemu lagi kan?” Tanya Hanma.

“Tentu, kita sudah janji kan?”

“Ah.. ya…”

“Hanma” Kisaki menatap Hanma. Tersenyum dengan lebar “terimakasih sudah mau jadi temanku selama dua tahun ini”

“Sama-sama”

“Sampai jumpa lagi suatu hari nanti. Aku pergi dulu” Kisaki melambaikan tangan dan berjalan ke arah mobil hitam di depan sekolah. Hanma melambaikan tangannya. Berpamitan pada Kisaki.

*******

Masa sekarang

Hanma mondar-mandir di depan ruang tunggu rumah sakit. Ia panik. Dan sedikit kecewa. Penjaga pantai bilang, Kisaki berjalan sendiri ke dalam laut. Apa ia berusaha bunuh diri? Atau ia memang tak tahu jalan? Hanma merasa kacau. Kalau saja ia gak meninggalkan Kisaki sendirian, mereka masih bersantai di pantai sekarang.

“Ada wali dari Kisaki?” Seorang perawat memanggil. Hanma buru-buru menghampiri perawat tersebut. “Saya. Saya wali dari Kisaki”

“Sebelah sini” Hanma dituntun ke ruangan tempat Kisaki dirawat. Lututnya lemas. Kisaki terlihat begitu pucat. Bibirnya membiru, ia terlihat kedinginan.

“Dia tenggelam cukup lama sebelum ditemukan penjaga pantai, ada kemungkinan dia terkena hipotermia”

“Hipotermia? Bukankah itu artinya ia kedinginan?”

“Kurang lebih”

Hanma menutup mulutnya. Ia merasa sangat bersalah pada Kisaki. Kalau saja ia tak meninggalkan dirinya, Kisaki tidak akan terbaring lemas di atas tempat tidur seperti sekarang.

“Kisaki… Kisaki…” dengan tangan gemetaran, Hanma menyentuh wajah Kisaki. Dingin. Tangis Hanma pecah. Suaranya memenuhi ruangan. Hatinya benar-benar sakit.

“Kisaki… maafkan aku…”

Mata Kisaki terbuka perlahan. Namun ia tak terlihat senang.

******

Hanma tak lagi bernyanyi di jalanan. Ia memilih untuk berada di sisi Kisaki, yang banyak diam sejak ia tenggelam di laut. Hanma semakin khawatir pada keadaan Kisaki. Apa ia kehilangan kemampuan berbicara juga?

“Kisaki, ayo makan dulu” Hanma memotong-motong jeli di piring, menyuapkan sesendok pada Kisaki. Namun Kisaki hanya diam.

“Kisaki ayolah… kau harus makan agar cepat sembuh. Ya?”

“Tidak”

“Eh?! Kisaki?? Kau bicara?”

Mata Kisaki terlihat berkaca-kaca. Ia mulai terisak. “Kenapa aku tidak mati?”

“Hei! Jangan bicara seperti itu!” Hanma menggoyangkan tubuh Kisaki. Berusaha menyadarkan dirinya. Namun tangis Kisaki malah semakin kencang.

“KENAPA AKU MASIH HIDUP?! AKU SUDAH TIDAK PUNYA TUJUAN LAGI HANMA! AKU BUKAN LAGI KISAKI YANG KAU KENAL! AKU LELAH!” Kisaki memuntahkan semua keluh kesahnya. Ia terlihat begitu menyedihkan. “Aku … aku hanya ingin hidup tenang… aku ingin melihat lagi…” isaknya.

Hanma meraih kedua tangan Kisaki. Menggenggam erat kedua tangan yang sekarang gemetaran. “Kisaki… kumohon bertahanlah… sebentar lagi…. Ya? Kau bisa bertahan Kisaki”

“Untuk apa… untuk apa aku bertahan? Aku tidak bisa melihat. Pekerjaanku sekarang hanya menyusahkan orang… menyusahkanmu… kenapa kau masih mau berteman denganku?” Isaknya. Hanma mau tak mau ikut menangis. Ia merasakan kesedihan yang dialami oleh Kisaki.

“Hanma… apa aku pantas punya teman baik sepertimu? Apa aku pantas?”

“Kisaki, kau pantas. Aku senang mengenalmu. Dan aku harap kau juga senang mengenalku”

Kisaki menjulurkan tangannya. Meraih wajah Hanma dan mengusapnya dengan lembut. Hanma raih tangan Kisaki di wajahnya. Menggenggamnya erat.

“Maafkan aku… aku ini kegagalan…”

“Omong kosong. Kau siswa Paling cerdas di sekolah. Dan sekarang pun, kau orang paling luar biasa yang pernah aku temui…” jawab Hanma.

“Aku tidak peduli. Kau tidak bisa melihat, kau tidak bisa mendengar, kau tidak bisa ini, kau tidak bisa itu, aku tidak peduli. Kau Kisaki Tetta. Temanku yang paling cerdas…” ujar Hanma. Kisaki menggeleng.

“Ya, aku Kisaki Tetta, yang dari dulu tidak pantas dicintai. Tidak ada yang mencintaiku Hanma… ayah, satu-satunya orang yang mencintaiku, sudah pergi”

“Itu tidak benar” bantah Hanma. “Aku mencintaimu, Kisaki”

“A-apa maksud–” pertanyaan Kisaki terpotong dengan Hanma yang tiba-tiba menciumnya. Menautkan bibir masing-masing. Kisaki terkejut. Ia belum pernah merasakan ciuman setulus dan sedalam ini sebelumnya. Ciuman yang menghangatkan hatinya seketika. Ciuman yang penuh dengan rasa cinta.

Hanma melepaskan ciumannya. Menatap Kisaki dengan lembut. “Aku mencintaimu. Maafkan aku, aku baru menyadarinya setelah bertahun-tahun. Aku memang bodoh”.

Kisaki menangkup wajah Hanma. Mendekatkan keningnya pada kening Hanma. Hanma memejamkan matanya. Menempelkan dahinya pada dahi dingin Kisaki. Hangatnya deru nafas saling beradu. Kisaki kembali terisak.

“Hanma… terimakasih. Kau selalu baik padaku, aku tidak mengerti… semua orang selalu membenciku tapi kau selalu ada di sisiku…”

“Kau satu-satunya orang yang menggetarkan hatiku Kisaki…” Hanma mengusap pipi Kisaki. “Aku tidak pernah peduli dengan orang lain, kecuali teman-temanku. Aku lebih peduli apakah semua orang bisa melihatku… tapi kau berbeda… kau menarik perhatianku sejak awal aku melihatmu”

“Kisaki, aku mencintaimu… kau tidak perlu membalas perasaanku. Kau tahu perasaanku sudah cukup untukku. Maka dari itu, bertahanlah… kalau kau Sangat ingin melihat, biarkan aku yang jadi matamu. Ya? Kau mau kemanapun, aku akan menunjukkan semuanya padamu” Hanma menggenggam erat tangan Kisaki. Menciuminya dengan lembut.

“Aku mencintaimu…Kisaki”


Hanma mengatur senar gitarnya. Sesekali tersenyum pada Teman-temannya yang duduk di depan meja. Mengangkat alisnya sedikit, membuat mereka tertawa.

“Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada pengantin baru kita, Peh dan Yasuda, apa aneh aku memanggilmu Peh? Kau bisa protes dari sekarang” ujar Hanma yang disambut tawa orang-orang. Laki-laki bernama Peh berpura-pura akan melempar gelas dari mejanya. Hanma hanya cekikikan dengan gurauannya.

“Lagu ini dipersembahkan untuk kedua mempelai kita. Selamat menikmati” Hanma memetik beberapa senar gitar sebelum memainkan lagu yang akan ia nyanyikan.

Not sure if you know this But when we first met I got so nervous I couldn't speak In that very moment I found the one and My life had found its missing piece

So as long as I live I love you Will have and hold you You look so beautiful in white And from now 'til my very last breath This day I'll cherish You look so beautiful in white Tonight

Para tamu undangan menikmati suara indah Hanma. Juga permainan gitarnya yang begitu apik. Tersenyum senang menikmati penampilan dari Hanma. Dan Hanma bernyanyi dengan indah. Sesekali menatap Kisaki yang juga tengah mendengarkan lagu yang ia nyanyikan.

Setelah lagu Selesai dinyanyikan, semua bertepuk tangan. Mengapresiasi penampilan memukau dari Hanma. Hanma tersenyum senang. Lalu menyanyikan beberapa lagu lain sebelum turun dari panggung kecil.

“Wow, suaramu bagus sekali! Airi sampai tertidur” ujar Draken. Menunjukkan bayi dalam gendongannya. Hanma tersenyum dan mengusap kepala si bayi. “Mirip dengan Emma ya?”

“Padahal Mikey bilang dia mirip denganku loh”

“Aku bohong” ujar Mikey dari ujung meja “mana mungkin keponakanku mirip denganmu. Wajah rupawan seperti itu pasti gen keluarga Sano”

“Oh? Jadi maksudnya aku jelek?” Draken menyingsingkan lengan bajunya. Emma dengan susah payah menahan suaminya agar tak bertengkar dengan sang kakak. “Sayang, jangan… ini di pesta nanti kacau”

“Tapi dia bilang aku jelek Emma…”

“Tidak, kau tidak jelek”

Baji dan Kazutora tertawa terbahak-bahak “ya ampun… pernikahan ini komedi”

“Hidupmu Komedi” hardik Draken. Semua tertawa karena kalimat tersebut. Hanma menatap Kisaki. Ia tertawa dengan lepas. Terlihat bahagia. Wajahnya juga bercahaya, seolah ia adalah bulan di malam hari yang bersinar tak tertutup apapun.

“Kisaki, mau keluar sebentar?” Bisik Hanma. Kisaki mengangguk. Hanma menggandeng tangan Kisaki pergi

“Hei! Mau kemana kalian?” Tanya Takemichi. Hanma tersenyum “keluar sebentar. Kisaki butuh angin katanya”

“Ah… pasti kalian mau berciuman!” Goda Baji.

“Hanma dan Kisaki, duduk di bawah pohon, C – I – U – M – A – N!” Baji dan Kazutora Bernyanyi dengan riang. Disambut oleh tawa orang-orang dan tawa malu dari Hanma. Ia buru-buru menarik Kisaki keluar gedung.

“Mereka masih belum tahu?” Tanya Kisaki

“Soal apa?”

“Kita berpacaran”

“Oh… Baji dan Kazutora tahu… yang lain belum…”

“Kenapa? Kau malu ya?” Goda Kisaki. Wajah Hanma memerah. Tapi dia tidak peduli karena Kisaki tidak bisa melihat wajahnya.

“Menikah di pegunungan bagus juga ya” gumam Kisaki. Hanma mengangguk-angguk. “Kau mau?”

“Aku… ingin menikah di pantai”

“Ah… tentu saja…” Hanma meraih tangan Kisaki. Menautkan jemarinya dengan erat. “Tapi kau jangan masuk lagi ke air ya”

Kisaki tertawa “iya… aku akan berusaha”

“Oh ya, tadi penampilanku bagus?”

“Mana kutahu, aku kan tidak bisa melihat!”

Hanma terdiam sejenak sebelum tertawa terbahak-bahak. Kisaki hanya tersenyum, puas dengan gurauannya. Dark jokes.

“Bagus kok. Suaramu bagus” jawab Kisaki. “Tapi lebih bagus kalau kau hanya bernyanyi untukku”

“Hei hei tuan, kau tidak boleh egois begitu…” jawab Hanma. “Orang lain juga berhak mendengar suara indahku”

“Aku tidak peduli, aku mau egois!” Kisaki meraba-raba sekitar. Mencari lengan Hanma sebelum mencubitnya dengan keras. Hanma langsung meringis kesakitan.

“Aww!! Kenapa kau mencubitku?!” Hanma mengusap-usap lengannya. Tidak disangka cubitan Kisaki benar-benar menyakitkan. Kisaki terkekeh. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin”

“Ooh… oke… terimalah ini!” Hanma menggelitik perut Kisaki tanpa ampun. Kisaki tergelak mencoba menahan tangan Hanma agar berhenti menggelitik tubuhnya.

“Ahahaha Hanma hentikan! Hahaha perutku sakit!”

“Itu balasan karena sudah mencubitku!”

“Hanma kumohooooon hahahaha hentikan!”

“Hahaha baiklah” Hanma berhenti menggelitik Kisaki. Matanya menatap bulan yang bersinar di langit.

“Hei Kisaki, bulannya indah hari ini”

“Aku juga menyukaimu” jawab Kisaki.

“Hah? Apa maksudmu Kisaki? Aku sedang membicarakan soal bulan di langit”

“Oh aku pikir kau sedang menggombal…” Kisaki menjawab malu-malu. “Bisakah kau jelaskan bagaimana penampakan Bulannya?”

Hanma menatap Bulan di langit. “Hari ini bulan purnama. Bersinar begitu terang. Dari pegunungan seperti ini, bulan terlihat sedikit lebih besar. Mungkin karena jarak…” Hanma beralih menatap Kisaki. Wajahnya bersinar diterpa cahaya bulan. Jantung Hanma berdegup sedikit lebih kencang “... Bulan yang lama tak terlihat cahayanya, kini bersinar begitu terang. Sangat terang sampai-sampai makhluk yang tersesat, bisa menemukan rumahnya. Terimakasih berkat Bulan yang kini kembali bersinar”

Kisaki tersenyum. Wajahnya menghadap ke langit. Seolah ia bisa melihat bulan di hadapannya. Hanma meraih tangan Kisaki “Bulannya indah Hari ini”

“Wah… pasti bulannya sangat indah sampai-sampai kau membuat puisi seperti itu” goda Kisaki. Hanma tersenyum. Meraih wajah Kisaki dan mencium bibirnya dengan lembut. “Bulanku ada di sini, di hadapanku”

Kisaki meraih wajah Hanma. Mengusapnya dengan lembut. Menelusuri lekukan wajah indah Hanma “kalau begitu kau matahariku. Matahari yang rela meminjamkan sedikit cahayanya agar Bulan sepertiku bisa bersinar terang di gelapnya malam” Kisaki menarik wajah Hanma. Mencium bibirnya begitu dalam. Hanma memejamkan matanya. Berharap waktu berhenti sesaat agar ia bisa menikmati waktunya bersama Kisaki, Rembulannya.

“TUH KAN! AKU BILANG APA MEREKA BERCIUMAN!” Seru Baji. Hanma segera melepaskan ciumannya. Menatap Baji dengan wajah terkejut dan memerah.

“A-APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI?!”

“Melihat kalian berdua berciuman! Hahaha!” Baji tertawa keras. Menggoda Hanma yang wajahnya makin memerah.

“Dokumentasi ada di ponselku” tambah Kazutora.

“Hei! Hapus atau aku Hajar!”

“Hajar sini wleee!” Kazutora menjulurkan lidahnya sebelum berlari dari kejaran Hanma. Baji tertawa terbahak-bahak melihat Hanma mengejar Kazutora. Kisaki yang mendengar semua itu pun, ikut tertawa.

Hanma kembali ke samping Kisaki dengan nafas terengah-engah. Kazutora larinya begitu cepat padahal stamina Hanma bisa dibilang luar biasa.

“Hah… aku… harus.. berhenti… merokok ..”

“Kurasa kau harus” timpal Kisaki. “Suaramu sedikit sumbang”

“Hei! Sekarang kau mengomentari suaraku? Aku kira kau bilang suaraku bagus tadi!”

“Suara Christian Bautista lebih bagus”

“Hei!!” Hanma menatap Kisaki dengan kaget. Ia merasa tersinggung.

“Hahahaha” Kisaki tertawa mendengar suara Hanma yang tersinggung. Tawanya begitu lepas sampai-sampai Hanma tak lagi kesal. Senyumnya merekah. Ia senang, senang Kisaki hadir di hidupnya yang tak tentu arah ini.

Terimakasih sudah kembali, Rembulanku


Maaf ya kalau Kepanjangan :'( . Soalnya ini plotnya berjalan begitu saja aku juga bingung. Terimakasih sudah membaca ya~

P.S. Happy Birthday Hanma Shuji